Pesta belum berhenti hingga malam tiba, mereka semua menikmati momen tersebut hingga lupa diri dan lupa waktu.Bernyanyi, menari, mengobrol sepanjang acara. Seluruh keluarga berbaur tanpa melihat dari mana mereka berasal atau apa pekerjaan mereka.Yang ada hanya derai tawa kebahagiaan mengumandang tanpa henti apa lagi senyum lebar dari kedua mempelai pengantin yang sedang berbahagia.Sampai puluhan kembang api ditembakan ke langit menjadi penutup pesta malam itu.“Bang ... .” “Ya sayang?” Keduanya sedang menatap langit yang di hiasi kembang api beraneka bentuk nan indah.“Nanti langsung tidur aja ya, Kejora capek.” Arjuna merangkul pundak Kejora agar sang istri bersandar di pundaknya setelah tadi mengeluh kelelahan.“Iya, Abang juga capek ... kita punya banyak waktu untuk malam pertama.” Hari ini memang sangat melelahkan, terutama bagi Arjuna dan Kejora apalagi mereka berdua dari tiga bulan lalu begitu sibuk mempersiapkan pesta impian ini.Segala akomodasi para keluarga juga tidak
Arjuna menepati janjinya, janji yang pernah ia ucapkan pada saat hendak pergi ke pesta ulang tahun Marvin.Saat itu Kejora berkelakar untuk tidak pergi dan menghabiskan malam minggu di rumah Arjuna saja.Menggoda Arjuna yang ketika itu menatapnya tanpa jeda penuh minat.Tapi dengan mata berkilat pria itu mengatakan jika malam ini mereka menghabiskan malam di rumah Arjuna, maka esok hari dijamin Kejora akan sulit berjalan.Bagi Kejora kalimat itu selalu terngiang ditelinganya, kalimat seduktif yang untuk pertama kali ia dengar setelah perjuangan panjangnya mendapatkan Arjuna, sewaktu dulu.Sebelum Arjuna memilih Elma dan melepaskannya.Ucapan Arjuna menjadi nyata, pagi ini Kejora tidak mampu berjalan karena sakit pada bagian intinya.Ketika selaput itu robek rasanya tidak sesakit ini, apa sakit ini akibat dari Arjuna menggempurnya semalaman?Pria itu layaknya kuda yang baru di lepas ke alam bebas setelah lama dikurung.Saat Arjuna menghentaknya memang terasa nikmat tapi setelah kegiata
Arjuna dan Kejora baru keluar kamar malam harinya untuk makan malam bersama keluarga. Beberapa keluarga dan tamu memang ada yang masih tinggal untuk menikmati surga dunia yang disajikan oleh alam Yunani.Banyak dari mereka belum pernah mengunjungi Negara dengan sejuta pesona itu sehingga memilih untuk sekalian berlibur dan menghabiskan beberapa hari di sana.“Para hadirin yang terhormat ... tepuk tangan yang meriah untuk pengantin baru kita,” kelakar Arkana seperti seorang MC membuat Kejora dan Arjuna tersipu.Kakaknya yang satu itu memang paling pandai membuat Kejora kesal tapi Kejora sangat menyayanginya.Semua mata tertuju pada Arjuna dan Kejora. Jangan ditanya kenapa di udara hangat tepi pantai Kejora harus menggunakan syal di lehernya, mereka semua sudah mengerti.Kejora yang selama berpacaran dengan Arjuna selalu membanggakan dirinya masih perawan meski tinggal di Negara bebas dan akses bertemu Arjuna sangat mudah bahkan mereka sering tidur bersama tapi untuk tidur bersama hany
Pagi buta, Kejora sibuk membuat sandwich. Resep sandwich tersebut baru saja ia dapat dari sang Nenek tercinta.Yang paling jago masak di keluarga Gunadhya adalah Nenek dari pihak Ayahnya jadi tadi pagi ketika bangun tidur sang Nenek lah yang Kejora hubungi.Beruntung ketika jam enam pagi Kejora melakukan sambungan telepon dengan sang Nenek, di Jakarta sudah jam sebelas siang sehingga tidak mengganggu waktu istirahat Nenek Rena.Sandwich tentu sangat mudah dibuat, tapi Nenek Rena memiliki cara sendiri bagaimana agar sandwich buatannya memiliki rasa yang enak dan lain dari pada yang lain.Mengikuti tata cara pembuatan yang baru saja sang Nenek beritau, Kejora begitu fokus membuat sarapan pagi untuk suaminya sampai seorang Koki yang Arjuna pekerjakan harus berjarak seratus meter dari dapur selama Kejora berada di sana.Kejora tidak ingin hari pertama menyiapkan sarapan pagi untuk Arjuna mendapat bantuan orang lain.“Taraaaaa!” Kejora berseru bahagia saat maha karyanya tampak sempurna di
Seketika Arjuna terjaga dari mimpi indahnya saat mendengar suara ponsel yang berdering memekakan telinga di pagi buta.Tanpa melihat layar karena matanya masih terasa berat, jempolnya asal tekan untuk menjawab panggilan tersebut.“Hallo?” “Abang, Kejora enggak bisa tidur.” Ternyata sang istri yang berbaring di sebelahnya yang melakukan panggilan telepon.Arjuna merasa konyol setelah mengangkat panggilan telepon tersebut lalu menyimpan ponselnya kembali ke atas nakas.Ia pun membalikan tubuh menghadap sang istri yang masih terlihat segar.“Susah tidur lagi?” Kejora menganggukan kepala menjawab pertanyaan sang suami dan detik berikutnya ia sudah berada dalam pelukan hangat Arjuna.Sebelum tidur tadi Arjuna memang memeluknya tapi tanda sadar pelukan itu terlepas, pria itu merubah posisi tidur ketika pegal melanda pundak sebelah kiri.“Kamu kayanya harus Abang buat cape dulu biar bisa tidur,” ujar Arjuna seduktif.Lantas menyatukan bibirnya dengan bibir Kejora yang tadi tersenyum mende
“Detak jantungnya sehat ... beratnya juga normal—“ Ucapan pria paruh baya dengan jas putih itu terjeda.“Sebentar Dok, maksudnya detak jantung siapa yang sehat? Berat badan siapa yang normal?” sela Kejora kepada Dokter yang sedang memaparkan apa yang ia ketahui dari alat USG.Dokter yang rambutnya sudah memutih itu mengangkat kedua alis hingga keningnya mengkerut.“Anda tidak tau jika sedang mengandung?” Sang Dokter malah bertanya lalu menoleh pada suster yang langsung melihat data tentang Kejora.Kertas yang dipegang Suster masih kosong karena memang Kejora baru pertama kali datang ke sana.Kejora menggelengkan kepala dengan tampang melongo.“Sa ... saya hamil?” Kejora seakan tidak percaya.“Tapi saya tidak merasakan mual atau tanda-tanda kehamilan lainnya,” ujar Kejora membantah.“Tanda kehamilan tidak selalu dengan mual muntah setiap pagi tapi yang pasti menurut alat ini ada janin berusia lima belas minggu sedang tumbuh di dalam rahim anda.” Dokter menunjuk layar datar di depan mer
“Jadi selama ini lo enggak tau kalau lagi hamil?” Kalila bukan bertanya tapi sedang terkejut, tadi Kejora menceritakan perihal kehamilannya.Keesokan harinya Kejora minta di antar oleh driver berkunjung ke rumah Kalila untuk mengabarkan berita tersebut setelah sebelumnya mendapat ijin dari Arjuna.Lebih tepatnya Kejora memberikan pemberitahuan karena Kejora mengatakannya ketika dalam perjalanan menuju rumah sang Kakak.Kejora mengganggukan kepala menjawab pertanyaan Kalila yang menurutnya berlebihan.“Lo enggak ngerasa mual muntah atau lemes atau gimana gitu?” Sang Kakak bertanya kembali, rupanya ia masih belum yakin dengan cerita Kejora.“Mual muntah sih enggak ada, lemesnya kalau abis bercinta sama Bang Juna aja ... .” Kalila merotasi bola matanya. “Yeee, kalau itu mah gue juga iya ... kadang gue pengennya bangun siang kalau abis begituan sama King.” “Hebat banget kayanya Mas King ya,” pancing Kejora sambil menaik turunkan alisnya.“Paan sih ... .” Kalila mengibas tangannya. “Ceri
“Ya, King?” Arjuna malas-malasan menjawab panggilan telepon dari sang sahabat sekaligus suami Kakak iparnya.Saat ini Arjuna sedang berkeliling Berlin di tengah malam untuk mencari mangga muda yang sedang diinginkan istrinya.“Di mana?” King bertanya bukan karena ingin tau tapi karena bosan duduk di meja bar di dapur menunggu koki membuat semur daging yang untuk yang ketiga kalinya malam ini.Kalila menginginkan semur daging buatan sang Nenek sementara rempah-rempah yang digunakan di resep asli tidak ada di Jerman.Koki berpengalaman yang dipekerjakannya sudah berusaha membuatkan semur daging dengan rempah pengganti tapi sudah dua kali Kalila menolaknya setelah mencicipi sedikit.Sang istri masih merengek meminta dibuatkan semur daging yang rasanya mirip dengan buatan Nenek.Dan sekarang koki masih berusaha membuatkan semur daging tersebut, memodivikasi dari resep yang diberikan Nenek Rena.“Di tengah kota, mencari mangga muda.” Jawaban Arjuna itu tentu saja membuat King tergelak, te