Share

68: Syarat Mutlak Pernikahan

“Tuan?” Mawar di balik punggung Abizar. Abizar tidak menyahut, dia sibuk mengayuh sepeda tua Pak Ari, sambil menggonceng Mawar yang entah kenapa beban tubuhnya sangat berat.

“Tuan,” Mawar memanggil gemas. Abizar seakan menulikan telinga. Mawar mengetuk-ngetuk punggung Abizar yang lemas, decakan Abizar akhirnya terdengar. “Jangan sentuh-sentuh, Mawar. Sebentar lagi sampai rumah, aku selalu ingat jendela kamar Wulan selalu dibuka tiap malam.” Mendengar ancaman lelaki itu, Mawar terkekeh. Wanita itu semakin berpegangan ke besi berkarat sepeda saat Abizar mempercepat laju kayuhan. Alif dan Dimas tertinggal jauh di belakang, mereka berjalan kaki sambil menikmati langit malam.

“Tadi kenapa Anda menangis, Tuan?” Mawar masih cekatan karena penasaran.

“Sudah kubilang jangan kepo,” Abizar berdesis. Rautnya keruh saat teringat wajah menyedihkannya yang dilihat oleh Mawar.

“Saya mengkhawatirkanmu, Tuan … makanya kepo.”

“Aku tahu kamu mengkhawatirkanku, tapi seharusnya kamu juga tahu aku tidak suk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status