Beranda / Romansa / Jerat Pembantu Tuan Abizar / 20: Pulangnya Tuan Omar

Share

20: Pulangnya Tuan Omar

Penulis: Hailey's Daily
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah dari pemakaman, Abizar berhasil membujuk ayahnya untuk pulang. Saat menyetir Abizar mengusap matanya yang memerah, padahal sudah dua jam mereka di sana, baru di detik ini Abizar merasakan lelehan air mata membasahi kedua pipinya.

“Aku akan pulang ke Arab Saudi, siang ini.” Suara Omar yang terdengar serak. Ayahnya duduk di bangku belakang, karena dia butuh tempat luas untuk membaringkan diri. Abizar yang duduk di bangku setir, tidak disadari oleh ayahnya bahunya terguncang, anaknya nyaris menangis seperti ayahnya.

“Silahkan,” Abizar menjawab dengan suara parau.

“Jaga makam ibumu.”

“Tentu saja,” Abizar membalas.

“Jangan mengecewakan Layla dan keluarganya.”

“Tidak bisa janji,” Abizar mendesis.

“Jadilah anak yang berbakti dan penurut.”

“Tidak bisa janji.”

“Sesekali pulang ke Saudi.”

“Tidak bisa jan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   21: Sogokan Layla

    Selagi Abizar pergi Mawar sibuk bersih-bersih. Mulai dari seluruh kamar bekas saudara-saudara Abizar dan ruangan-ruangan yang sering ditempati mereka saat senggang, seperti ruang tengah, ruangan televisi dan teras. Termasuk halaman depan yang sepertinya rumput-rumput di halaman mulai memanjang.Dari lantai dua, saat Mawar tengah membersihkan kamar Akmal, wajah wanita itu gelisah saat mendapati seorang gadis cantik berwajah Arab dengan rambut indah sepinggang kini tengah melangkah menuju rumah diikuti oleh pembantunya. Tidak mungkin Mawar benar-benar mengusirnya ‘kan seperti yang Abizar bilang? Mawar awalnya berniat pura-pura tidak tahu. Yang dicari Layla pasti Abizar atau Tuan Omar untuk memberikan sesuatu yang dia bawa. Tapi keduanya memang tidak ada di sini. Baru saja Mawar hendak bersembunyi, Layla mendongak ke lantai dua. Tersenyum ke arahnya yang tengah membersihkan balkon bekas kamar Akmal.

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   22: Abizar Kecewa

    “Sejak kapan Anda pulang, Tuan?” Mawar bertanya dengan saliva yang ditelan pahit. “Sengaja kutinggalkan mobil di depan gang. Kalian ngapain?” Setelah berbahasa Indonesia menjawabi Mawar, Abizar mengulangi pertanyaannya untuk Layla. “Madha tafaeala—kalian ngapain?” Abizar berjalan mendekat, langkahnya mengentak.“Hal tanwi rashwat khadimati almufadalati—kamu berniat menyogok pembantu kesayanganku?” Abizar menatap Layla dingin. Wanita itu tertunduk. “La tuzeijh—jangan ganggu dia. La taqtarib minh litaqtarib miniy—jangan dekati dia untuk mendekatiku.”Sedangkan Mawar hanya menunduk bingung sambil menerka-nerka apa yang Abizar katakan. Cacian ‘kah? Makian? Atau kata-kata yang lebih kasar. Mawar melirik Layla yang tertunduk.“Samihni—maafkan saya &he

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   23: Jalan-Jalan Bersama Majikan

    Sebenarnya Mawar merasa bersalah jika harus menyumbangkan makanan yang dibuat oleh Layla dan ibunya dengan susah-payah. Tapi mau bagaimana lagi, Mawar harus lebih memprioritaskan perasaan Abizar. Saat Abizar tengah membersihkan diri di dalam kamarnya, Mawar membersihkan lembar-lembar uang yang berserakan di lantai dapur. Dikumpulkannya lalu dimasukkannya ke dalam dompet Abizar yang tergeletak sembarangan. Setelah itu, Mawar mengendap-ngendap menyelinap masuk ke kamar Abizar. Dari bunyi shower Abizar tengah asyik mandi, Mawar mendesah saat mendapati bermacam mata uang milik Abizar masih berserakan di lantai kamarnya. Abizar seperti tidak ada niat untuk mengumpulkannya lagi lalu memasukkannya ke dalam brankas seperti semula. Mawar mengumpulkan semua uang yang berserakan itu. Termasuk kotak perhiasan yang entah kenapa Abizar mengumpulkannya sampai sebanyak itu, semua benda itu nampak berkilau-kilau indah. Mawar

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   24: Menjelajahi 100 Restoran

    Setelah bocah itu pergi Abizar bergumam. “Ngeliat dia aku jadi pengen punya anak.” Abizar melirik Mawar lalu berdeham, perempuan itu terlihat malu. “Bukan kamu yang kumaksud, Mawar.” “Lalu maksud Anda, Anda ingin anak dari orang lain? Begitu?” Mawar sedikit sempit saat menanyakannya. Abizar berdecak. “Maksudku, anak angkat. Aku ingin anak seusia dia. Bocah SMP yang amanah. Jika bocah itu yatim-piatu aku tidak keberatan mengadopsinya.” Abizar membuka pintu mobilnya, lalu menggerakkan kepala menyuruh Mawar ikut masuk. Mawar dengan kurang bersemangat duduk di sebelah bangku setir yang dijatuhi oleh bokong Abizar. “Kenapa wajahmu semasam itu?” Abizar menuding.&

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   25: Bertemu Mantan

    Abizar yang tidak bisa berhenti bersendawa menyetir ke Masjid sambil mengantuk. Azan Subuh sudah berkumandang, Abizar menghentikan mobilnya sejenak di jalan yang sepi untuk menikmati kumandangan adzan. Setelah selesai, Abizar kembali mengendarai mobilnya, sesekali melirik Mawar yang nyaris tertidur, kepalanya sudah sempoyongan.“Turun, kita salat Subuh dulu baru pulang.”Mawar mengiakan. Keduanya turun. Abizar pergi ke ranah lelaki, Mawar segera ke kamar mandi perempuan. Ikhamat dikumandangkan, barisan lelaki lumayan ramai berbeda dengan barisan perempuan yang cukup sepi. Setelah kedua salam dan panjatan doa, Mawar bergegas melepaskan mukenahnya. Sedikit disingkapkannya tirai, mengecek kegiatan Abizar. Ternyata Abizar masih melakukan dzikir tambahan, Mawar hanya tersenyum.Tanpa Mawar sadari seorang lelaki masuk ke ranah perempuan saat masjid mulai sepi. Lelaki itu berjongkok di belakang punggung Mawar, memerhatikan gerak-gerik Mawar yang tengah meng

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   26: Ada Abizar Yang Harus Dipertimbangkan

    Mawar berjalan menuju parkiran dengan langkah cepat, sesekali menoleh ke belakang, Rebi masih berdiri di atas teras masjid. Mawar segera menundukkan kepalanya, andai Rebi datang lebih cepat … sebelum Abizar mengungkapkan semua isi hatinya, maka sudah sedari tadi Mawar akan ikut bersama Rebi, langsung pulang ke kampung dan tentu saja di depan orang tuanya Mawar akan menerima lamaran Rebi. “Tuan?” Mawar menengok ke kaca mobil, Abizar terlelap di bangku setir. Lelaki itu mendengkur. Mawar tersenyum, tanpa sadar tangannya terulur dan menyentuh rambut-rambut lebat Abizar. Mawar menepuk pipi lelaki itu, membuat Abizar terbangun. Lelaki itu bergumam ngantuk, “ah, maaf. Aku ketiduran.” Abizar mengerjap-ngerjap, pandangannya masih buram. “Biar aku saja yang menyetir, Tuan.” 

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   27: Mawar Tidak Dibutuhkan?

    “Ini rumahku, bukan tempat reunian dengan mantan.” Abizar selalu muncul mendadak bak hantu. Lelaki itu ada di depan teras. Rambutnya berantakan, kakinya terbuka dan wajahnya pucat. Mawar gelagapan, dengan isyarat mata menyuruh Rebi pergi. Dengan tidak rela Rebi menjauh pergi, Mawar bingung bagaimana menjelaskannya kepada sang majikan yang kini menatapnya dingin.“Itu mantan pacarmu? Kenapa ada di sini? Kamu mengundangnya kemari?”Bibir Mawar mendesis. “Jangan salahpaham dulu, Tuan.”Abizar mendekat, hidungnya menangkap sebuah aroma yang begitu memabukkan. Abizar mendekatkan hidungnya, lalu bergumam. “Hem, rambutmu harum sekali. Ini parfumku ‘kan?” Mawar hanya bisa menunduk kalem, Abizar lupa kalau ini adalah ulahnya beberapa saat yang lalu. Abizar tidak bisa berhenti menghirup aroma kepala Mawar. Mawar yang lebih dulu menjauhkan diri, takut tuannya kelepasan.“Lebih baik cuci saja rambutmu.&rdquo

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   28: Ancaman Abizar

    “Kapan Anda pulang, Tuan? Nggak akan kemalaman ‘kan. Nggak baik, loh di rumah gadis yang nggak ada mahramnya.”“Setelah selesai, aku akan langsung pulang. Mungkin besok atau lusa.”Setelah selesai? Selesai apa? Besok atau lusa? Lama sekali!Mawar ingin protes tapi Abizar sudah pergi lebih dulu. “Jaga rumah,” pesan Abizar dengan senyum terakhir yang hilang di balik pintu disertai sebuah salam yang sudah tidak berarti lagi.Ternyata benar sampai malam Mawar menunggu di teras depan pintu rumah, Abizar tidak kembali. Apa yang dia lakukan dengan Layla? Apakah mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih lalu memutuskan untuk menikah?Tapi kenapa Abizar sampai selama ini bersama Layla, apa mereka …? Mawar menggelengkan kepala kuat. Dia tidak boleh menuduh meski cuma di dalam kepala.“Anda lama sekali, Tuan .,,,” Mawar meringis.>><<Siang sebelumnya, setela

Bab terbaru

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   79: Surat Talak Dari Tuan Omar

    “Ayahmu dimana, Tuan?” Alif bertanya.Abizar berdeham setelah mendorong jauh Alif dari calon istrinya. “Ada di dalam, tengah digebuki bocah manja yang lebih muda puluhan tahun darinya.”“Tidak Anda tolong?” Alif shock.“Sudah, kok.” Abizar membantahnya, lalu menyeringai. “Melalui doa.”Alif baru saja hendak masuk ke dalam, Abizar sudah menarik tengkuk kemejanya. “Sudahlah tidak usah ikut campur. Biarkan Omar mengatasinya sendiri.”“Sesekali Anda durhaka saya memaklumi, Tuan. Tapi kali ini Anda benar-benar durhaka!” Alif berusaha melepaskan diri dari tahanan Abizar. “Nona Mawar!” Alif menjerit iba ke Mawar, “saya mohon bujuk dulu calon suamimu ini! Kalau Tuan Besar kenapa-napa bagaimana?”“Sudah kubilang dia tidak akan kenapa-napa, tenang saja.” Abizar masih terlihat santai. Alif akhirnya mengalah. Abizar bukan tidak perduli, tapi Omar memang tidak mau diganggu. Nanti dia keluar sendiri.Lama menunggu, nyaris setengah jam, Abizar tidak bisa tidak khawatir. Lelaki itu bangkit tanpa kata

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   78: Dendam Samuel

    “Tuan Muda,” panggilan lemah dari luar tersebut membuat Samuel mengerang.“Ada apa?” Sahut Samuel sinis. Dilepaskannya jeratannya dari tubuh Mawar, Mawar menggeser tubuh menjauh mendekati lemari, wanita itu bersembunyi di sudut—melihatnya Samuel hanya menghela napas.Lelaki tua tersebut diam, seperti ragu untuk mengatakannya. Samuel tidak disuka diganggu tapi saat dia menahan amarah untuk menyahut malah tidak dibalas, lelaki itu bangkit dan menyenderkan tubuh ke kusen pintu setelah membukanya. “Ada apa?” Tanyanya tajam kepada satpam rumahnya.“Omar Hafshan … datang melayat.”Samuel menahan napas lalu terkekeh. Lucu sekali, sang pembunuh datang ke rumah korban untuk berduka. Samuel mengabaikan tatapan satpamnya yang heran—melihat Mawar bersembunyi ketakutan di sudut kamar dan penampilan Samuel yang hanya memakai celana pendek. Samuel mengambil kembali pakaiannya, memakainya satu-persatu. Terngiang nama Omar di kepalanya, lelaki itu terlihat begitu emosi.“Kulepaskan kamu, lain kali jan

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   77: Tiga Sekawan Gila (Lagi)

    Di ayat terakhir surat Yasin, Abizar langsung menutup buku mininya. Dilanjutkan dengan Tahlilan, Abizar berbisik ke lelaki tua yang duduk bersimpuh di sebelahnya. “Samuel James Pilli, anaknya Aland James Pilli dimana?”“Tuan Muda mengurung diri di dalam kamarnya. Dia cukup shock karena Tuan Besar bunuh diri.”Abizar manggut-manggut. “Bisakah kami masuk dan menemuinya?” Abizar tahu permintaan tersebut tidak mungkin dipenuhi, tapi Samuel adalah tujuan mereka datang kemari setelah Aland terkujur mati.“Maaf, tidak bisa.” Tentu saja penolakan yang akan mereka terima.“Atau sampaikan ….” Abizar cekatan, “sampaikan ke Samuel, Omar Hafshan yang ‘membunuh’ ibunya ada di rumah ini. Datang untuk melayat.” Pak tua tersebut terlihat shock, tatapannya menghunus ke arah Omar yang terlihat tidak perduli. Omar menatap buku mini di tangannya, bibirnya berbisik tanpa suara, bukan mendoakan Aland, doa itu dia kirim untuk Melati.“Permisi,” satpam tersebut bangkit lalu masuk ke ruangan dalam. Abizar meng

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   76: Omar Ingin Mati (2)

    “Agar Anda mati dengan tenang seperti Aland, lakukanlah apa yang harus Anda lakukan. Saya bukan mengharapkan kematian Anda, Tuan Hafshan. Saya hanya tidak suka melihat Anda bertahan hidup, tapi Anda malah tersiksa karena Anda masih hidup.”Omar menyungging senyum, lelaki itu mengeluarkan diri dari mobil. Omar menunggu Abizar turun. Abizar melirik Mawar yang sudah mengangkat kepalanya, mereka saling pandang sejenak. “Aku turun, Mawar. Tunggu sebentar, ya. Aku akan segera kembali.” Abizar meringis melihat setitik air mata jatuh dari iris merah wanita itu. “Jangan menangis, oke?” Abizar berdecak, “siapa yang kamu tangisi? Omar? Jangan bilang, tidak bisa mendapatkan Omar yang terlalu bucin kepada Melati kamu malah menjadikanku pelarian.” Abizar menggerutu.Mawar tertawa mendengar gerutuan Abizar, diusapnya ujung iris mata.“Aku perlu ‘mengantar’ Tuan Omar Hafshan yang terhormat ke pangkuan Yang Maha Kuasa,” Abizar terkekeh. Firasatnya bilang begitu, kenangan tentang Melati selesai, Omar s

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   75: Omar Ingin Mati

    Seharusnya mereka tidak datang. Menjadi penyesalan saat mereka menginjakkan kaki ke mari. Penthouse mewah tersebut nampak berkabung, berkibarnya bendera kuning menjelaskan kematian seseorang tanpa kata dan seruan. Ruangan depan yang biasanya lengang ramai oleh penduduk kampung yang membacakan surat Yasin.Aland memang hanyalah seorang agnostic yang sebenarnya tidak percaya akan Tuhan, masuk Islam hanya untuk bisa menikahi Luna, seumur hidupnya tidak pernah salat sama sekali, Al-Qur’an hanya pernah dia sentuh sampulnya tanpa pernah membukanya apalagi membacanya—sekalipun Aland bisa berbahasa Arab karena ahli dalam berbagai bahasa. Meskipun begitu, Aland pernah mengucapkan dua kalimat syahadat. Dan tidak pernah membatalkannya sampai saat ini. Dia masih umat Nabi Muhammad, hambanya Allah, sekalipun … hanya gelar.“Siapa mati?” Suara Abizar berat, jangan bilang Aland. Sekalipun itu kenyataannya, Abizar meringis tidak suka. Dendam memang masih terpupuk untuk lelaki itu namun terlalu cepat

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   74: Yang Menggoda

    “Jadi semua ini ada hubungannya dengan Aland James Pilli?”Omar terlihat marah, kedua seberang giginya saling menggesek saat terngiang nama tersebut dan membayangkan wajahnya.“Dia membeli jantung Melati untuk anaknya? Pertanyaannya kenapa harus Melati?” Abizar yang duduk menghadapnya memerhatikan wajah tersebut. Mata merah Omar mencerminkan kesedihan, air matanya yang mengalir mencerminkan penyesalan.“Ini juga salah Abi ‘kan?” Abizar menghela napas, ingin menyalahkan Aland tapi Aland juga kehilangan seorang istri, Samuel juga kehilangan seorang Ibu. Mereka setimpal, keduanya salah dan keduanya ‘berhak’.Omar menoleh sendu, teringat kelakuannya. Seharusnya dia tidak memberi harapan palsu kepada Aland, tapi saat itu Omar terdesak, mendadak adiknya juga membutuhkan pedonor jantung setelah kecelakaan karena menyusulnya ke Indonesia.“Aku tahu ini salahku, tapi kenapa harus Melati yang terlibat?” Omar terlihat tidak terima, air matanya kembali menetes. “Andai aku tahu Aland sampai segitu

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   73: Calon Mertua

    Mata Omar membuka sempurna, akhirnya sinar matahari pagi membangunkannya. Napas Omar tersengal-sengal dengan mata merah dan pipi basah, diperhatikannya seisi ranjang. Berantakan-acak-acakan, bantal kepala melayang, seprai terlepas dan guling yang malang. Omar berusaha menurunkan diri dari ranjang, kakinya menjadi jelly, tubuhnya nyaris terhempas jatuh. Omar berusaha bangkit untuk mengambil air wudhu’—dia butuh salat, dia butuh dzikir, dia harus menyebut nama Tuhannya, agar luka ini sembuh, hati ini lapang dan kenangan itu bisa dikubur sedalam-dalam mungkin.Air wudhu’ membasuh wajah Omar, lelaki itu terlihat lega. Lalu dibentangkannya sajadah, waktunya menyembah Tuhan dan mengemis kekuatan darinya. Omar bukan ingin menghapus kenangan tentang Melati, Omar hanya ingin Tuhan memberikannya sudut pandang berbeda tentang apa yang terjadi belasan tahun yang lalu.Setelah wajahnya cukup semringah, Omar menurunkan diri menggunakan anak tangga menuju meja makan, ingin sarapan dan menagih janji

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   72: Mimpi Omar

    Masing-masing dada mereka bergemuruh hebat, Omar menatap wajah tersebut penuh cinta. Apalagi saat tangannya membelai kening dan pipinya, membenamkan bibirnya, merengkuhnya dalam pelukan, berguling bersama di atas ranjang, tawa terdengar hangat dan memanjakan. Semuanya bergulir di kepala Omar yang masih terlelap, sekalipun adzan Subuh sudah terlewat, Abizar menyerah membangunkannya. Omar tidur seperti mati. Saat kepalanya mengulang kenangan dengan wujud mimpi, wajah Omar bahagia. Senyum terukir di bibirnya, lelaki itu tertawa senang. Dengan mata berair haru.Guling di sebelahnya menjadi korban—dipeluk, diremuk, diciumi olehnya yang mengigau. Menjadikan daging guling tersebut sebagai dada Melati yang Omar senang sekali menempelkan telinga ke dadanya, untuk mendengarkan detak jantungnya.Tapi kebahagiaan itu surut, saat mimpi yang diremake dari masa lalu tersebut berganti. Wajah Omar berubah keras, kecewa dan tangisnya meledak. Padahal lelaki itu hanya mengigau.Omar mencintai wanita in

  • Jerat Pembantu Tuan Abizar   71: Melamar Mawar

    Jeritan seorang lelaki membuat rumah mewah tersebut gaduh. Beberapa pelayan langsung berlari tergopoh menuju kamar yang ditempati Tuan Besar, wajah mereka pucat saat mendapati Samuel terpuruk di lantai, sisa-sisa jeritannya terdengar menyedihkan, pipi merahnya dibasahi oleh air mata. Beberapa kepala mendongak ke arah plafon, semua kaki langsung selembut jelly, beberapa dari mereka berpegangan atau terjatuh, terpuruk dan ikut menjerit seperti Samuel. Aland mati gantung diri. Tetesan darah dari luka di lehernya membasahi kemeja putih yang dia kenakan. Matanya tertutup rapat, seakan mati dalam keadaan damai. Samuel menepuk-nepuk lantai, suaranya serak. “Papa … Papa ….” Jeritannya menyusul keras, “PAPA! PAPA!” Seperti memerintah jiwa sang Ayah untuk kembali ke jasadnya, tapi sekeras apapun Samuel menjerit dan memohon, semuanya sia-sia. Samuel terbatuk parau, dadanya sempit. Dengan sebelah tangan dicekramnya kuat. Salahsatu pelayan berusaha membawanya ke ranjang, penyakit Samuel kumat. S

DMCA.com Protection Status