Sudah satu bulan sejak Jason dan Nila resmi menikah. Hari ini adalah grand opening butik milik Nila yang diberi nama Hai Boutique. Terinspirasi dari tiga nama awalan Haiden. Pagi ini Nila disibukkan dengan mempersiapkan kedua pria kesayangannya. Jason dan Haiden, mereka sangat aktif mengerjai Nila.“Ma, kenapa dasi ku hanya kecil, tapi punya Papa panjang?” tanya Haiden saat Nila sedang sibuk memasangkan dasi kupu-kupu di kerah kemejanya.“Karena kamu masih kecil, kalau Papa sudah besar,” balas Nila seadanya.“Em, haruskah aku besar dulu, untuk dasi seperti Papa?” tanya Haiden lagi.“Ya ... begitulah, nah sudah, jangan dimainkan! Nanti berantakan lagi, Mama yang repot,” peringat Nila.Wanita itu lalu beralih menatap bayi besarnya yang duduk di pinggiran kasur, tepatnya di sebelah Haiden. Pria itu menyampirkan dasinya di leher asal sembari menatap Nila. Sedangkan wanita itu menghela nafas jengah. Ia lalu mulai memasangkan dasi di leher suaminya. Namun, karena pria itu terus-menerus be
Nila mendatangi salah satu tamu yang menghadiri grand opening butiknya untuk menanyakan kesan pertama mereka. Ya sekadar ingin membangun interaksi.“Permisi,” sapa Nila.“Iya? Bu Nila ya?”“Iya ... bagaimana, ada yang cocok dengan style kamu?” tanya Nila.“Kayaknya hampir nggak ada yang nggak bisa menemukan style mereka di sini si Bu. Baju untuk cewek-cewek kue, cewek mamba, cewek bumi, cewek skena ada semua. Buat Ibu-ibu juga banyak pilihannya, benar-benar surganya perempuan.”“Wah, terima kasih. Barang kali teman kamu ada yang berhalangan hadir, kasih tahu ya. Nanti setiap Minggu ada promo sampai setengah harga.”“Wah, Bu Nila benar-benar nggak cari untung atau bagaimana Bu? Kualitasnya nggak main-main tapi harganya bercanda, masih ada diskon pula,” celetuk tamu yang lain.“Sebenarnya butik ini memang dibuatkan oleh suami saya agar saya memiliki kesibukan. Tapi tenang, kualitasnya oke semua kan? Soalnya saya sendiri juga suka desain baju. Jadi dari pada desainnya nganggur kan?” “Bu
“Selamat, kandungan Bu Nila sudah menginjak usia empat Minggu. Di trimester pertama ini sangat wajar jika Bu Nila akan mengalami mual dan pusing. Juga, di trimester pertama ini cukup rentan, jadi dijaga betul-betul. Kurangi aktivitas berat dan jangan sampai stres. Saya sudah resepkan vitamin, bisa ditebus di apotek.”“Baik Dok,” balas Jason.“Permisi?” Ketiganya menoleh saat mendengar pintu ruangan di ketuk, rupanya itu adalah Roland. Pria itu kemudian masuk bersama kursi roda.“Ini kursi roda yang Anda minta Pak,” ujar Roland.“Siapkan mobilnya, kita langsung pulang setelah ini. Kamu sudah menyuruh Bayu untuk menjemput Mama dan Haiden bukan?” “Sudah Pak, tapi Madam dan Tuan Muda sudah pulang ke rumah lebih dulu bersama pengawal Madam,” papar Roland.“Ya sudah, siapkan mobilnya.”“Baik, permisi.”Setelah Roland pergi, Jason menggendong Nila lalu mendudukkannya di kursi roda. Pria itu menyempatkan untuk tersenyum pada dokter sebagai bentuk permisi.“Padahal aku bisa jalan loh Mas, ka
Malam ini Nila sedang tidur di pangkuan Jason. Hal ini bukan hal baru sejak Nila mulai mengandung empat bulan lalu. Sekarang ini usia kandungan Nila memang sudah menginjak bulan ke empat. Sejak awal hamil sampai sekarang, Nila benar-benar manja dan lengket dengan Jason.“Mas aku kangen kamu,” rengek wanita itu.“Kangen bagaimana lagi sayang? Kan aku sudah di sini, sama kamu, peluk kamu. Kamu mau apa? Hm?”“Nggak tahu, pokoknya kangen kamu,” ujar Nila.“Mas, perutku sekarang buncit. Kamu masih sayang nggak sama aku?” Jason menangkup wajah Nila sembari mengatakan, “Sayang, dengarkan Mas. Saat sudah mengucap ijab kabul untuk menjadikan kamu bagian dari diri Mas. Di situ Mas sudah siap, menerima lebih dan kurang nya kamu. Setiap manusia pasti akan kehilangan masa-masa mereka saat masih cantik-““Oh, begitu. Jadi, aku sudah kehilangan masa-masa untuk cantik? Aku sudah nggak cantik?”Nila menegakkan tubuhnya yang semula menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Wanita itu menatap nyal
Jason benar-benar menunaikan keinginan Nila yang terkesan gila. Kini Jason, Nila dan tentunya Roland sedang dalam perjalanan menuju dermaga. “Nakhodanya sudah tiba Pak, kapal juga sudah di siapkan, barang-barang yang Anda minta sudah tersedia, dan kita akan tiba dalam lima menit lagi,” papar Roland. “Kerja bagus Roland. Setelah ini pulang dan istirahatlah, maaf mengganggumu di tengah malam. Besok sore baru jemput aku dan Nila lagi di sini. Kami akan menghabiskan hari di kapal yacht.” “Baik Pak.” “Mas! Aku lupa bawa susu coklat!” pekik Nila dramatis. “Kamu mengejutkanku sayang! Tentang itu aku sudah mengurusnya. Tenanglah, semua keperluanmu sudah tersedia. Aku akan memastikan kamu tidak kekurangan suatu apa pun.” “Mas kenapa Haiden akhir-akhir ini suka banget sama Mama ya? Apa karena aku cerewet?” “Kamu ngaco sayang, masa tiba-tiba mikir ke sana? Kan memang kalau akhir pekan jadwalnya Haiden sama Mama. Kamu tahu sendiri, Haiden suka sama cucu temannya Mama. Kan kalau Sabtu malam
Mereka baru dalam perjalanan pulang di pukul dua siang. Setelah melakukan obrolan mendalam beberapa saat, Nila dan Jason kembali tidur sampai pukul satu siang tadi akhirnya mereka tiba di dermaga.Saat tiba di halaman rumah, Jason melihat seorang pria yang asing. Meski banyak, pria itu mengenal semua pengawalnya. Ia kemudian membukakan pintu untuk Nila, lalu membantu wanitanya untuk turun. Saat melihat Jason pria itu kemudian mendekati Jason. Pria itu terlihat panik, pakaiannya tergolong mahal tapi tampak lusuh.“Siapa Anda? Apakah ada keperluan dengan saya?” tanya Jason.“Anda, Pak Jason Wirabraja?” tanya pria itu.“Iya, saya sendiri. Ada perlu apa ya?”“Pak Danu dinyatakan meninggal dunia satu jam lalu. Sekitar tiga puluh menit lagi akan tiba di Indonesia. Saya utusan Nyonya Maya untuk mengabarkan hal ini kepada Anda dan keluarga. Maaf, saya tidak sempat mendatangi rumah Nyonya Santi,” papar pria tersebut.“Mas? Bukan Danu yang itu kan? Ah, kamu punya saudara lain yang namanya Danu
Saat melihat Nila turun dari mobil dengan dirangkul oleh Jason seolah butuh penyokong agar tetap berdiri, Maya semakin mengencangkan tangisannya. Wanita itu lalu memeluk Nila erat sembari menangis.“Lihat itu La! Kakakmu jahat sekali meninggalkan kita, kenapa dia sungguh tega? Kenapa La?”“Tante ayo masuk dulu, jenazah Haiden harus segera di urus. Tante tidak bisa terus begini,” ujar Jason.Maya lalu di papah suaminya masuk ke dalam, begitu juga dengan Jason yang memapah Nila. Setelah Maya dan Nila duduk di karpet ruang tamu, Jason dan Davin bergabung dengan para kerabat untuk mengurus jenazah Danu.“Bagaimana ini La? Sekarang Mama tidak lagi punya alasan hidup, putra Mama satu-satunya sudah tiada La,” ujar Maya dengan tangis.“Mama jangan bicara begitu. Aku yakin Danu juga ingin melihat Mama bahagia. Jika begini, Mama akan memberatkan langkah Danu Ma. Sejujurnya aku juga sedih, rasanya sakit Ma. Selama ini Danu yang selalu ada di sampingku, tapi di saat aku mulai bahagia, Danu justru
Usia kandungan Nila sudah menginjak tujuh bulan, perut wanita itu mulai membesar sehingga membatasi pergerakannya. Di trimester ketiga ini, Nila juga mudah lelah. Sikap overprotektif Jason semakin menjadi-jadi. Pria itu bahkan memindahkan kamar mereka ke ruangan yang lebih luas. Ia meletakkan meja kerja di dalam kamar, sehingga tetap bisa bekerja sembari mengawasi Nila.Sedangkan Nila, di usia kandungannya yang sudah menginjak trimester ketiga, wanita itu sangat malas untuk bergerak. Bawaannya selalu ingin tidur, Jason sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Pria itu bahkan memfasilitasi TV digital, rak makanan ringan, dan kulkas mini di sebelah tempat tidur agar Nila merasa nyaman.Sementara Nila menonton, membaca novel, atau kadang tidur, Jason akan fokus bekerja di mejanya. Pria itu tidak peduli jika istrinya memutar lagu dengan suara kencang, selagi wanitanya baik-baik saja, itu bukan masalah.Seperti saat ini, Nila sedang memutar lagu sedih yang menggema di satu ruangan.