Aidan lalu memintanya untuk masuk ke ruang meeting yang sedang kosong. Hati Rissa semakin berdebar. Apa yang akan Aidan katakan padanya? Mengapa harus memilih tempat yang berbeda dan tidak berbicara di depan teman-temannya saja?
“Tolong jangan salah paham,” kata Aidan langsung ke intinya.
Rissa kembali melongo. Sebagian karena ketampanan Aidan dari dekat, dan sebagian karena perkatannya yang membingungkan. Nada suaranya tegas dan terkesan “tidak perlu dibalas, iyakan saja”.
Aidan memang sangat tampan dari dekat. Tubuhnya tinggi atletis, bahunya bidang. Wajahnya proporsional, campuran manis dan tampan, dengan kulit pucat khas vampir. Matanya indah dan terlihat cerdas. Dia mewarisi ketampanan dari ayahnya dan wajah manis dari ibunya. Rissa sangat mengagumi Aidan ...
Tapi perkataannya sungguh membingungkan. Kenapa dia berkata agar Rissa tidak salah paham?
“Anda memang telah menyelamatkan ibu saya, tapi perkataan ayah soal menjadikan Anda ... Anda pendamping saya mungkin hanyalah karena efek euforia semata selepas kepulihan ibu saya,” katanya dengan tegas.
Hati Rissa langsung mencelos. Jadi inikah maksud Aidan? Dia langsung merasa sedih ...
“Kita di sini bekerja seperti profesional. Harap Anda ingat itu,” kata Aidan lagi.
“Oh iya,” Aidan tiba-tiba teringat dan membalikkan badan padanya.
“Jangan katakan apa-apa pada siapa pun soal ini. Juga soal Anda yang menyelamatkan ibu saya. Sepertinya ayah akan membuat pengumuman resmi soal ini. Tak baik jika orang lain menggosipkan hal ini terlebih dahulu,” lanjutnya.
Hati Rissa kembali mencelos dan dia tak bisa berkata apa-apa.
“Baiklah. Silakan kembali ke pekerjaan Anda, maaf sudah menganggu,” pungkas Aidan dan tanpa ba bi bu lagi dia segera pergi meninggalkan Rissa dan menutup pintu.
Ada perasaan seperti sesuatu menyangkut di tenggorokan Rissa. Matanya berkedip, berusaha mengusir perasaan sedih yang tiba-tiba menghampirinya.
***
Semua orang tambah sibuk mempersiapkan acara ulang tahun perusahaan. Rissa sendiri tak perlu menyiapkan apa pun lagi karena semuanya sudah dibelinya bersama dengan asisten Sang CEO. Di samping itu, Sang CEO juga diam-diam memberinya sebuah kejutan tambahan.
Sebuah kalung bermata berlian dengan model huruf C, dari inisial namanya. Kado itu diterimanya begitu sampai di rumah. Ada sebuah paket dikirimkan padanya dan ketika dia membukanya, dia segera terperangah ketika melihat kalung berlian itu. Ketika dia meneliti kado itu lebih lanjut, rupanya ada kartu yang dikirimkan bersama dengan kado itu.
Hadiah tambahan. Karena telah menyelamatkan istri saya
“Astaga ...” Rissa tak bisa berkata apa-apa lagi. Apa-apaan ini? Kenapa Pak CEO memberikan hadiah semacam ini? Walaupun katanya sebagai tanda terima kasih tapi tetap saja ...
Rissa menimang kalung yang sangat cantik dan mewah itu. Hatinya terus bertanya-tanya. Di benaknya tiba-tiba terbersit ketakutan bahwa hadiah itu tidak diberikan secara cuma-cuma.
Alias ada timbal baliknya.
Dan apa persisnya itu, dia belum dan tidak ingin mengetahuinya.
***
Semua teman-teman Rissa sok berahasia ketika menyangkut gaun dan aksesoris apa yang akan mereka kenakan di acara ulang tahun perusahaan.
“Yang jelas gaun yang berkelas,” kata Jovanka sambil menjentikkan jari-jemarinya dan menatap teman-temannya dengan misterius. Wanita cantik dengan rambut bergelombang itu lalu tersenyum pada teman-temannya yang segera mendecakkan lidah.
“Emang pernah kamu pake baju yang biasa-biasa aja?” balas Ifan sambil memutar bola matanya.
Ya, di antara teman-teman sedivisinya, Jovanka dinobatkan sebagai “Miss Anggun”. Dandanannya setiap ke kantor tidak pernah biasa saja. Dia selalu memakai pakaian yang sangat cantik model dan warnanya, serta mengenakan aksesoris tambahan seperti jam tangan dan kalung yang dipilih dengan penuh selera. Belum lagi menjadi vampir malah menambah anggun penampilannya. Wajahnya yang tadinya putih mulus tanpa cela menjadi lebih indah lagi dengan rona pucat yang kini menetap permanen.
“Ah, kamu ini kayak nggak tahu aja, Miss,” balas Jovanka lalu mengedipkan mata padanya. Ifan berlagak akan muntah.
Miss Dewinta sendiri juga tak bisa menyembunyikan rasa antusiasnya pada teman-temannya. Katanya istri Pak CEO sangatlah cantik seperti dewi dan dia tak sabar untuk segera menemuinya.
“Katanya dia sangat cantik, dan anggun! Lebih anggun dari semua wanita di kantor ini dijadikan satu!” katanya antusias.
“Bahkan lebih dari Miss Marissa?” kata Gita.
Ya, Miss Marissa baru-baru ini telah ditetapkan sebagai wanita tercantik di seluruh divisi. Keangguannya tidak dapat dipungkiri lagi dan semua laki-laki sepakat menyebutnya sebagai “cinta pada pandangan pertama”.
Miss Dewinta tersenyum misterius.
“Bahkan lebih dari Miss Marissa,” katanya.
Semua orang langsung melongo dan saling berpandangan.
Acara ulang tahun itu dijadwalkan pada hari Minggu mulai pukul 7 malam. Semua orang diharap datang dan sudah bersiap jauh sebelum jam 7. Acara akan diadakan di ballroom kantor. Ya, JW Company bahkan memiliki sebuah ballroom di dalamnya! Ruangan itu khusus diperuntukkan untuk acara-acara perusahaan tingkat pertama seperti ulang tahun perusahaan dan ulang tahun petinggi-petinggi kantor, terutama Pak CEO dan anak-anaknya.
Hanya Rissa sendiri yang tidak begitu antusias seperti teman-temannya yang lain. Dia teringat peringatan Aidan soal Pak Jona yang akan mengumumkan sesuatu dalam acara ulang tahun itu. Kira-kira, apa yang hendak disampaikannya? Dan kenapa Rissa dilarang berbicara soal kesembuhan ibunya dan perannya di dalamnya?
***
Menjelang acara ulang tahun perusahaan, Miss Dewinta mengumpulkan seluruh tim divisinya.
“Ingat, ini acara akbar. Tolong jaga sikap,” katanya tegas. Untuk acara itu dia mengenakan gaun super mewah berwarna emas dengan aksen bunga-bunga di sekeliling dadanya. Gaun itu berbentuk A-line semata kaki dan keseluruhannya berhias glitter kecil yang menambah mewah penampilannya.
Semua orang langsung mengangguk.
“Nggak ada tingkah konyol dan memalukan, oke Miss Ifan?” lanjutnya.
“Lho kok saya, Miss?” protesnya sementara semua orang tertawa. Miss Dewinta menatapnya.
“Kamu kan suka godain cowok divisi lain. Tolong kali ini jangan, oke?” katanya lagi dengan tegas.
Ifan mendengus lalu menggerutu sendiri sebelum berkata “Oke Miss”. Dia sendiri untuk acara ini tidak jadi mengenakan gaun karena kena damprat Miss Dewinta sebelum ini. Miss Dewinta dengan tegas berkata “ini bukan acara lawak, pakai baju biasa!” dan Ifan akhirnya memakai kemeja dan jas biasa saja. Tapi tentu saja sesuai gayanya, dengan kerah emas berkelip yang menyilaukan mata siapa saja yang memandangnya.
“Oke. Mari kita ke ballroom sekarang. Sudah jam setengah 7,” kata Miss Dewinta.
Mereka semua lalu menuju ke ballroom. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan orang-orang dari divisi lain yang berpenampilan sama anggunnya. Jovanka sendiri kali ini sayangnya kalah anggun dari Rissa. Rissa tak menyangka bahwa pilihan gaunnya akan mengalahkan gaun Jovanka. Jovanka sendiri mengenakan gaun merah darah dengan model kemben. Dia lalu memandang gaun Rissa dengan penuh rasa iri.
Ketika tim divisi mereka memasuki ballroom, mereka segera terkejut. Bukan main mewahnya ruangan itu!
Ballroom yang berukuran tiga kali luas satu lantai di perusahaan dihias dengan sangat apik. Ada rangkaian pita emas dan balon-balon perak di tengah atap ruangan yang sangat cantik. Ada juga vas-vas besar berisi bunga mawar di mana-mana. Dan di tengah ruangan terdapat meja-meja berhias mewah dengan jumlah kursi sesuai anggota tim setiap divisi. Di sisi beberapa meja terdapat tanda untuk masing-masing divisi. Misal “Divisi Media Sosial” yang menunjukkan di mana divisi itu harus duduk. Di setiap meja terdapat vas bunga dengan bunga-bunga beraneka warna dan piring-piring dalam kondisi terbalik dan sendok dan garpu dalam kondisi terbalik juga.
Perhatian utama tamu langsung tertuju pada panggung yang ada di salah satu sudut. Di panggung itu telah terpasang tulisan “5th Anniversary JW Company” yang sangat besar dan dihias balon-balon anggun berwarna emas dan perak serta pita-pita emas yang senada dengan hiasan di atap tengah ruangan.
Setelah itu, setiap tamu datang akan disambut dengan pengumuman.
“Selamat datang pada Tim Divisi Marketing!”
“Selamat datang Tim Media Sosial!”
Dan ketika Rissa dan timnya datang, mereka ikut pula disambut.
“Selamat datang Tim Desainer Utama JW Company!”
Semua orang langsung bertepuk tangan.
Dan tiba-tiba ...
“Ikut kami perkenalkan pula anggota keluarga yang baru, Clarissa Chandra!”
Clarissa melongo sementara orang-orang mulai menatapnya.
“What?” tanya Ifan. “Kenapa kamu disebut, Rissa?” lanjutnya dengan bingung. Dia memandang Rissa dengan tatapan yang mendekati tatapan syok. Mulutnya melongo kaget. Dan bukan dia sendiri yang terkejut. Rissa sendiri juga melongo heran dan berpikir dia salah dengar. Tapi tidak, semua orang memang sedang menatapnya kini. Teman-teman setimnya malah sedang kasak-kusuk. “Apa? Apa dia bilang? Rissa calon keluarga baru?” tanya Gita kaget. “Bukan! Anggota keluarga yang baru!” kata Jovanka sambil terperangah. “Kamu nggak berdiri, Miss?” tanya Miss Dewinta, yang walaupun juga syok tapi tetap ingat untuk mengutamakan sopan santun di mana pun dan di situasi apa pun. “Eh, oke Miss!” Rissa segera berdiri dengan canggung. “Dan telah hadir pula, CEO JW Company dan Keluarga!” si pembaca acara mengumumkan. Perhatian semua orang segera beralih pada kehadiran Pak Jona dan keluarganya. Istri Pak Jona memang sudah hadir, dan dia memang
Selepas makan malam, ada acara santai. Tamu bisa berdiri dan meregangkan kaki mereka sambil ngobrol atau mengambil minuman yang ada di bar mini. Rissa sendiri memilih keluar di balkon yang menghadap ke halaman belakang perusahaan. Dia ingin mencari angin di tengah suasana pesta yang dirasakannya mulai terasa sumpek. Dia juga tak ingin kembali ke tempat teman-temannya karena pasti mereka akan merongrongnya dengan segala macam pertanyaan. Rissa tak ingin kepalanya menjadi pening.Angin terasa dingin, apalagi gaunnya dari bahan yang tipis dan modelnya sedikit terbuka. Tapi lama-kelamaan dia terbiasa dan merasa nyaman. Rissa berdiri di sana sambil membawa cocktailnya. Minuman itu terasa sangat nikmat, walaupun dia heran bahwa vampir ternyata bisa merasakan hal lain kecuali darah manusia.Tiba-tiba dirasakannya hembusan angin dingin di kulitnya yang kini sepucat mayat dan memang dia sekarang adalah mayat hidup. Dia tidak mati tapi juga tidak hidup. Kenyataan itu me
“Apa?!!” “Kenapa kau masih berhubungan dengan gadis itu?!” Sang CEO murka. Istrinya segera menegurnya karena mereka sekarang sedang jadi bahan tontonan semua tamu. “Ssst, sayang, para tamu memperhatikan kita!” Tapi Mr. Jona sedang tak memperhatikan siapa pun saat itu kecuali anak pertamanya dan wanita yang dibawanya. “Sudah ayah bilang jangan berhubungan lagi dengan dia!” tunjuknya pada si wanita. Tangan Aidan bergerak menurunkan tangan ayahnya. “Jangan tunjuk-tunjuk dia seperti itu, ayah!” “Aku ingin berdansa dengannya malam ini. Tolong, musik putar kembali.” Dia segera meraih lengan gadis itu dan mengajaknya ke tengah ruangan. Gadis itu melihat sekeliling dengan gugup tapi tetap terlihat anggun. Dada Mr. Jona bergerak naik turun. Dia mendengus keras lalu pergi meninggalkan ruangan, diikuti dengan istrinya. Rissa menonton adegan itu dalam diam. Siapa wanita itu? pikirnya. Kenapa Pak CEO san
Wajah Rissa memerah seperti kepiting rebus. Melvin Wirawan menatapnya dalam kemeja kasual yang ditarik sampai siku dan celana bahan.“Ayo masuk, Miss Rissa! Atau kau mau berlama-lama di sana dan masuk angin?” katanya jenaka.Ha ha ha. Rissa merasa ingin tertawa sinis. Sebagai vampir, mana mungkin mereka akan masuk angin? Kulit mereka saja lebih dingin daripada malam paling dingin.Dia lalu segera masuk dan mendapati isi rumah itu membuatnya melongo lagi. Menyambut di depannya, ada aula super besar yang bisa menampung seratus orang jika sedang pesta, dengan lantai marmer putih yang berkilauan, serta lampu gantung sangat besar yang menggantung di langit-langit tinggi seperti katedral. Lurus di depannya ada tangga ganda yang terbuat dari kayu yang dipelitur cokelat tua yang sangat anggun, yang besarnya tiga kali rentang badannya. Jendela-jendela besar rumah itu dipasangi gorden besar yang berwarna abu-abu anggun dengan hiasan ukiran yang s
“Apa?” Rissa hampir tak dapat menahan pekikan kagetnya.Mr. Jona memandangnya dengan serius.“Saya menjodohkan Anda dengannya agar dia menjauh dari gadis itu. Tapi dia tak juga menjauh! Saya mohon terima permintaan saya, Miss Rissa,” katanya.Mulut Rissa menganga. Apa dia tidak salah dengar? Apa yang barusan didengarnya? Mr. Jona ingin dia mendekati Aidan? Apa dia gila?“Mr. Jona! Tolong jangan bercanda dengan saya!” katanya, tak dapat menahan rasa kesal dalam suaranya.Mr. Jona segera menggeleng.“Anda pikir saya mau bercanda soal hal ini? Tidak! Saya tidak ingin Aidan menjalin hubungan lagi dengan gadis itu! Tak akan saya biarkan Aidan sampai ... sampai menikah dengan dengan gadis itu!” katanya dengan nada tinggi seolah emosi. Dia seperti membayangkan Aidan bisa sampai menikah dengan Gianna Huang. Tidak! Dia jelas-jelas tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi!&ldquo
“Apa kabar, Miss Rissa?” tanya Melvin lalu tersenyum lebar. Dia membawa Rissa ke ruang pertemuan kantor. Ruang itu sangat besar, membuat Rissa merasa kecil karena dia hanya berdua dengan Melvin di sana. Melvin sedang memandangnya dengan penuh arti.Mau apa dia? Kenapa dia memandangku seperti itu? Kembali perasaan tidak enak langsung menggelayutinya.Rissa mengernyit.“Anda tentunya tidak menemui saya hanya untuk menanyakan kabar saya, bukan?” tanyanya curiga.Melvin Wirawan tak mampu menahan tawa. Rissa segera was-was jika suara tawanya terdengar oleh orang di luar.“Anda orang yang cerdas dan cepat tanggap, Miss Rissa. Saya suka,” pujinya.Kernyitan Rissa semakin mendalam. Kenapa sih orang ini? Terlalu banyak basa-basi. Melvin kembali memandang dirinya dengan penuh arti.“Miss Rissa,” katanya akhirnya setelah sekian lama terdiam.“Say
Rissa telat. Dia pulang jam 12 malam karena shift sorenya. Jadwalnya sekarang berubah saat dia sudah menjadi vampir. Saat malam dia sama sekali tidak merasa mengantuk, jadi dia tidur pagi dan bangun sore. Dia pernah berdebat dengan Ifan tentang kebiasaan tidur yang berubah ini. “Kita jadi seperti kelelawar ya Miss,” seloroh Ifan. Rissa tertawa mendengarnya. Ifan ini adalah salah satu orang yang paling dekat dengannya di kantor dan Rissa merasa paling nyaman bergosip dan bercerita apa pun padanya. Apa lagi gaya Ifan yang seenaknya sendiri dan santai sering menghibur hatinya kala dirinya suntuk bekerja. “Bisa aja kamu Miss.” “Tapi emang bener kan? Kita kan identik sama kelelawar. Walaupun kita tipe vampir yang nggak bisa berubah jadi kelelawar,” kata Ifan lalu tertawa. “Untung saja kita nggak jadi kelelawar! Bisa bayangin seorang Ifan berubah jadi kelelawar?” Dia lalu tertawa mendengar kelakarnya sendiri. Ya, meskipun mereka adalah vamp
Rissa mendesah. Dia menatap ponselnya dengan kesal.Melvin W.: Miss Rissa, Anda di rumah?Melvin W.: Sedang apa? Boleh saya tahu?“Orang ini!!!” geramnya.“Apa maksudnya sih gangguin aku terus!”“Dan dia dapat nomor aku dari mana sih?” Dia semakin mendongkol.Dan mendadak dia tahu, dari mana Melvin tahu nomornya ...Miss Dewinta menyimpan semua nomor anak buah di divisinya untuk mengundang mereka dalam grup divisi dan grup inti kantor. Dan ... Melvin pasti mendapatkan nomornya dari grup inti kantor.“Sial,” rutuknya. Dia kesal sekali. Dia yakin dia sudah memberi lelaki itu peringatan tegas agar tak mengganggunya. Dia juga tak mengacuhkan setiap lelaki itu mendekatinya. Bahkan saat lelaki itu tak berhenti menawarinya tumpangan. Untung saja dia tidak menyambangi rumah Rissa lagi. Bayangkan betapa akan menjengkelkannya hal itu!Untung
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara
“Apa!?”“Anda bercanda kan, Dokter?” Mrs. Claudia langsung histeris. Dia segera memandang Rissa yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Dia tidak tahu bahwa semua orang sedang membicarakannya.Dokter Andreas menggeleng. Dia memandang Mrs. Claudia, lalu memandang Rissa, dan balik memandang Mrs. Claudia sekali lagi.“Sayangnya saya tidak sedang bercanda dan tidak mungkin saya bercanda soal ini. Miss Rissa kemungkinan besar akan mati jika keadaan dia seperti ini terus. Energi hidupnya sudah habis. Dia tak mungkin bertahan jika seperti ini keadaannya. Dia perlu asupan energi untuk bertahan hidup.”“Dan saya tak mungkin terus-menerus memberikan darah padanya lewat infus. Dia harus makan dan minum,” lanjutnya.Memang, untuk sementara waktu Dokter Andreas memasang infus pada Rissa dengan isi darah. Hal itu cukup menopang hidup Rissa untuk sementara waktu.Wajah Daniela memucat.&ld
“Lama sekali!!”Angeline menggerutu sambil melihat ke arah jam tangannya. Di sebelahnya, Amelia dengan gugup terus melihat dirinya dan sekelilingnya sambil menggendong Ethan yang terus menangis.Angeline menggeram.“Tidak bisakah kau membuat dia berhenti menangis?” tanyanya dengan kesal.Amelia langsung terlihat gugup.“Sa ... saya tidak tahu apa yang membuat dia menangis!” katanya terbata-bata.Orang-orang mulai melihat ke arah mereka. Untung saat itu Angeline memilih untuk menggunakan kacamata hitam sehingga tidak ada yang tahu keanehan matanya.Angeline menggeram. Pastilah saat itu mereka terlihat seperti ibu dan baby sitternya yang sedang ribut di bandara! Dia sama sekali tidak ingin menarik perhatian saat itu. Tapi Ethan justru sudah menarik perhatian pada mereka sekarang! Betapa kesalnya Angeline saat itu!“Jangan terlalu menarik perhatian, Amelia!” serunya kembali,
“Ethan? Ethan?! Di mana kamu, Nak?”Rissa memanggil anaknya berulang kali. Dia merasa gelisah sekali. Dan entah kenapa, ketakutan. Dia ingat bahwa dia tak pernah setakut ini dalam hidupnya. Seolah kejadian buruk sedang terjadi pada dirinya, atau sedang akan terjadi.Siang itu Rissa bermimpi aneh sekali. Dia berada di sebuah ruangan kosong yang tidak dikenalnya. Ruangan itu seluruhnya berwarna putih bersih. Dia tidak menyukai ruangan itu. Ketika dia mengeluarkan suara, gaungnya langsung terdengar ke seluruh ruangan dengan volume dua kali lipat lebih keras. Ruang itu juga menguarkan aura yang meresahkan. Rissa pernah bermimpi seperti ini sebelumnya dan dia tidak menyukai mimpi itu. Mimpi itu selalu merupakan pertanda buruk baginya.Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di ruangan itu. Seingatnya tadi sebelum tertidur dia masih berada di kamar, bersama Ethan yang sedang menyusu padanya. Satu-satunya yang ada di ruangan itu