Share

Bab 61: Kehancuran

Penulis: Mbak Ai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-02 15:40:17

“Apa yang kau lakukan?!”

Ivy tersentak saat mendapatkan tamparan keras dari Clara saat baru memasuki kamarnya. Clara bahkan mendorong tubuhnya keras-keras sampai ia menabrak pintu kamar yang telah tertuup.

“Kenapa kau menjebak Noah?! Kenapa kau menjebloskan dia ke penjara?! Apa yang sudah kau lakukan?!” Clara terus berteriak marah.

“Ayah… memaksaku,” jawab Ivy dengan lirih.

“Dan kau mau melakukannya begitu saja? Kau memang bodoh ya?!” bentak Clara sambil terus mendorong Ivy.

Tangan kanan Clara terangkat dan siap menampar Ivy lagi, tapi Ivy menahannya dan menghempaskan tangan Clara dengan sekuat tenaga.

Clara tersentak barang beberapa detik. Baru kali ini Ivy menahannya. Ivy biasanya tunduk dan diam. Ia pun hanya bisa menangis dan pasrah, tapi kini matanya terlihat lebih tajam.

“Kau kira aku tak hancur saat melakukannya?” tanya Ivy dengan suara seraknya.

“Aku istrinya! Aku mencintai Noah lebih dari siapapun! Rasanya aku ingin membunuh diriku sendiri daripada menghancurkannya!” suara Iv
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 62: Surat Perjanjian

    Setelah ditahan hampir dua puluh empat jam, Noah dan Ezra akhirnya mendapatkan kabar segar. Sel mereka terbuka lebar hingga mereka langsung berdiri tegap.“Tuan Evan ingin bertemu kalian,” ucapnya.Rahang Noah mengeras. Sama halnya dengan Ezra. Tangannya bahkan sudah terkepal sempurna saat mendengar nama Evan.“Hahaha! Lihatlah keadaan kalian! Bagaimana bisa dua pemuda hebat pemilik perusahaan nomor satu dan dua terlihat berantakan seperti ini?”Evan menyambut dengan tawa penuh sindiran. Noah dan Ezra mengambil duduk di depannya dengan wajah datar. Sebisa mungkin mereka menahan diri untuk tak menghajar lelaki tua ini karena masih banyak polisi yang menjaga.“Kenapa wajah kalian cemberut seperti itu? Tersenyumlah karena aku datang dengan membawa kesepakatan yang bisa membawa keluar dari penjara,” tutur Evan.Noah dan Ezra terus memperhatikan gerak-gerik Evan. Mereka yakin kalau ada yang tak beres. Dan firasat itu benar saat melihat kertas yang ditarik keluar dari amplop cokelat.“Bacal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 63: Perceraian

    Noah menekan pena yang berada digenggamannya hingga hampir patah. Tatapan matanya masih terkunci pada Evan yang masih menunjukkan senyuman liciknya.“Bagaimana?” tanya Evan.Noah menggeleng tegas. “Aku tidak mau.”“Tidak mau?”Senyuman Evan luntur. Ia tak menyangkah kalau akan mendapatkan penolakan dari Noah terkait syarat yang menurutnya paling mudah.“Aku izinkan kau mengakuisisi perusahaanku, tapi tidak dengan perceraia,” tegas Noah.Dahi Evan berkerut bingung. “Kenapa? Apa jangan-jangan… kau menyayanginya?”Noah memilih tak menjawab pertanyaan itu. Ia hanya mendorong kertas di depannya menjauh.“Aku tidak bisa bercerai dengan Ivy,” putusnya.Ia sudah membuat Ivy menderita dan ia tak mau menyakitinya berulang kali. Apalagi dengan menceraikannya.“Kau tak mau bercerai?” Evan bertanya dengan kaget.“Ya,” jawab Noah dengan penuh keyakinan.Evan terdiam beberapa detik, lalu tertawa keras. Ia mengangguk-angguk, lalu mengambil kembali kertas itu.“Baiklah… baiklah…. kau bisa memilikinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 64: Takdir Kejam Dua Bersaudara

    “Uhuk!”Pelukan antara Noah dan Ivy terlepas saat mendengar suara batuk Ezra yang disengaja. Noah menghapus air matanya, lalu menatap Ezra dengan malas.“Kau sangat menganggu,” ujarnya.“Aku sudah menunggu lama ya di luar. Lagipula, aku juga mau melihat keadaan Ivy,” timpal Ezra.Ivy tersenyum, tapi kemudian menatap Ezra dengan bersalah. “Maaf, Ezra. Aku membuatmu terseret jebakan Ayah.”Ezra mendengus mendengarnya.“Aku lebih marah kalau masih menyebut lelaki tua itu sebagai Ayah. Dia itu Iblis, asal kau tau,” geram Ezra.Ezra berjalan mendekat ke sisi ranjang Ivy, lalu lanjut berkata, “Kau tak perlu merasa bersalah. Semuanya bukan kesalahanmu. EVan saja yang terlalu licik dan kejam.”“Benar. Kau tak perlu memendam perasaan bersalah yang hanya membebanimu.” Noah mengangguk setuju.Ivy merasa bersyukur karena Noah dan Ezra yang berusaha menenangkannya. Dan ia pun sadar kalau hubungan Noah dan Ezra tak seburuk sebelumnya.“Oh ya, Clara!”Senyuman kecil Ivy luntur saat teringat dengan t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 65: Perhatian Tak Terduga

    Keadaan Ivy membaik setelah satu minggu perawatan intensif. Meskipun belum diperbolehkan pulang, Ivy bersyukur setidaknya sudah bisa keluar dari kamar dengan menggunakan kursi roda.“Aku mau menjenguk Clara,” ucapnya setelah Noah membantunya membersihkan diri dengan membilas tubuhnya dengan kain yang dicelup air hangat.“Baiklah.”Noah menggendong Ivy untuk duduk ke kursi roda, lalu mendorongnya dengan perlahan.“Apa Clara sudah siuman?” tanyanya.“Terakhir menurut kabar dokter, belum,” jawab Noah.“Ah….”Suasana hati Ivy menjadi sangat sendu setelah mendengar jawaban Noah. Namun, ia berusaha terlihat tabah. Meskipun matanya tetap berkaca-kaca saat ia sampai di ruang rawat Clara.“Hai… Kakak datang,” sapa Ivy dengan senyuman lebar.Ivy menggenggam erat tangan Clara dan menciumi punggung tangannya.“Kenapa kau tak bangun juga? Sedang mimpi indah ya?” tanyanya. Suara Ivy terdengar serak karena menahan tangis.“Ayo bangun. Aku merindukanmu…,” lirih Ivy.Noah mengelus pundahnya untuk meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 66: Perdebatan Sengit

    Suasana di dalam ruang rawat Clara menjadi tegang saat Evan menginjakkan kaki di sana. Noah pun berdiri tegap menyentuh kedua pundak Ivy untuk menenangkan, sedangkan Ezra bergerak maju di depan Ivy dan ranjang Clara.“Hahaha! Kenapa kalian ketakutan seperti itu?” Evan tertawa terbahak-bahak.Saat Evan berjalan maju, semua orang memilih mundur. Dan hal itu membuat Evan makin tak menghentikan tawanya.“Aku hanya datang untuk menjenguk putriku. Kenapa kalian takut?” tanyanya.“Karena kau yang sudah membuat mereka di rumah sakit! Kau yang menyakitinya!” seru Ezra.“Itu karena Ivy dan Clara sudah nakal. Sebagai orang tua, aku berhak menghukum anakku kalau tak patuh. Benar, kan?” sahut Evan dengan tersenyum miring.Ivy merasa kalau pegangan Noah di pundaknya menjadi menguat. Ia pun mengelus punggung tangannya dan menatap Noah dengan lembut.“Jangan marah, tidak apa-apa,” gumamnya.“Lihat! Kau dengar sendiri kan kata Ivy! Dia tidak apa-apa!”Evan berjalan makin maju sehingga membuat kesabara

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 67: Menyusun Rencana

    Pintu kamar itu kembali berdebum karena ditutup dengan keras. Noah sampai memeluk Ivy dengan cepat agar tak membuatnya tersentak kaget.Sepeninggal Evan, ruangan itu masih terasa suram dan tegang. Baik Noah, Ivy, maupun Ezra tak ada yang membuka suara.Semuanya hanyut dalam pikiran masing-masing. Hanya suara mesin yang menunjukkan debar jantung Clara yang menghidupkan suasana itu.“Apa kau mau kembali ke kamar?” tanya Noah, yang akhirnya menjadi pemecah keheningan di ruangan itu.Ivy mengangguk kecil. “Hm. Ayo kembali ke ruanganku.”“Baiklah.”Noah sudah siap di belakang kursi roda Ivy untuk mendorongnya, tetapi Ezra menghadangnya dengan berdiri di depan Ivy.“Apa yang kau lakukan?” tanya Noah dengan jengkel.Ezra memandangi Ivy dengan dalam hingga membuat Ivy terdiam. Entah mengapa, Ivy mengerti arti tatapan mata itu.“Aku perlu bicara dengan Iv,” ucap Ezra, masih tak bisa melepaskan tatapan matanya dari Ivy.“Bicara apa?” tanya Noah. Ia merasa sedikit terganggu dengan tatapan mata E

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 68: Menagih Hak

    Sudah dua minggu berlalu, tetapi Clara tak kunjung membuka matanya. Sedangkan Ivy sudah diizinkan pulang sejak tiga hari yang lalu, tetapi ia tetap memilih berada di rumah sakit.“Aku mau menjaga Clara,” ucapnya ketika Noah terus merayunya untuk pulang ke rumah.“Bagaimana kau bisa menjaganya saat keadaanmu sendiri perlu dijaga? Kau belum sembuh sepenuhnya, Sayang.” Noah mengelus pipi Ivy dengan gemas.Sudah tiga hari terakhir mereka mendebatkan hal yang sama; Noah ingin Ivy istirahat di rumah, sedangan Ivy kukuh tetap berada di rumah sakit dnegan Clara.“Kalau aku di sini dan kenapa-napa juga ada banyak dokter dan suster. Aku akan baik-baik saja,” balas Ivy, mencoba meyakinkan Noah.Noah berdecak. Ia berusaha memutar otaknya untuk mencari-cari alasan yang bisa meluluhkan Ivy hingga senyumnya terukir kecil saat menemukan satu ide.“Tapi aku merindukanmu.”Noah merendahkan suaranya dengan mata yang terfokus pada bibir Ivy. Sontak Ivy terhenyak dan gugup setengah mati.Ivy paham dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06
  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 69: Pelukan Kerinduan

    “Noah… aku sudah lelah.”Ivy mencengkeram bantal di bawahnya dengan napas terengah-enggah. Di belakangnya, Noah masih naik turun dengan bulir keringat yang menetes hingga punggungnya.“Se-sebentar lagi. Sayang… Ah….” Noah menjawab dengan napas tak kalah terengah.Ivy hanya bisa memejamkan matanya kala jutaan kembang api meledak di kepalanya. Perutnya terasa hangat saat Noah akhirnya mengeluakan cairannya untuk ke-tiga kalinya.“Terima kasih, Sayang,” bisik Noah saat membaringkan tubuh polosnya di sebelah Ivy.Ivy mengangguk kecil karena ia sudah tak memiliki tenaga untuk menjawab. Suaranya terasa habis karena terlalu banyak berteriak saat bercinta.Ia tak mengira kalau sudah lama tak berhubungan intim akan membuatnya merasakan sakit yang luar biasa lagi. Beruntung Noah melakukannya dengan penuh hati-hati hingga ia masih bisa menikmatinya.“Tidurlah. Kau pasti lelah,” ucap Noah sembari menarik tubuh Ivy ke dalam pelukan.Noah pun menata selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Mata I

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-06

Bab terbaru

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 134. Bertarung Dengan Waktu

    Ruangan yang gelap dan apek itu hanya dipenuhi dengan aroma anyir. Pandangan Ivy sudah buram karena air mata dan rasa sakit di kepalanya yang berdentum kian besar seolah-olah kepalanya akan pecah. Tubuhnya sudah sempurna lemas dan tak bisa bergerak lagi. Sekadar bergidik ngeri dan menggeliat sakit pun tak sanggup. Ivy yakin kalau kakinya sudah lumpuh karena ia tak bisa menggerakkan jari-jari kakinya. Kini, ia menduga kalau tangannya pun tak lama lagi akan kehilangan fungsinya karena Evan terus memukuli tangannya tanpa henti. “Tangan ini yang sudah menjadi petaka untukku. Tanganmu harus dilumpuhkan juga,” tegas Evan. Ketika Ivy memejamkan matanya untuk menahan sakit dari hantaman besi itu ke tangannya, sayup-sayup ia mendengar suara langkah kaki yang mendengar. Ivy sempat mengira itu hanya halusinasinya, tetapi tubuh Evan yang menegang membuatnya yakin kalau memang ada orang yang mendekat. “Sialan! Siapa itu?” desis Evan dengan geram. Suara langkah kaki itu kian mendekat. Dari su

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 133. Harapan Tepat Waktu

    Noah berdiri seperti orang linglung di ruang kamar Ivy. Pandangannya sudah kosong dan kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran buruk. Ivy menghilang. Ivy pergi. Hanya kalimat itu yang terus terngiang-ngiang di benaknya.“Ivy! Kau di mana?” tanya Noah dengan suara putus asa.Di dalam kamar itu, Noah tak bisa lagi menahan air matanya. Ia jatuh terduduk di lantai dengan tangisan putus asa. Mulutnya terus memanggil-manggil nama Ivy dengan lesu.“Ivy!!!!” “Dia tak akan menjawabmu karena dia memang tidak ada di sini!” Clara berseru dari luar kamar.Noah sudah tak memiliki tenaga lagi untuk berteriak kepada Clara. Sebagian nyawanya seolah sudah menghilang bersama raibnya tanda-tanda kehadiran Ivy.Ezra sendiri berusaha tetap was-was. Ia memang panik melihat Noah yang sudah sangat lemah. Belum lagi Clara yang masih mengompori dengan terus berteriak bahwa usahanya sia-sia untuk mencari Ivy di rumah ini.“Ivy memang tak di sini,” pikir Ezra.Ezra bisa menyimpulkan hal itu karena Clara terliha

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 132. Tanpa Jejak

    “Kau mendapatkan kartu identitas sebagai polisi itu dari mana?” Noah bertanya dengan bingung ketika mereka berhasil menerobos ke pekarangan rumah Evan dengan mudah. Ezra hanya tersenyum tipis.“Aku membuatnya untuk jaga-jaga,” balasnya.“Jadi itu hanya cetakan palsu?” sahut Noah dengan melongo.Ezra mengangguk. “Tentu saja. Tak mungkin aku sungguhan polisi.”“Kau… benar-benar licik sekali,” tukas Noah. Untuk kesekian kalinya, ia terkejut dengan segala rencana dan akal bulus Ezra.“Itu namanya jenius, bukan licik,” koreksi Ezra. Lagi-lagi Ezra tersenyum sombong dan mengetuk-ngetuk pelipis kanannya saat menatap Noah.“Kau hanya perlu menggunakan otakmu dengan baik,” ucap Ezra.Wajah Ezra yang berlagak sombong sungguh membuat Noah naik pitam. Ia sangat ingin memukulnya, tetapi mereka harus bergerak cepat untuk masuk ke dalam rumah Evan.“Ayo masuk,” ucap Noah sembari mendorong pintu utama rumah Evan.“Ya.”Ketika pintu itu terbuka lebar, hanya sunyi yang menyambut Noah dan Ezra. Merek

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 131. Langkah Awal Penyelamatan

    Sepanjang perjalanan menuju kediaman Evan, Noah lebih banyak diam semenjak mengetahui identitas Ivy yang tersembunyi. Ia masih tak menyangka kalau istrinya sudah menyembunyikan rahasia besar itu darinya.“Lalu kenapa kau tahu kalau Ivy juga peretas? Apa kalian sudah lama berteman?” tanya Noah, melanjutkan interogasinya kepada Ezra.“Kami memang berteman lama sebagai sesama peretas, tetapi sama-sama tak tahu identitas asli kami,” jawab Ezra.“Lalu sejak kapan kalian tahu?” tanya Noah. Ketertarikan Noah untuk mengulik informasi tentang hubungan Ezra dan Ivy semakin tinggi. Ia tidak menyangka kalau mereka ternyata lebih dekat daripada yang ia duga.“Mungkin beberapa saat setelah aku bertemu Ivy. Yang jelas, saat itu aku sudah berbuat licik dengan mengancam Ivy akan mengungkap identitasnya padamu,” ucap Ezra.“Apa?” Noah menyahut dengan kesal. “Berani-beraninya kau mengancam Ivy!” serunya dengan kesal.“Aku menggunakan cara itu karena aku sangat tertarik kepadanya. Aku sangat menyukai I

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 130. Kehebatan Tersembunyi

    “Katamu kau menghubungi seorang profesional yang bisa melacak keberadaan Ivy, kan?” tanya Ezra kemudian. “Ya,” jawab Noah dengan mengangguk cepat. “Sebaiknya kuhubungi lagi saja untuk melacak keberadaan Clara,” lanjutnya. Ezra mendengus. “Akan membutuhkan waktu lama,” celetuknya.“Lalu bagaimana? Kita tak memiliki pilihan lain,” sahut Noah. “Masih ada,” balas Ezra dengan tegas. Noah memandangnya dengan bingung, sedangkan Ezra menoleh dan melemparkan senyuman penuh percaya diri. “Masih ada aku. Aku bisa melacaknya dalam hitungan detik,” tukas Ezra. “Kau?” Noah menunjuk Ezra dengan wajah tak percaya sehingga membuat Ezra mendengus kesal. Mobil yang semula melaju cepat akhirnya mulai berkurang kecepatannya. Ezra memilih membelokkan mobilnya ke sebuah gang sepi dan menghentikan mobilnya. Noah yang melihat hal itu jadi makin keheranan.“Kenapa berhenti? Bukannya kita harus ke rumah Evan secepatnya?” tanyanya dengan sedikit kesal karena keputusan Ezra yang memilih berhenti. “Sebent

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 129. Firasat Kehilangan

    “Kau harus tetap sadar, Noah! Kita akan menemukan Ivy!”Ezra terus-menerus menggoyang tubuh Noah yang membeku. Ezra sudah sampai di rumah makan itu selama tiga puluh menit, tetapi Noah tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kewarasan. Akal sehat Noah seolah-olah sudah hilang. Ia terus memanggil-manggil Ivy dengan menangis hingga ia sukses menjadi tontonan banyak orang. Akhirnya, Ezra membawa ke mobilnya dengan bantuan petugas keamanan.“Sialan! Sadarlah, Noah!” bentak Ezra dengan memberi tamparan ke pipi kanan Noah. Noah akhirnya berjengit, lalu menatap Ezra. “Ezra, aku merasakan firasat buruk,” sahut Noah dengan tatapan kosongnya. “Aku merasa akan kehilangan Ivy untuk selamanya,” lanjutnya dengan lirih.Ezra memukul dashboard mobil dengan kesal. Ia sangat marah karena Noah tak bisa diajak kerja sama, tetapi di lain sisi ia pun paham dengan perasaannya. Jauh di dalam benaknya, ia pun juga merasakan hal yang sama.“Lalu apa kau akan tetap diam seperti orang bodoh di sini? Kau akan mera

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 128. Kastil Merah

    Napas Ivy selalu berat sejak penyiksaan itu terjadi. Akan tetapi, ia bisa mengela napas lega saat tongkat yang semula sudah diangkat tinggi oleh ayahnya, kembali turun.Kelegaan semakin menyeruak di dadanya ketika Evan sudah melempar tongkat itu ke samping. Evan sudah membuang senjatanya, bukankah itu sebuah kabar baik?“Ayah sudah membuang tongkat bisbol itu. Apa penyiksaan ini akan berakhir? Apa Ayah tersentuh karena aku hamil?”Ivy menduga-duga dalam benaknya. Ia berharap apa yang dipikirkan memang benar. Ia sangat berharap bahwa ayahnya luluh karena kehamilannya.“Iya, Ayah. Aku hamil… aku hamil cucumu. Cucu pertamamu,” ucap Ivy. Evan mengangguk-angguk. Ia memilih jongkok untuk menatap Ivy lebih jelas. Posisi wajah yang sejajar membuat Ivy bisa menatap ayahnya dengan jelas.Pada awalnya, Ivy merasa lega ketika Evan membuang tongkat bisbol itu. Ia mengira Evan sudah luluh dan tak akan menyiksanya lagi. Akan tetapi, ia tahu kalau pemikirannya salah.Ketika Ivy melihat wajah Evan ya

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 127. Di Bawah Penyiksaan

    Tak terhitung sudah berapa kali Ivy jatuh pingsan. Sepanjang ingatannya, ia hanya terus dipukuli tanpa ampun. Ivy ingat kalau kasurnya bahkan sudah merah karena darah yang mengalir dari tubuhnya. Beberapa kali ka terbangun dan mencium aroma anyir.Akan tetapi, kali ini terasa berbeda. Ivy tak mendapati ia tengah berada di kamarnya lagi. Kasur yang semula sudah penuh darah sudah tak ada.“Ini dimana?” Ivy bisa mendengar suaranya sendiri yang lirih dan serak. Tempat ini sangat gelap, juga lembap dan penuh debu hingga membuatnya terbatuk.Ketika Ivy ingin menutup mulutnya karena terus terbatuk, ia baru sadar kalau tangannya sudah dirantai. Dengan panik ia menggerakkan seluruh tubuhnya, tetapi ia tak bisa melakukan apa-apa.Kedua tangannya sudah dirantai dan kakinya pun dipasung. Ivy mulai menggeliat panik.“Tidak… tidak….” Air mata Ivy mulai berjatuhan karena menyadari kondisinya yang makin tak terselamatkan. Selama jni, tangannya terus melingkar di perut untuk melindungi janinnya.Ki

  • Jerat Dendam CEO Kejam   Bab 126. Seperti Orang Gila

    “Kau ada di mana?”Ketika Noah mengangkat panggilan telepon, pertanyaan Ezra sudah menyambutnya. Keningnya sedikit berkerut karena merasakan terik matahari yang sangat panas. Untung ia berdiri di bawah pohon yang cukup rindang.“Aku masih di rumah makan. Tadi Ivy minta makan jadi kami mampir dulu setelah dari pengadilan agama,” balas Noah dengan sejelas mungkin. “Ada apa?” tanyanya kemudian.“Kita harus bertemu secepatnya untuk melanjutkan diskusi tentang pembatalan akuisisi itu. Aku sudah menghubungi pengacara terbaik yang direkomendasikan temanku,” balas Ezra. Noah mengangguk mengerti. “Baiklah. Setelah ini aku akan ke tempatmu.”“Ya, aku tunggu.”Selain mengurus pembatalan gugatan cerai, Noah memang disibukkan dengan rencana pembatalan akuisisi. Pada awalnya, ia bingung karena Ivy ternyata berperan cukup besar dalam penyusunan strategi itu. Ezra bahkan mengatakan kalau sebagian besar data didapatkan oleh Ivy. “Bagaimana kau melakukannya?” Noah bertanya keheranan, tetapi Ivy han

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status