Kediaman besar Felix langsung terasa sepi setelah Zetha dan Luciano membawa ketiga anak mereka juga pasangan Aghna dan Sandi serta Susie pergi ke Skotlandia. Mereka memang sengaja memberikan ruang untuk Felix dan Veronica agar bisa menikmati waktu pengantin baru, karena semuanya juga yakin Felix mungkin tidak akan mengajak Veronica pergi berlibur untuk bulan madu. Malam sudah larut, tetapi Felix belum kembali ke kamar tidur. Veronica merasa gugup dibiarkan sendiri dalam kediaman besar dan luas yang benar-benar terasa dingin juga sunyi. Veronica turun ke pantry untuk membuat camilan, mengalihkan pikirannya yang sedang tidak bisa diam. "Apa yang kau buat?" Felix tiba-tiba muncul di belakang Veronica yang terperanjat dan tanpa sengaja menjatuhkan adonan pasta yang sedang ia olah ke atas lantai. "Kau mau pasta?"Felix menatap adonan pasta yang jatuh ke lantai, lalu pandangannya naik meneliti tampilan Veronica yang belum mengganti pakaian dari istrinya itu pulang bekerja di restorannya
Felix menurunkan Veronica di dalam ruangan wall in closet dan mereka berpakaian dalam diam. "Sini, aku bantu." Felix meraih alat pengering rambut yang dipegang Veronica dan mulai membantu mengeringkan rambut panjang istrinya itu sampai setengah lembab. Veronica memperhatikan tampilan wajah Felix dari cermin meja rias. Felix sangat tampan dengan tulang hidung tinggi dan sepasang alis lebat juga bibirnya berlekuk seksi. "Makanan sudah datang, kau tak bisa kenyang hanya dengan memandangi wajahku. Mari makan!" Wajah Veronica langsung memerah mendengar perkataan Felix yang tentu saja pria itu menyadari tatapan istrinya terlihat memujanya, hal yang dia inginkan. Namun relung hati Felix menghangat merasakan cinta dari pandangan mata Veronica. Veronica dan Felix sudah duduk pada kursi masing-masing, saling berhadapan dengan meja bulat portable kecil penuh tertata piring berisi makanan di depan mereka. Felix memiliki chef dari restoran hotel bintang lima, ia pekerjakan khusus di kediaman
Veronica yang ditinggalkan Felix di dalam kamar ketika hampir menyelesaikan makan malam mereka, karena mendapat panggilan darurat dari Hvitserk, berjalan ke depan jendela, duduk pada sofa sambil memainkan ponsel pintar di tangannya. Veronica belum bisa lupa tatapan mata Felix, nada bicaranya ketika berkata ingin membunuhnya juga perhatian yang ditunjukkan pria itu. Veronica juga teringat akan perkataan Zeze padanya saat mereka mengobrol di tepi kolam renang, "Rejeki, jodoh dan kematian berada di luar kekuasaan kita manusia. Kami semua bersedih dan berduka atas tewasnya suami Ambu bersama Mommy Cella. Tapi, apa yang bisa kami lakukan untuk membuat mereka hidup kembali?" "Jangan ungkapkan identitasmu pada siapapun jika hal itu mengganggumu. Kau pantas untuk dicintai dan hidup bergembira, Veronica." Veronica memang bukan tipikal orang yang pamrih menginginkan terima kasih atau balas budi atas tindakannya menyelamatkan Zeze, keponakan kandung Felix. Tetapi sikap Felix dan Zeze seperti
"Apakah ada hubungannya aku mengakuisisi bisnis Joe Parrish dengan keluargamu, Lo?" Felix memberikan pertanyaan yang sebenarnya ia mencoba memutuskan pembicaraan yang terkesan akan berbelit-belit dari Lorenza. Lorenza menganggukkan kepalanya samar, "Jika Anda mengetahui siapa saya, kenapa Anda masih mau memperkerjakan saya di perusahaan?" Lorenza semakin gugup dipandangi oleh Felix dan bos tampan idolanya yang masih tetap ia cintai diam-diam tersebut sudah lebih dari dua kali memanggilnya dengan nama panggilan berbeda dari orang di sekelilingnya, yaitu 'Lo'. "Aku tidak tau. Bagian urusan perekrutan karyawan, aku mempercayakannya pada Billy sebelumnya. Jadi Billy yang menerimamu bekerja di perusahaan, bukan aku." jujur Felix ditanggapi anggukan Lorenza pelan, "Tapi sekarang kau bisa berada di sini, aku lah yang memilihmu dan ku lihat kau memang memiliki kemampuan seperti yang kau ucapkan padaku.""Sekarang katakan, jangan berputar lagi ...katakan apa poin yang ingin kau sampaikan pa
Luca duduk di lantai ubin dalam kamar mandi, kepalanya tersandar ke dinding. Perutnya benar-benar bergemuruh dan sama sekali tidak bisa diajak bersahabat sedikitpun. "Luca ...!?"Michele mencari Luca di dalam kamar hingga ke ruang baca sebelah ruangan tidur mereka, ahirnya mendapati suaminya itu tersandar lemas pada dinding kamar mandi. Michele memberikan pijatan lembut ke tengkuk, kening dan pelipis Luca yang akhirnya membuka kelopak matanya lemah. "Sweetheart, aku ingin berkunjung ..." Luca yang tubuhnya lemas, hal yang ia inginkan ternyata adalah mengunjungi istrinya yang sedang mengandung janinnya. "Kau masih lemas. Tunggu bertenaga sedikit, aku lelah jika harus menunggangi kuda jantan sepertimu!" "Aku benar-benar rindu ..." Luca menyampirkan wajahnya ke pundak Michele dan mengecupi leher istrinya itu hingga berdecak. "Papa sedang membuatkanmu camilan bersama Lucy. Besok, kita jadi pulang ke Hawaii?" Michele berusaha memapah tubuh besar Luca keluar dari kamar mandi untuk ia
"Bahan A dan B tolong dicampurkan, lalu marinasi selama tiga puluh menit untuk mendapatkan citarasa daging yang juicy." tutur Veronica pada salah satu chef di dapur restoran bagian menu daging. Rafal, chef yang di posisi daging, menganggukkan kepala, mendengarkan fokus apapun arahan Veronica. Selena yang diam dan mengikuti di belakang kakak perempuanya itu menulis semua poin-poin perkataan Veronica juga sikap para chef mereka. "Apakah sudah selesai membuat kaldu yang ku ajarkan kemarin?" Veronica bertanya pada Ewa, chef khusus menangani bumbu masakan. Veronica dan Selena memang membagi-bagi semua tugas Chef di restoran mereka. Tidak ada yang boleh saling mendominasi satu sama lain, melainkan bekerjasama secara adil dan demi kepentingan bersama. "Sudah, Madam." Ewa menjawab sopan, bergegas mengambil tester kaldu di lemari pendingin untuk ia bawa agar bisa dicicipi oleh Veronica. Veronica memejamkan kedua kelopak matanya saat mencicipi rasa kaldu buatan Ewa yang sebenarnya ia meras
Veronica benar-benar tidak bisa mengelak dalam kungkungan Felix yang menjeratnya. Veronica akhirnya meletakkan beberapa dokumen di atas meja dan menyimpan dokumen penting dalam brangkas pribadi yang kuncinya ia gantungkan ke leher sebagai bandul kalung. "Akan ku buatkan bandul kalung yang bagus untukmu! Untuk sementara ini aku yang simpan, besok sebelum kau pergi bekerja, minta padaku." Felix meraih kalung tali yang baru saja Veronica kalungkan ke lehernya.Sebelum pergi ke luar, Felix membisikkan pada Keanu untuk membuang semua perabotan yang tergantung pada dinding ruangan kerja Veronica, termasuk lukisan mahal yang ia pesan untuk dibelikan oleh John sebelumnya guna memperindah ruangan kerja istrinya itu. "Bagaimana kau tau dalam ruanganku terdapat kamera tersembunyi? Bukankah semua pelayan dan pekerja diawasi ketat oleh Jose dan John juga Keanu, anak buahmu?" Veronica bertanya, telah mendudukkan dirinya pada kursi penumpang dalam mobil Felix. "Insting suami!" Felix menjawab pend
Setelah puas membawa Veronica berputar-putar ke tengah lautan menggunakan jetski, kini Felix menyewa sebuah kapal beserta juru masak dan juru kemudi untuk mengantarkan mereka ke lokasi-lokasi indah, strategis juga aman untuk berenang. "Kau tidak bekerja hari ini?" Veronica bertanya sambil menyuap buah anggur tapi detik berikutnya wanita cantik itu memindahkan buah dalam mulutnya ke mulut Felix yang sejak tadi makan dan minum dari mulut istrinya. "Kau tidak inign bersenang-senang liburan bersamaku? Aku belum memberikan bulan madu untukmu, kau mau pergi kemana?" Felix berbaring telentang di atas geladak dan Veronica duduk pada sebelah pinggangnya yang terus ia peluk melekat rapat, tidak diijinkan berjarak sedikitpun. Entah karena pengaruh dari cuara yang cerah, suasana hati Felix turut ceria dengan netra mata berwarna coklat keemasan yang semakin Veronica suka menatapnya berlama-lama. "Aku tidak keberatan kau ajak kemanapun." Veronica tidak memiliki tempat yang ia terobsesi ingin ku
Zetha mengerutkan alisnya memandang wajah muram Luca, "Kesalahan apa yang kau lakukan? Kau akhirnya khilaf dan meniduri Megan?""Itu konyol! Aku tak mungkin melakukan kebodohan seperti itu!" dengkus Luca cepat, lalu menghadap Luciano yang diam tetapi jelas menunggunya bicara."Aku menegur Zeze ..." Luca menceritakan apa yang diberitahukan oleh Markus sehingga ia bergegas pergi ke penginapan Anne dan berkata jika ia menolak hubungan Zeze bersama Pierre Bastien."Aku bersalah, aku membentaknya keras dan ...Zeze membalasku dengan mengatakan jika ia keturunan Johnson, bukan gadis Salvatore."Baru saja Luca menyelesaikan kalimatnya, Luciano sudah pergi keluar dari kamar mencari Zeze. Luciano sangat paham perasaan putrinya, meskipun ia sendiri pun juga masih belum rela jika Zeze mengenal pria secara spesial di luar sana.Di dalam kamar, Zetha belum berkomentar, hanya memandang Luca dengan tatapan rumit. Baru saja ia merasa b
"Kau menyakiti perasaannya." Markus mendesah memandang Luca yang menyapu kasar wajahnya dengan telapak tangan."Harusnya jika kau cemburu atau tidak suka, ajak dia bicara baik-baik. Bukan langsung menolak seperti tadi." tambah Markus menasehati Luca."Kau tdak tau apa-apa, Markus!" Luca sudah berdiri, menumpukan kedua telapak tangannya ke atas meja dan memajukan wajah ke depan Markus, "Pria itu, Pierre Bastien ...dia adalah pria yang rumit! Menurutmu kenapa pria dewasa seperti dia belum menikah?"Markus menggedikkan kedua bahunya cuek, "Aku juga masih sendiri belum menikah sewaktu seusia dia ...""Ya, itu karena kau hanya ingin bersenang-senang dengan banyak wanita. Pria itu juga sama! Aku mengenalnya dan sangat mengenalnya dengan baik!" potong Luca cepat.Markus menggosok ujung hidungnya dan tersenyum masam mendengar perkataan Luca. Tidak banyak yang tahu kenapa Markus menolak menikah dan bahkan ia pernah menjalin hubungan
Luca bergegas mengemudikan mobil pergi ke penginapan Anne setelah diberitahu oleh Markus jika Zeze baru saja mencium pria.Jantung Luca berdegup kencang dan tentu saja ia sangat kuatir jika pria yang dicium Zeze bisa tewas jika tidak segera diberikan pertolongan. Freyaa tak akan berbaik hati begitu ringan membantu, kecuali orang-orang yang ia kenal dekat."Zee ..." Luca langsung datang ke ruangan makan di penginapan Anne, napasnya memburu dan sorot matanya terlihat sangat kuatir.Zeze terkejut, spontan berdiri dari duduknya begitu melihat kedatangan Luca, "Ada apa? Paman terburu-buru, apakah terjadi sesuatu?"Luca menempelkan telapak tangannya yang dingin ke pipi Zeze, merengkuh pundak keponakannya itu erat-erat, "Jangan kuatirkan apapun. Semuanya akan baik-baik aja." bisiknya sangat pelan.Mendengar perkataan Luca, Zeze langsung merenggangkan pelukan pamannya tersebut, "Apanya yang kuatir dan baik-baik saja?"
Malam benar-benar telah turun gelap ketika Zeze dan Pierre tiba di penginapan.Zeze langsung menuju kamar yang biasa ia tempati jika berkunjung ke penginapan Anne ini, tak pernah disewakan pada orang lain selama gadis itu mengkonfirmasi kedatangannya. Apalagi tadi pelayan penginapan sudah melihat kedatangan juga menyimpan kunci mobilnya."Freyaa ...!!"Zeze melihat ke bawah kolong ranjang dipan, membuka lemari baju, mencari ke kamar mandi dan semua sudut ruangan kamar. Namun adik perempuannya tidak ditemukan."Hai ..."Pierre mendatangi Zeze ke ke depan pintu kamarnya, memberikan kode dengan jemari menunjuk ke arah salah satu ruangan yang pintunya terbuka, kamarnya bersama Richie, masih satu lantai dengan kamar Zeze dan Freyaa.Gegas Zeze berlari keluar lalu memasuki kamar yang pintunya terbuka tersebut diikuti oleh Pierre di belakang, tetapi ...Syuuuttt ...swinggg ...!!Beberapa jarum terbang dar
Berkat panduan dan arahan dari Markus, Zeze bersama pasukan ninja berhasil mencapai puncak gunung salju jauh lebih cepat.Bagian atas gunung terdapat permukaan landai di bagian tengah, namun banyak lubang-lubang yang tertutup salju dan jika terinjak bisa menjadi jebakan. Sedangkan di bagian lainnya ada kawah yang tertutup asap dan uap putih."Jangan ke sana, tak ada teratai salju di sebelah sana." Markus menarik lengan Zeze yang menuju ke area kawah.Markus sangat mengenal gunung ini. Ia sudah berulang kali naik di musim panas hanya untuk menenangkan pikirannya dari hiruk pikuk suara manusia.Anne dan Marcio serta orang-orang terdekat mereka, biasanya tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi Markus. Mereka hanya diam-diam mengirim orang untuk melindungi pria yang disayangi Anne sebagai saudara laki-lakinya itu."Paman mendapatkan teratai salju kemarin di sebelah mana?" Zeze bertanya sembari berjalan cepat dan Markus
Zeze memilih meja dekat jendela, duduk bersama Freyaa di restoran perancis, Andorra. "Pesanlah makanan dan minuman yang kau suka pada pelayan, aku ke kamar kecil dulu." bisik Zeze ke depan wajah Freyaa yang mengangguk mengerti. Andorra adalah negara kecil dan ini adalah daerah 'kekuasaan' Anne-Marcio, sehingga Zeze selalu merasa aman jika datang ke Andorra dan tidak kuatir meninggalkan Freyaa duduk sendiri sementara ia pergi ke kamar kecil. Begitu juga dengan Freyaa, Andorra adalah negara favorite-nya karena ia bisa bermain puas bahkan seorang diri tanpa takut diculik atau hilang tersesat. Hampir semua penduduk Andorra mengenal Anne Mary dan keluarganya, pun Marcio banyak melakukan dukungan ekonomi untuk penduduk Andorra. Freyaa memesan makanan dan minuman pada pelayan, sementara Zeze memuntahkan cairan berwarna hijau keluar dari tenggorokannya. "Ada apa ini?" gumam Zeze seraya memegangi perutnya yang terasa melilit sakit. Zeze menumpukan kedua telapak tangannya pada tepian
Rombongan keluarga Zetha dan Zeze tiba di Girona-Costa Brava, Spanyol dengan suasana riang gembira.Marcio Lamparska, sahabat Michael Salvatore semasa hidup juga selaku pemimpin kelompok mafia Spanyol yang membaiat organisasi Salvatore, sudah mengatur orang-orangnya menyediakan beberapa mobil sport serta mobil keluarga seperti MVP dan beberapa sedan menyambut kedatangan Zetha sekeluarga besar berikut para pelayan dan pengawal untuk membawa mereka pergi ke Andorra. Beberapa jam sebelum pesawat jet yang membawa rombongan Zetha dan Zeze sekeluarga tiba d Girona, terjadi ledakan besar di pangkalan militer Alaska juga kediaman Mister Goval di negara bagian utara Palestine. Tidak ada yang tahu penyebab ledakan dan para pengamat politik serta pejabat terkait hanya bisa menduga-duga serangan tersebut dilakukan oleh kelompok teroris, membuat mereka semua ketar-ketir tidak bisa beristirahat dengan tenang serta melakukan meeting demi meeting untuk membahas apa yang mereka sebut perdamaian dunia
Setelah mendengar perkataan Felix, Veronica menggelayutkan lengannya memeluk pundak suami tampan yang telah berkata jujur terus terang padanya itu, "Apakah kau lapar dan ingin makan?" Netra Felix semakin melembut dan bibirnya tersenyum tipis, menganggukkan kepala dengan cepat, berkata pendek penuh keyakinan, "Ya." Veronica mengulum bibirnya sejenak, balas tersenyum, lalu mendorong punggung Felix rebah ke permukaan ranjang kemudian menaikinya dan duduk di atas perut liat suaminya itu. "Sosisku sepertinya sudah matang, apakah sudah bisa ku nikmati atau kau ingin langsung makan pizza?"Rasanya sudah lama telinga Felix tidak mendengar kata pizza keluar dari mulut Veronica. Percintaan mereka kemarin hanya luahan rasa rindu dan mereka bermain gedubrakan. "Aku sedang lapar berat, berikan aku makan pizza." Dengan satu tangan memegang pinggang Veronica, tangan Felix yang lain melepaskan kancing piyama istrinya itu dan jemari Veronica sudah mulai terlatih tidak lagi gemetar mengurai pakaian
Felix membaringkan tubuh Veronica dengan hati-hati di atas ranjang, lalu ia pun turut berbaring menyamping, menumpukan lengan menyangga kepala menghadap istrinya itu. Setelah pembicaraan di sofa tadi, Veronica digendong Felix ke atas ranjang dan sekarang mereka saling berdiam diri tanpa ada kata yang terucap. Hanya mata Felix yang tersenyum lembut memandangi wajah Veronica juga menggerakkan ujung jemari telunjuknya membelai bibir dan leher Veronica. "Bicaralah, kenapa kau diam?" Veronica sedikit merasa canggung diperhatikan dan sedikit aneh karena biasanya Felix akan membabi buta mencumbunya jika ia sudah memberikan 'lampu hijau'. Atau apakah Felix benar-benar memiliki wanita lain di luar? Pikiran Veronica menjadi lebih liar, membayangkan punggung suaminya bergerak di atas tubuh wanita lain. Dengan cepat Veronica menggelengkan kepalanya, lalu menoleh pada Felix. "Apa yang kau pikirkan? Kenapa menggeleng?" Felix mendekatkan wajahnya ke samping pelipis dan berbisik di daun telinga