Share

Jerat Cinta Suami Posesif
Jerat Cinta Suami Posesif
Penulis: Mama fia

Alasan yang sama

Penulis: Mama fia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-10 17:50:27

"Sayang ... Sayang ... kamu di mana?"

Suara Mas Andra—suamiku, bergema di seluruh sudut rumah. Jika pulang kerja, dia selalu seperti itu. Padahal dia tahu, aku selalu rebahan di kamar atau duduk di taman belakang. Itu karena dia melarangku pergi ke luar rumah sendirian.

Sesuai dengan arti namanya, Andra Abryal, suamiku adalah pria yang tampan, kuat dan berani. Kuat dalam segala hal.

"Sayang, aku kira kamu pergi diam-diam. Ayo, kita makan. Aku membawakan nasi bebek kesukaanmu."

Mas Andra sudah berada di ambang pintu kamar. Dia tersenyum sangat manis. Dengan malas aku beranjak dari tidurku. Tubuhku masih terasa sangat lelah. Tulang-tulang pun rasanya mau patah.

Bagaimana aku tak lelah? Setiap malam bahkan sampai menjelang pagi aku selalu melayaninya. Itulah salah satu keistimewaan suamiku. Dia begitu kuat saat memberiku nafkah batin.

Mungkin bagi sebagian wanita, mereka akan bahagia. Tapi tidak denganku. Bahkan akhir-akhir ini aku merasa menyesal menjadi istrinya. Astaghfirullah ....

Aku duduk diam di kursi yang ada di ruang makan. Mas Andra yang menyiapkan. Meletakkan piring, sendok dan segelas air putih di hadapanku. Dia juga membukakan bungkusan nasi bebek untukku. Aku benar-benar diperlakukan seperti ratu. Bahkan jika aku mau, Mas Andra akan menyuapiku.

"Mau aku suapi, Sayang?"

Aku menggeleng perlahan sebagai jawaban. Mas Andra pun mengangguk paham.

Kami makan dalam diam. Dia tahu aku sedang tak ingin bicara. Percakapan kami tadi pagi, membuat kami sempat bertengkar.

Setelah selesai makan, Mas Andra yang mencuci piring. Sementara aku kembali ke kamar.

"Sayang, kamu masih marah?" tanyanya.

Mas Andra berjalan mendekat, sepertinya dia baru saja selesai mandi. Dia membelai lembut rambutku. Harum wangi sabun dan sampo menguar ke seluruh ruangan, membuatku ingin memeluknya. Tapi aku gengsi karena sedang kesal.

"Menurut Mas?" tanyaku ketus.

Meskipun aku bicara dengan nada kesal tapi Mas Andra tetap menanggapi ucapanku sambil tersenyum.

"Tolong beri aku waktu, Sayang." Lagi-lagi itu yang dia minta.

"Sampai kapan, Mas? Kita sudah menikah selama dua tahun. Dan itu sudah lama menurutku. Apa Mas nggak ingin punya keturunan?" seruku sembari memukuli dada bidangnya berulang-ulang.

Mas Andra tersenyum lalu mendekapku dengan erat. Tentunya setelah membiarkanku memukulnya sampai puas. Aku pun menangis tersedu dalam dekapannya. Aku kesal, marah, bahkan terkadang ingin berpisah dengannya.

Astaghfirullah ... lagi-lagi aku hanya bisa mengucap istighfar dalam hati. Aku memang istri yang tak tahu diri.

"Kamu tahu 'kan alasanku, Sayang? Tolong, beri aku waktu. Kamu boleh minta apa saja. Tapi untuk yang satu itu, aku belum siap!" Suaranya terdengar tegas tapi tanpa emosi.

Begitulah Mas Andra, dia tidak akan pernah marah padaku. Dia terlihat sangat mencintaiku. Bahkan ketika aku kesal atau marah padanya, dia hanya menanggapi dengan senyuman.

Ya, aku memang sedang marah padanya. Sudah dua tahun menikah tapi Mas Andra tidak mau aku hamil.

Aku sendiri tidak tahu apa alasan sebenarnya dia tidak mau memiliki anak. Mas Andra selalu beralasan tidak siap. Itu saja.

Di saat pria lain mengharapkan buah hati, sampai-sampai selingkuh atau menikah lagi tapi tidak dengan Mas Andra. Suamiku menolak mentah-mentah setiap aku membahas masalah itu.

"Aku wanita normal, Mas. Aku juga ingin melahirkan meskipun kata orang sakit. Aku ingin menjadi seorang ibu. Apa keinginanku berlebihan?" ungkapku dalam dekapannya setelah tangisku reda.

Mas Andra semakin mengeratkan pelukan lalu mengecup puncak kepalaku. Terdengar helaan napas panjangnya sebelum membalas ucapanku.

"Keinginanmu sama sekali tidak berlebihan. Hanya saja, aku memang merasa belum siap. Beri aku waktu, mungkin satu atau dua tahun lagi. Kamu masih muda, kita nikmati dulu masa bulan madu kita."

Selalu itu alasannya. Apa dia memang menikah karena hanya ingin menjadikanku budak nafsu? Bahkan sekarang tangan kekarnya mulai bergerilya, menyentuh daerah sensitifku.

Aku mencoba memberontak tapi tubuh tegap Mas Andra membuatku tak berdaya. Dan akhirnya aku hanya bisa pasrah ....

***

Setelah makan malam dan menjalankan kewajiban empat rakaat, aku segera merebahkan tubuhku yang terasa remuk redam. Mas Andra ijin bekerja sebentar di ruang kerjanya.

Rumah Mas Andra bukanlah rumah berlantai dua tapi cukup luas. Mas Andra sudah memilikinya sebelum kami menikah. Dan yang membuatku terharu, rumah yang kami tempati sudah atas namaku sendiri, bukan nama Mas Andra lagi.

Siapa yang tidak bahagia mendapat perlakuan seperti itu? Sikapnya selalu membuat hatiku meleleh. Dia sabar, lemah lembut dan tak pernah perhitungan. Namun kenyataannya, kenapa semua itu tidak membuatku bahagia? Apakah aku seorang istri yang tidak pandai bersyukur?

Entahlah, yang pasti semua orang akan menyalahkanku jika aku menangisi nasibku. Nasib yang mungkin diinginkan semua wanita yang haus harta.

Terdengar suara pintu terbuka perlahan dari luar. Aku pun pura-pura tidur. Aku masih lelah karena pergumulan panas kami tadi sore. Semoga Mas Andra tidak meminta kembali haknya malam ini.

"Sayang ... aku tahu kamu belum tidur. Aku sudah mentransfer uang bulanan ke rekeningmu. Kalau kamu ingin sesuatu, bilang saja padaku. Aku akan membelikannya untukmu," ucapnya dengan lembut di telingaku.

Deru napas Mas Andra terdengar memburu. Aku bergidik ngeri, membayangkan apa yang akan terjadi.

Ya Allah ... berikanlah aku kekuatan."

Hanya itu do'a yang bisa kupanjatkan, sebelum tangan Mas Andra mulai melepas pakaianku satu per satu.

***

"Mas, apa aku boleh pergi ke rumah Rara? Sebentar saja, please ...."

Pagi itu, sebelum Mas Andra berangkat kerja, aku ijin pergi ke rumah Rara—sahabatku satu-satunya.

Kehidupan Rara berbanding terbalik denganku. Ekonomi pas-pasan tapi memilki banyak anak. Bahkan dia sudah mencoba berbagai macam alat kontrasepsi tapi tetap saja hamil.

Suami Rara—Mas Fahmi bekerja sebagai kuli bangunan. Dengan tiga orang anak yang masih usia TK dan balita, kehidupan mereka sering kekurangan. Itulah kenapa aku selalu membantu dengan mengirim sembako atau sedikit uang.

"Boleh tapi aku antar dan pulang kujemput."

Aku mendesah perlahan, mendengar jawaban yang selalu sama. Mas Andra selalu seperti itu ketika aku minta ijin ke luar rumah.

"Mas 'kan kerja. Apa nggak takut dipecat kalau sering ijin?" tanyaku heran sekaligus geram. Tak bisakah dia membiarkanku pergi sendiri sebentar saja?

"Dipecat juga nggak apa-apa. Aku bisa cari pekerjaan baru lagi. Yang penting istriku baik-baik saja," jawabnya dengan santai.

Ucapan Mas Andra bukanlah candaan. Dia memang seperti itu. Memilih dikeluarkan dari pekerjaannya daripada membiarkanku pergi sendirian.

"Astaghfirullah ... aku bisa naik taksi online, Mas ...."

"Aku antar atau kamu tidak kuijinkan pergi. Bagaimana, Sayang?"

Bab terkait

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Pulang sekarang!

    Pertanyaan bernada lembut tapi mengandung ancaman. Bahkan dia sekarang tersenyum manis dengan tangan kanannya mengusap lembut pipiku. Mas Andra memang selalu romantis. Namun entah kenapa, aku terkadang merasa takut padahal ekspresi wajahnya biasa saja. Tidak ada gurat marah sedikit pun."Baiklah, Mas. Aku mau kamu antar. Aku hanya ingin memberikan sembako dan camilan untuk Rara dan anak-anaknya. Boleh 'kan, Mas?""Tentu saja boleh, Sayang. Beri juga uang untuk membayar kontrakan rumahnya." Jawaban Mas Andra tentu saja membuatku bahagia. Kupeluk erat tubuh tegapnya yang sudah terbungkus kemeja biru tua. Dia memang suami yang baik dan juga dermawan. Apalagi dia tahu keadaan Rara yang cenderung kekurangan. "Terima kasih ya, Mas," ucapku dan Mas Andra membalasnya dengan kecupan lembut di bibirku."Sama-sama, Sayang. Ayo, berangkat."Akhirnya aku berangkat ke rumah Rara diantar Mas Andra. Kami berdua duduk berdampingan. Pak Hadi yang mengemudikan mobil sedan mewah kesayangan Mas Andra.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Seperti wanita simpanan

    Akhirnya aku diantar pulang oleh Mas Andra sebelum dia berangkat bekerja. Rara dan Mas Fahmi hanya diam karena mereka tahu bagaimana sifat suamiku itu. Percuma Mas Fahmi menjelaskan kalau dia sebentar lagi akan berangkat ke rumah tetangganya, kerena Mas Andra tetap pada pendiriannya. Aku hanya bisa pasrah karena tidak mampu berbuat apa-apa. Protes pun percuma karena suamiku tidak akan goyah meskipun aku menangis darah. Terlihat kejam tapi itulah suamiku. Dia tidak mengijinkanku pergi ke mana pun tanpa dirinya di sampingku. Jika berkunjung ke rumah Rara, harus dipastikan Mas Fahmi sedang tidak berada di rumah. Rara memiliki ponsel jadul yang hanya bisa untuk telepon dan kirim pesan. Aku yang bodoh karena sebelumnya tidak menghubungi Rara terlebih dahulu. Mungkin karena rasa rinduku pada sahabatku itu, hingga membuatku lupa.Dan di sini aku sekarang, di dalam kamar, hanya bisa berbaring sambil menangisi nasibku. Hingga terdeng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Keributan di luar pagar

    Tadi malam tamu bulananku datang. Pagi harinya, Mas Andra ijin pergi ke luar kota. Dan di saat itulah, aku benar-benar bisa bebas.Eits, tunggu dulu!Yang kumaksud bebas di sini, bukanlah bebas keluar rumah sesuai yang kuinginkan. Bukan!Bebas yang kumaksud adalah bebas kewajiban di atas ranjang. Selain itu, aku juga bisa leluasa memasak, membuat kue, dan mengacak-acak dapur seperti sekarang. Biarlah aku hanya di dalam rumah, yang penting aku bisa melakukan kegiatan yang kusuka. Tak lupa aku juga meminta Rara dan ketiga anaknya datang ke rumah. Mas Andra tetaplah Mas Andra yang posesif. Jika dia ke luar kota, dua bodyguard menjagaku di depan rumah. Bahkan di seluruh sudut rumah kami terpasang CCTV. Sampai bulan lalu saat ke luar kota, Mas Andra masih belum mengijinkanku beraktifitas di dapur. Namun, aku selalu merengek dan merayunya sampai akhirnya dia mengijinkan."Mbak, nanti Bibi saja yang mencuci peralatan masaknya. Mbak Arini jangan terlalu capek. Kalau sakit, nanti bapak mara

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Ancaman

    Bi Lastri menggandeng tanganku lalu mengajakku duduk di ruang makan. Dia meninggalkanku sebentar lalu kembali dan duduk di sampingku."Itu tadi Bu Melisa yang teriak-teriak, Mbak." Ucapan Bi Lastri sangat mengejutkan."Masak sih, Bi? Memangnya dia mau ngapain lagi ke sini?" tanyaku penasaran. Mas Andra dan Melisa sudah bercerai lebih dari tiga tahun yang lalu. Kenapa mantan istri Mas Andra masih saja mengganggunya? Apa ada yang belum selesai di antara mereka?"Sepertinya dia ingin rujuk. Itu yang sempat saya dengar waktu Bu Melisa bicara berdua sama bapak." Aku hanya bisa mengelus dada berulang kali sambil beristghfar."Astaghfirullah ... sudah ditolak, masih saja nekat. Apa nggak ada laki-laki lain di dunia ini sampai-sampai merendahkan harga dirinya? Apa dia nggak tahu kalau Mas Andra sudah menikah lagi?" "Saya juga nggak tahu, Mbak. Sebaiknya sekarang Mbak istirahat saja di kamar. Kalau Mbak Rara datang, nanti saya panggil." Lagi-lagi itu yang Bi Lastri minta, menyuruhku istiraha

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Pil KB siapa?

    Sepuluh hari berlalu. Mas Andra tadi malam sudah pulang dan langsung menuntut haknya.Setelah sholat subuh, aku kembali terlelap. Kalau sudah seperti itu, Mas Andra tidak akan membangunkanku saat dirinya berangkat kerja. Entah berapa lama aku tidur, hingga terdengar suara Bi Lastri membangunku."Mbak, bangun, Mbak ... makan dulu."Aku menggeliat, rasanya mataku masih ingin terpejam. Badanku pun terasa remuk redam. Namun, aku harus makan agar tidak sakit. Aku harus kuat. Apalagi suami perkasaku sudah di rumah."Jam berapa ini, Bi?" tanyaku sembari beringsut turun dari ranjang, berjalan perlahan lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamar.Bi Lastri merapikan meja rias lalu melepaskan sprei yang berantakan, kemudian menggantinya dengan sprei baru yang sudah disiapkan. Aku bahkan seperti anak balita yang dibangunkan ibunya, tanpa harus merapikan tempat tidurnya terlebih dahulu. Mungkin memang sudah menjadi jalan hidupku yang selalu dimanja, semenjak bayi sampai menikah. "Sudah jam sebe

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Stress

    Aku duduk termenung sambil memikirkan apa yang tadi kutemukan. Sebenarnya itu pil KB atau bukan, sih?! Aku tidak tahu pasti karena aku sama sekali tidak pernah melihatnya secara langsung. Apa selama ini beberapa merk vitamin yang diberikan Mas Andra salah satunya juga pil KB? Tidak! Kalau diperhatikan dengan teliti, aku yakin tidak pernah minum vitamin seperti itu.Atau ... apakah Mas Andra selingkuh dan itu adalah pil KB milik selingkuhannya? Tidak! Mas Andra adalah pria yang taat agama. Aku yakin dia tidak akan selingkuh. Kecuali ... menikah lagi. Itu mungkin saja.Akan tetapi, jika pil KB itu memang milik istri muda atau istri simpanan Mas Andra, aku yakin Mas Andra tidak akan seceroboh itu sampai meletakkannya di lemari pakaian kami."Mbak ....""Astaghfirullah ...."Aku terkejut mendengar suara Bi Lastri memanggilku."Maaf kalau Bibi bikin Mbak Arini kaget. Kata bapak, kalau Mbak Arini sudah makan, ponselnya disuruh aktifkan. Bapak mau nelpon."Aku mengangguk mengiakan. Aku s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-02
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Teman lama jadi masalah

    Akhirnya aku hanya bisa percaya dengan ucapan Mas Andra. Selama ini, Mas Andra memang tak pernah bohong. Apa yang diucapkan dan juga yang diinginkannya selalu jujur. Itu yang aku tahu. Hanya saja, semua tentang masa lalunya, Mas Andra belum mau mengatakannya dengan terus terang, terlalu banyak rahasia yang dia sembunyikan."Sayang, kalau kamu mau, hari ini kamu bisa ikut denganku. Aku bertemu dengan klien bos di rumah makan cepat saji di dalam mall. Jadi setelah meeting, kita bisa jalan-jalan." Mendengar Mas Andra mengajakku keluar rumah, aku melonjak kegirangan. Aku seperti anak kecil yang diajak jalan-jalan ayahnya.Kepeluk dari belakang tubuh tegapnya yang sudah terbalut kemeja biru tua. Mas Andra sedang berdiri di depan cermin, menggulung rapi lengan bajunya sampai ke siku. Suamiku terlihat sangat macho dengan penampilannya seperti itu."Beneran, Mas?" Meskipun Mas Andra sudah mengajakku, aku masih saja tak percaya. "Iya, Sayang. Nanti akan kupilihkan tempat duduk yang tidak ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Jerat Cinta Suami Posesif   Pesan dari nomer tak dikenal

    Setelah pulang dari mall, aku mengurung diri di kamar. Seharian aku menangis, tanpa mau makan dan minum. Pertemuanku dengan Dika, ternyata menjadi masalah. Mas Andra juga langsung mengajakku pulang dan rencana jalan-jalan pun gagal."Sayang, ayo makan dulu. Dari tadi siang kamu belum makan."Mas Andra kembali merayuku tanpa rasa bersalah sedikit pun. Bahkan dia sama sekali tidak mengucapkan kata maaf. Aku sangat kesal dengan sikap posesifnya, yang semakin hari semakin membuatku tertekan."Sayang, kamu masih marah?" Mas Andra membelai lembut rambutku lalu mengecup puncak kepalaku berulang-ulang. Tangisku sudah berhenti tapi aku masih diam di kamar. Aku hanya beranjak untuk melakukan sholat setelah itu kembali merebahkan badan. Rasanya aku tidak ingin makan atau melakukan aktifitas apa pun. Dan dia dengan santai bertanya apa aku masih marah? Menyebalkan!"Sayang ...."Kutepis tangannya yang hendak memelukku dengan perlahan. Tenagaku mulai lemah karena lapar, apalagi sekarang sudah ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Telepon dari Dokter Haris 2

    “Kukira Mas sakit sampai-sampai berhubungan dengan seorang dokter.” “Alhamdulillah aku sehat, bahkan sangat sehat. Mau berapa ronde?” tanya Mas Andra sambil menaikturunkan alisnya yang hitam dan tebal itu. Wajahku menghangat mendengar ucapannya yang sepertinya sengaja menggodaku. Aku pun berdecak sebal, menutupi rasa malu. “Ish, Mas ini. Selalu itu yang dibahas. Ya sudah, aku tidur saja. Katanya Mas mau kerja.” “Iya, sayang sekali ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kalau nggak, aku akan memakanmu dengan lahap.” “Memangnya aku ayam kecap?” Mas Andra hanya tertawa. Lalu berjalan meninggalkan kamar setelah mengecup bibirku singkat. *** Aku mengerjapkan mata, melihat sekelilingku. Mas Andra masih belum masuk kamar. Kulihat jam di dinding sudah melewati angka satu. Apa pekerjaannya sebanyak itu sampai-sampai Mas Andra belum tidur selarut ini? Aku beringsut turun dari ranjang dengan perlahan. Meskipun masih mengantuk, aku paksakan untuk mengambil salah satu buku

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Telepon dari Dokter Haris 1

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam tapi Mas Andra belum pulang. Ponselku pun sepi tanpa ada satu pesan atau panggilan telepon dari suamiku. Tumben sekali. Sepertinya Mas Andra benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Atau mungkin dia sibuk mencari siapa pengirim pizza? Ah, semoga saja jika Dika pengirimnya, tidak membuat masalah baru. Aku lelah dengan sikap suamiku yang terlalu pencemburu itu. Aku berbaring setelah sholat empat rakaat. Mataku tak bisa terpejam karena memikirkan suamiku. Jika Mas Andra pulang terlambat, biasanya dia pasti memberitahuku terlebih dahulu. Apa dia marah? Kumainkan ponsel mahalku yang sepi, tanpa aplikasi apa pun kecuali aplikasi berlogo gagang telepon berwarna hijau. Bahkan aku sama sekali tidak berniat men-download aplikasi media sosial satu pun. Apalagi yang sekarang lagi viral, yang di sana kita bisa belanja dengan harga sangat murah. Itu semua aku tahu dari Rara, karena dia sekarang juga berjualan melalui aplikasi yang bernama Tok Tok itu.

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Kiriman Pizza 2

    Bi Lastri tertawa terpingkal-pingkal, mungkin karena mendengar ucapanku. Memang terus terang saja kalau aku kurang healing, kurang refreshing. Bayangkan saja, dikurung di rumah tanpa boleh pergi ke mana pun, siapa yang akan betah? Bersyukur aku memang tipe orang yang tidak suka keluyuran. Namun meskipun begitu, kadangkala aku juga merasa bosan. Wajar, bukan? “Mbak Arini memang lucu. Pantas saja kalau bapak gemas dan cemburu. Kalau Mbak Arini dibiarkan keluar sendirian tanpa pengawasan, pasti digodain banyak laki-laki, mulai hidung polos sampai hidung belang.”“Sekarang Bibi yang lucu,” balas ku sembari tersenyum lebar. “Sudah, Bi, saya mau ke kamar. Semoga saja pizza itu benar-benar dari Mas Andra,” pamitku untuk yang kedua kalinya. “Semoga saja, Mbak.”Aku melanjutkan langkahku menuju kamar. Baru saja sampai di depan pintu, tampak Mas Andra keluar dari ruang kerjanya lalu berjalan ke arahku. Dia tersenyum manis sekali. “Habis makan ya, Sayang?” tanya Mas Andra setelah berdiri tep

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Kiriman Pizza 1

    Aku tersenyum melihat foto yang dikirim Mas Andra. Dia duduk berhadapan dengan Dika, di salah satu restoran Jepang ternama. Ternyata Mas Andra menyetujui permintaanku.Kukirim pesan ucapan terima kasih dengan emoticon love yang entah berapa jumlahnya, mungkin dua puluhan. Dan Mas Andra membalasnya dengan emoticon ketawa. Ish, menyebalkan! Untung cinta.Aku berjalan keluar kamar lalu menuju ruang makan. Perutku mulai meronta, protes minta diisi. Pantas saja, sekarang sudah pukul sebelas siang dan aku memang belum makan apa pun dari pagi, hanya segelas susu setelah sholat subuh. Hampir setiap hari aku tidur lagi setelah sholat subuh, karena lelah semalaman melayani Mas Andra. Ingin menolak tapi aku juga tidak ingin dia nanti selingkuh. Apalagi godaan wanita lain di luar sana selalu mengintai bagi pria tampan dan mapan seperti suamiku itu."Bi Lastri masak apa?" tanyaku pada Bi Lastri yang baru saja menyajikan masakannya di atas meja. Baunya sangat menggugah selera."Saya masak capcay sa

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Membujuk Mas Andra 2

    Mas Andra beranjak berdiri lalu duduk di sampingku. Dia lalu menepuk pahanya, sebagai isyarat agar aku duduk di pangkuannya. Karena penasaran, aku pun menuruti permintaannya."Bukan anakku, Sayang, tapi anak dia dengan suaminya. Setelah kami bercerai, dia menikah dengan selingkuhannya. Satu tahun kemudian, nggak sengaja aku bertemu dan perutnya sudah buncit."Aku merasa lega mendengar jawabannya. Setidaknya Mas Andra tidak ada urusan lagi dengan Melisa. "Lalu?" Aku penasaran dengan kelanjutan cerita tentang Melisa dan anaknya. Mas Andra pasti punya alasan yang kuat kenapa dia membantu mantan istrinya."Lalu apa?" Mas Andra bertanya sambil terkekeh. Aku tahu dia tak ingin lagi membahas tentang mantan istrinya. Namun, aku tak mau menyerah begitu saja."Lalu kenapa Mas memberikan sembako dan uang. Apa alasannya, Mas? Bukankah dia punya suami? Kalau orang yang nggak tahu, pasti dikira Mas masih cinta sama dia. Aku juga nggak menyalahkan Melisa jika dia sampai berpikiran seperti itu."Ma

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Membujuk Mas Andra 1

    "Anu, Pak ... tadi di pasar ponsel saya jatuh, terus tiba-tiba saja waktu saya cari, Bu Melisa datang mengembalikan ponsel saya. Sumpah demi Allah, Pak, saya tidak memberi nomornya Mbak Arini pada Bu Melisa. Bapak harus percaya sama saya."Akhirnya Bi Lastri menceritakan apa yang dialaminya sewaktu di pasar dengan terbata-bata. Aku yang sudah mendengarnya, berusaha membela Bi Lastri. Aku yakin Bi Lastri tidak bersalah."Mas, aku yakin Bi Lastri tidak berbohong. Ayolah, Mas sendiri tahu bagaimana pengabdian Bibi selama ini. Apalagi Mas juga sudah mengenal Bibi selama sepuluh tahun."Mas Andra menghela napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan. Dia lalu mengecup puncak kepalaku sebelum meninggalkan kami. Sepertinya Mas Andra masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia hanya mendengarkan tanpa membalas penjelasan Bi Lastri."Tenang ya, Bi, Insya Allah Mas Andra percaya sama Bibi. Sepertinya dia sudah nggak marah, nanti aku akan mencoba membujuknya lagi. Aku juga nggak mau kalau Bibi

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Tawaran Melisa

    Aku belum membalas pesannya tapi Melisa sudah meneleponku. Sepertinya dia tipe wanita yang tak sabar. Karena penasaran, aku pun segera menjawab panggilan teleponnya."Assalamu'alaikum."Sudah kebiasaanku mengucap salam terlebih dahulu saat menelepon atau menjawab panggilan. Kecuali kalau sedang marah dengan Mas Andra, aku akan diam saja sampai Mas Andra mengulang salamnya tiga kali. Meskipun sering membuat jengkel tapi Mas Andra begitu baik dan sabar."Wa'alaikumussalaam ... kamu Arini?"Seorang wanita menjawab salamku. Suaranya terdengar serak-serak basah. Aku membayangkan Melisa pasti cantik dengan body ramping dan seksi, sangat serasi jika berdampingan dengan Mas Andra yang berbadan tinggi tegap dan perkasa.Ah, membayangkan keperkasaannya, aku tiba-tiba membayangkan Mas Andra yang sedang bercinta dengan Melisa. Astaghfirullah ... kenapa pikiranku oleng begini?Segera kutepis bayangan itu. Apalagi terdengar suara Melisa yang mengulangi pertanyaannya."Hei, kamu Arini, bukan?""Iya,

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Pesan dari nomer tak dikenal

    Setelah pulang dari mall, aku mengurung diri di kamar. Seharian aku menangis, tanpa mau makan dan minum. Pertemuanku dengan Dika, ternyata menjadi masalah. Mas Andra juga langsung mengajakku pulang dan rencana jalan-jalan pun gagal."Sayang, ayo makan dulu. Dari tadi siang kamu belum makan."Mas Andra kembali merayuku tanpa rasa bersalah sedikit pun. Bahkan dia sama sekali tidak mengucapkan kata maaf. Aku sangat kesal dengan sikap posesifnya, yang semakin hari semakin membuatku tertekan."Sayang, kamu masih marah?" Mas Andra membelai lembut rambutku lalu mengecup puncak kepalaku berulang-ulang. Tangisku sudah berhenti tapi aku masih diam di kamar. Aku hanya beranjak untuk melakukan sholat setelah itu kembali merebahkan badan. Rasanya aku tidak ingin makan atau melakukan aktifitas apa pun. Dan dia dengan santai bertanya apa aku masih marah? Menyebalkan!"Sayang ...."Kutepis tangannya yang hendak memelukku dengan perlahan. Tenagaku mulai lemah karena lapar, apalagi sekarang sudah ma

  • Jerat Cinta Suami Posesif   Teman lama jadi masalah

    Akhirnya aku hanya bisa percaya dengan ucapan Mas Andra. Selama ini, Mas Andra memang tak pernah bohong. Apa yang diucapkan dan juga yang diinginkannya selalu jujur. Itu yang aku tahu. Hanya saja, semua tentang masa lalunya, Mas Andra belum mau mengatakannya dengan terus terang, terlalu banyak rahasia yang dia sembunyikan."Sayang, kalau kamu mau, hari ini kamu bisa ikut denganku. Aku bertemu dengan klien bos di rumah makan cepat saji di dalam mall. Jadi setelah meeting, kita bisa jalan-jalan." Mendengar Mas Andra mengajakku keluar rumah, aku melonjak kegirangan. Aku seperti anak kecil yang diajak jalan-jalan ayahnya.Kepeluk dari belakang tubuh tegapnya yang sudah terbalut kemeja biru tua. Mas Andra sedang berdiri di depan cermin, menggulung rapi lengan bajunya sampai ke siku. Suamiku terlihat sangat macho dengan penampilannya seperti itu."Beneran, Mas?" Meskipun Mas Andra sudah mengajakku, aku masih saja tak percaya. "Iya, Sayang. Nanti akan kupilihkan tempat duduk yang tidak ja

DMCA.com Protection Status