WARNING : Silakan baca di apk-nya, ya. Biar tulisannya cantik.
——
"Mayat!" jerit tertahan seorang wanita saat ia tidak sengaja melihat sesosok tubuh teronggok di jalan yang sedang dilewatinya. Tubuh seorang pria penuh darah, membuat pupil matanya membesar. Suasana malam dengan hujan rintik-rintik menyebabkan gang sempit itu jarang dilewati orang. Tidak ada seorang pun yang bisa dimintai pertolongan.
Sejenak, terlintas di benaknya untuk mengabaikan sosok yang sudah dianggap mayat itu. Bisa saja orang yang ada di depannya mati karena pembunuhan. Melihat banyaknya luka yang mirip seperti bekas tusuk benda tajam. Akan sangat bahaya jika dia ikut terlibat masalah karena hal ini. Tidak, hidupnya sudah cukup rumit untuk menambah sebuah masalah dari orang asing. Alhasil, dengan segala pertimbangan dan mengabaikan hati nuraninya, Celine berniat pergi dan melangkahi mayat tersebut. Dia harus buru-buru pulang sebelum membuat suami dan anaknya khawatir. Sayangnya, saat dia mengangkat kaki untuk lewati seonggok tubuh itu, kakinya tiba-tiba dicengkeram sebuah tangan, membuat Celine kembali menjerit dan hampir menginjak tubuh di bawahnya sebelum dia mendengar suara yang begitu lirih."T-tolo ... long. Tolo ... long aku."Celine yang awalnya mengira itu adalah mayat, langsung terdiam membeku. Tubuhnya spontan berjongkok dan membalik laki-laki itu hingga terlentang. Wajah laki-laki itu tertutup darah, Celine sampai tidak bisa melihat siapa dia. Hanya setelan jas mahal dan sepatu yang jelas-jelas memerlihatkan kalau laki-laki ini adalah seorang laki-laki kaya. Mungkinkah korban perampokan?"Tolong lepaskan kakiku." Celine berusaha melepaskan cengkraman tangan laki-laki itu di kakinya. Menatapnya dengan penuh rasa curiga. Namun tatapannya dibalas oleh sorot mata lemah tak berdaya, membuat Celine yang awalnya merasa takut, menjadi terdiam. "Kau siapa?"Tidak ada jawaban, laki-laki itu menatapnya lemah dan hanya bisa meringis kesakitan. Hingga rasa penasaran, membuat Celine langsung meraba saku celana dan jas hitam laki-laki tersebut. Dia berniat memeriksa identitasnya. Sayangnya, Celine tidak bisa menemukan apa pun di sana. Ponsel, kartu identitas apa pun, semuanya tidak ada. Dahinya sontak mengernyit. Kenapa laki-laki ini tidak memiliki identitas? Siapa yang mengambilnya?Pikiran dan hatinya berperang. Yang satu menyuruhnya untuk pergi, sementara yang satu menyuruhnya untuk menolong. Celine takut kalau orang yang ditolongnya adalah orang jahat, namun melihat kondisinya yang dalam keadaan sekarat dan masih bisa diselamatkan, hatinya tergerak untuk melakukan kebajikan."Baiklah! Aku akan menolongmu. Bertahanlah."Sayangnya, saat ini tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. Celine juga tidak akan bisa menarik laki-laki dengan tubuh besar ini menuju rumah. Posisinya saat ini berada, cukup jauh dari rumahnya. Meski memang ini adalah jalan pintas terdekat jika dia pulang terlalu larut. Celine tidak sering melewati jalan ini, namun dia sudah terbiasa dan tidak ada sesuatu pun yang seperti ini sebelumnya.Sampai di tengah kebingungan dan rasa cemas yang melandanya, matanya menemukan sebuah gubuk tua yang kosong. Celine ingat, itu adalah tempat yang tidak terpakai. Tak membuang waktu lebih banyak, Celine berusaha menyeret tubuh besar itu dengan pelan. Dirinya cukup kesulitan, namun dengan penuh perjuangan, Celine akhirnya berhasil membawanya masuk.Tidak ada yang istimewa dari gubuk itu. Hanya gubuk kecil tak berpenghuni dan jelas tidak ada barang di sana, kain atau sekadar selimut, hanya ada ranjang dari kayu. Tidak memiliki jendela dan hanya memiliki satu ruangan. Letaknya juga cukup tersembunyi. Pemandangan yang kontras dengan bangunan yang ada tak jauh dari sebelahnya. Akan tetapi, Celine tidak mau ambil pusing, yang penting dia mendapat tempat untuk mengobati laki-laki ini sesegera mungkin sebelum keadilan sesuatu yang lebih buruk.Di atas sebuah ranjang kayu, dia dengan segera membaringkan tubuh besar tersebut. Celine panik saat mendengar erangan kesakitan laki-laki itu. Membuatnya buru-buru berniat untuk membuka pakaiannya, sebelum tangannya malah digenggam kuat. Sejenak, dia berhenti dan menatap laki-laki yang kini menatapnya dengan lemah."Tolong biarkan aku mengobatimu. Aku tidak akan melakukan macam-macam, aku janji."Setelah mengucapkan kalimat itu, barulah tangannya yang digenggam mulai dilepas. Membiarkan Celine mempreteli pakaian penuh darah milik laki-laki itu. Celine melakukannya tanpa rasa sungkan sedikit pun. Dia tidak merasa malu, karena niatnya hanya menolong, bukan berbuat mesum. Hingga begitu terbuka, terlihat dua luka cukup besar menganga seperti bekas tusukan di bagian perut dan satu lagi hampir mengenai dada sebelah kiri. Jika mengenai jantung, maka laki-laki ini akan tewas di tempat. Beberapa lainnya hanya luka ringan seperti sayatan karena luka oleh dahan-dahan kering. Namun kenapa bisa ada darah sebanyak ini?Celine tanpa sadar mengusap luka di perut laki-laki itu dan meringis. Dia bergidik ikut merasa sakit jika di posisi laki-laki ini. Akan tetapi, saat dia teringat apa yang harus dilakukannya, Celine dengan cepat berusaha mencari air untuk membersihkan luka dan secarik kain yang bisa dijadikan untuk membalut luka di tubuh laki-laki ini, agar darahnya bisa berhenti mengalir. Beruntunglah, karena sedang hujan, dia menemukan sebuah bejana kecil yang menampung banyak air. Segera, Celine mengambilnya masuk ke dalam. Kain yang dia cari tidak ada, alhasil Celine menggunakan kemeja biru milik laki-laki itu untuk membersihkan luka agar tidak infeksi. Sialnya, dia tidak bisa menemukan tanaman obat di sekitar di sini dan akan memakan banyak waktu jika dia pergi ke apotek. Satu-satunya cara adalah dengan menghentikan darah yang keluar."Bertahanlah."Celine cemas, dia benar-benar takut jika laki-laki ini akan mati dan dia yang disalahkan. Namun sudah terlalu terlambat untuk pergi meninggalkannya seorang diri. Menyedihkannya, mungkin saat ini suami dan anaknya sedang menunggunya pulang. "Maaf, aku terpaksa merusak pakaianmu." Tidak ada perban, satu-satunya kain adalah pakaian yang tadi digunakannya untuk membersihkan luka laki-laki itu. Celine merobeknya tanpa ragu. Menjadikan bagian kain yang tidak terlalu basah untuk membalut luka dan mengikatnya dengan sangat kuat agar aliran darah berhenti mengalir keluar. Untunglah, tidak banyak luka yang harus ditutupi. Jadi, dia tidak butuh banyak baju untuk dirobek.Baru setelah selesai semuanya, Celine bisa bernapas lega. Menatap laki-laki yang kini wajahnya sudah dia bersihkan. Tampak lebih tampan meski terlihat pucat. Apakah pertolongannya akan berhasil dan laki-laki ini akan selamat? Celine tidak tahu. Dia sudah mengusahakan yang terbaik untuk menyelamatkannya. Tangannya terulur menyentuh kening laki-laki itu. Suhu tubuhnya tampak sedikit naik. Panas. Membuat dia buru-buru mengeluarkan sapu tangan dan mengompresnya. Celine lupa kalau dia memang memiliki sapu tangan. Namun karena panik, dia tidak bisa berpikir apa-apa. "Aku harus pulang, aku harap kau baik-baik saja," ucap Celine sambil hendak berjalan meninggalkan laki-laki itu. Sebelum dia kemudian melepas jaket miliknya untuk membuat tubuh laki-laki itu tetap hangat. Akan tetapi, baru selangkah berjalan, tangannya tiba-tiba digenggam erat oleh laki-laki tersebut. Seolah tidak ingin ditinggal seorang diri.Tatapan matanya yang sayu melihat Celine seperti mengatakan untuk tetap menemaninya. Namun Celine tetap tidak mau. Dia berusaha melepas paksa tangannya. Tidak mungkin jik dia harus terus menemani laki-laki itu di sini, sedang ada anak dan suaminya yang sedang menunggu di rumah."Aku akan datang besok menjengkukmu."Ucapan tersebut terlontar diiringi dengan tangan Celine yang langsung menyingkirkan lengan kekar itu dan buru-buru keluar begitu terbebas. Menutup pintu gubuk dengan sangat hati-hati. Celine sendiri sendiri tidak bisa memastikan, apakah laki-laki itu akan tetap hidup atau tidak keesokkan harinya. Namun dia tetap akan melihatnya besok. Ya, karena sekarang, dia harus pulang agar suami dan anak tercintanya tidak cemas."Semoga Tuhan melindungimu," ucapnya sambil menatap ke arah gubuk kecil itu, sebelum buru-buru berlari menerobos hujan."Mama! Mama pulang," seru anak kecil laki-laki berusia sekitar enam tahun begitu melihat Celine, sang ibu datang. Dia berniat untuk memeluknya, namun Celine yang basah karena terguyur hujan, berusaha menjauhkannya."Baju Mama basah, Sayang."Anak kecil bernama Arion itu mencebikkan bibirnya. Kedua tangannya terlipat di dada. Dia merajuk karena ibunya tidak ingin dipeluk, tetapi Celine yang sudah mengetahui tabiat anaknya, mulai menurunkan tubuhnya dan mensejajarkan diri dengan Arion. Mengusap kepalanya dengan lembut seraya memberinya kecupan hangat di pipi.Barulah Arion tersenyum kembali, sampai keduanya kemudian masuk ke dalam dan mengunci pintu. "Papa mana, Sayang?""Papa lagi masak, Ma." Tangan kecil Arion menggenggam erat tangan Celine dan mengajaknya berjalan ke arah dapur.Di sana, terlihatlah Rayyan, suaminya tengah memasak. Laki-laki itu tampak sedikit kesulitan dengan salah satu kakinya yang menggunakan kruk. Membuat Celine yang melihatnya merasa k
Celine membuka pintu gubuk, tempat dia meninggalkan laki-laki asing kemarin dengan hati-hati. Sesuai janjinya, dia datang untuk memastikan keadaannya sembari membawa makanan dan beberapa perban serta obat-obatan. Entah keberuntungan atau apa, hari ini dan besok adalah hari di mana dia mengambil cuti. Celine lelah karena hampir tidak pernah mendapat hari libur. Dia juga ingin berkumpul dengan keluarganya. Meski saat ini, setelah menyiapkan sarapan untuk anak dan suaminya, dia menyempatkan diri untuk datang dan melihat keadaan laki-laki ini.Masih sama.Laki-laki tersebut masih terbaring dengan kain yang kemarin membalut lukanya dan jaket miliknya yang menjadi selimut. "Kau masih hidup, ya?" ujar Celine saat tangannya menyentuh kening si laki-laki dan terasa hangat.Bibir yang kemarin pucat karena kehabisan darah juga sudah tampak sedikit memerah. Ini pertanda bagus. Tak menyangka jika apa yang dilakukannya cukup berhasil. Kedua sudut bibirnya terangkat ke atas. C
Celine menatap anaknya yang tertidur setelah lelah bermain seharian. Wacananya untuk mengajak Arion main di taman tidak bisa terealisasi, karena dia tidak mungkin meninggalkan Rayyan di rumah. Alhasil, dia menemani anaknya bermain di rumah dengan mobil-mobilan yang baru dia belikan. Menyanyikan lagu tidur seperti biasa, sampai akhirnya Rayyan datang dengan kruk di tangan kanannya. Berjalan pelan menuju ke arahnya."Arion sudah tidur?""Ya, dia pasti lelah." Celine terkekeh melihat anaknya yang tidur di pangkuannya."Harusnya kamu pergi bersamanya, tidak usah memedulikanku." Rayyan mengusap Arion dan mengecup kening putranya. Lalu beralih mengecup bibir Celine. Merasa kasihan melihat istrinya yang kelelahan seperti ini. Padahal Celine mengambil cuti untuk beristirahat. Namun istrinya justru malah kelelahan seperti ini."Kamu bicara apa, Rayyan. Aku sengaja mengambil cuti agar bisa bersama kalian." Celine berdecak kesal mendengar suaminya yang selalu mengatakan unt
"Enghh, Ray–yan ...."Celine menatap wajah Rayyan yang memerah di bawahnya. Suaminya tampak menahan gairah karena godaan yang dilakukannya. Tubuh mereka banjir oleh peluh hingga suhu tubuh di sekitar mereka mendadak terasa panas. Namun itu tak menyurutkan Celine untuk terus menggerakkan pinggulnya. Mencari kepuasan yang jarang dia dapatkan."Ce-celine ... kamu sangat cantikh ...."Rayyan mengusap peluh yang membasahi tubuh istrinya. Dia membiarkan Celine melakukan apa yang diinginkannya. Celine yang seperti ini tampak benar-benar sangat seksi. Tubuh istrinya yang selalu ingin dia sentuh. Sampai akhirnya, Celine menurunkan tubuhnya dan membelit lidahnya dengan intens. Tidak ada yang bisa menggambarkan betapa puasnya Rayyan dengan sang istri. Dia melumat bibir penuh Celine, mencecap dan bertukar saliva. Meredam desahan panjang saat mereka sampai pada titik kepuasan.Celine melepas pagutan bibir mereka dan jatuh di tubuh suaminya dengan napas tersengal-s
"Kau yakin tidak mau ke rumah sakit atau ke kantor polisi? Kau bisa menangkap orang yang melukaimu dan kembali pada keluargamu," ujar Celine yang kini menatap Dominic makan.Pagi ini, dia juga memberi laki-laki itu sarapan, setelah sebelumnya berpamitan pada sang suami. Rayyan sudah memahami dan mengizinkannya tanpa banyak tanya. Celine menyempatkan untuk melihat Dominic pada saat sebelum dan sepulang kerja, itu pun jika hari masih sore, karena dia tidak berani lewat ke arah sini ketika hari sudah malam. Celine memilih jalan yang ramai, meski itu cukup jauh."Kau tidak perlu datang jika aku membebanimu," balas Dominic tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan di depan mata."Sepertinya kau salah paham, aku tidak mengeluh karena harus merawatmu. Aku hanya berpikir, mungkin keluargamu sedang mencarimu. Kau tahu, keluarga adalah satu-satunya yang paling berarti."Celine tidak ingin Dominic menyalahartikan perkataannya. Dia hanya khawatir karena l
"Kerja bagus, Celine, karena bantuanmu, restoran mengalami peningkatan pengunjung," puji sang manajer pada Celine. Dia terkesan dengan ide wanita itu yang membuat harga miring khusus untuk para pasangan tanpa harus merugikan restoran. Menargetkan para muda-mudi yang memang menghabiskan waktu untuk kencan. Serta menambah beberapa varian baru di menu makanan.Kini, di akhir pekan, restoran menjadi sangat ramai. Pengunjung yang kebanyakan anak muda datang bersama pasangannya. Terlebih mereka yang berniat merayakan hari valentine. Tak hanya pasangan, namun ada juga paket istimewa untuk mereka yang menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga.Restoran yang memang berada di pusat kota dan memiliki tanah yang luas, membuat mereka bisa memakai area luar dan menciptakan pemandangan kota di malam hari. Hiasan yang dibuat senatural mungkin dan senada dengan alam dengan sedikit kesan yang menunjukkan hari valentine serta area berfoto bagi para pasangan atau keluarga."S
Dominic menatap rumah sederhana di depannya. Dia ikut masuk saat laki-laki yang tadi mengajaknya itu, mempersilakan dia masuk. Matanya seketika menjelajahi rumah tersebut. Memerhatikan dengan teliti. Sempit dan kecil, namun sangat bersih. Membuatnya tak henti menatap sekitar. Hingga dari arah salah satu ruangan, tiba-tiba muncul seorang anak kecil sambil mengganti seragam sekolahnya."Papa!" serunya, cukup memekakkan telinga Dominic yang ada di sisi pria itu. Dia hanya diam melihat si bocah tersebut memeluk pria di sebelahnya. Seolah senang dengan kedatangannya. Namun tidak dengan Dominic.Anak kecil adalah hal yang sangat mengganggu dan membuatnya terkadang kesal dengan keberisikkan mereka. Akan tetapi, dia yang merupakan tamu jelas tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa diam memerhatikan keduanya. Sedikit tak terduga jika ternyata pria di sebelahnya telah memiliki anak. Dia pikir, pria itu masih lajang."Papa 'kan nggak boleh ke mana-mana. Nanti kalau Mama tahu ba
"Ka-kau? Kenapa bisa ada di sini?" Mulut Celine terbuka dan matanya terbelalak. Dia kaget sekaligus tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dominic, laki-laki yang dia kira sudah pergi justru ada di depan matanya. Bagaimana mungkin Dominic bisa tahu rumahnya? Matanya seketika beralih menatap sang suami yang masih tersenyum. Rayyan seperti tidak tahu apa yang terjadi. "Rayyan, kenapa kamu membawa orang asing masuk?""Kamu mengenalnya, Sayang? Kami tidak sengaja bertemu tadi. Dia membutuhkan pertolongan dan aku hanya membantunya," jawab Rayyan dengan santai. Berbeda dengan Celine yang seketika menepuk jidatnya. Dia sengaja tidak memberitahu Dominic tempat tinggalnya karena takut kalau laki-laki itu orang jahat, tapi suaminya dengan sangat polos mengatakan membantu orang dan membiarkannya masuk?"Dia adalah orang yang kuceritakan kemarin."Rayyan menatap Celine heran, sebelum sang istri mengatakan tentang orang yang ditolongnya. Membuat Rayyan memutar kembali ingat
Cup.Sebuah kecupan lembut menyentak kesadaran Celine dari lamunannya. Dia menoleh ke arah suaminya yang kini memeluk erat tubuhnya. Bibirnya mengukir senyum manis ketika Dominic mencuri satu ciuman di sana. Sungguh, Celine tidak percaya dengan kenyataan bahwa kini dia menikah dengan lelaki licik yang menjeratnya.Pernikahan yang melelahkan tadi pagi, membuat Celine akhirnya bisa beristirahat sejenak setelah pesta resepsi dan segala adat istiadatnya. Meski sekarang, dia tentu akan melaksanakan kewajibannya sebagai istri Dominic. Melayani suaminya."Kenapa kau belum tidur? Apa ada yang mengganggumu?" tanya Dominic sambil meletakkan kepalanya di pundak Celine. Dia meraih tangan istrinya, namun Dominic mengernyit bingung menyadari ada sesuatu yang dipegang oleh Celine. Dia menarik benda itu dan melihatnya. Membuat Celine mau tak mau ikut berbalik. "Apa ini?""Itu—""Rayyan?"Dominic menatap benda yang ternyata adalah foto Rayyan dan Celine dengan Arion. Ke
Celine terdiam menatap pantulan dirinya depan cermin. Dia tengah mencocokkan gaun pernikahannya dengan Dominic. Setelah lebih dari tiga bulan sejak kematian Rayyan dan persiapan pernikahan, dia akhirnya akan segera menyandang status sebagai istri dari Dominic. Lelaki yang dia cintai sekaligus ayah dari anaknya.Pandangan Celine kemudian terpaku pada perutnya yang membesar. Dia mengusap lembut calon anaknya. Gaun pengantin itu sengaja dibuat besar di bagian perut dan tidak terlalu ketat agar dia tidak terlalu sesak karena perutnya yang buncit. Celine harap dia tidak akan menyesal dengan pilihannya. Dia juga berharap Dominic mengubah sikap buruknya. Meski memang, lelaki itu menjadi lebih perhatian padanya. Namun kadang kala, Dominic keras kepala dan masih tidak mau mengalah dalam beberapa hal. Terutama masalah Dominic yang berubah menjadi sangat overprotektif. Baik padanya atau pada Arion. Dia kadang harus memasang ekspresi marah dulu agar Dominic mengalah.Celine
Celine tersenyum menatap anaknya yang tidur nyenyak bersama Dominic. Arion benar-benar tampak sangat akrab dengan lelaki itu. Celine tidak percaya, hubungan Dominic dengan Arion bisa sedekat ini. Haruskah dia menikah dengan Dominic? Tapi Celine belum melupakan Rayyan, suaminya yang meninggal karena menyelamatkannya. Semua itu membuatnya kembali sedih.Air mata tanpa sadar kembali menetes. Celine mengusapnya kasar dan berbalik untuk pergi. Namun saat dia akan menutup pintu, terlihat Dominic yang terbangun. Lelaki itu mengusap matanya dan menoleh. Lalu bangkit dan menghampirinya."Celine?""Maaf, apa aku membangunkanmu?" tanyanya dengan wajah tidak enak ketika Dominic berjalan mendekat. Celine bisa melihat wajah lelaki itu yang tampak mengantuk. Dia merasa bersalah karena mengganggunya."Tidak, maaf aku ketiduran. Aku tidak sengaja." Dominic tersenyum seraya menutup pintu kamar dan membiarkan Arion sendiri."Kenapa minta maaf? Tidurlah kembali, seperti yang ka
Celine menatap kejauhan rumah milik Dominic. Dia merasa gelisah dan tidak tenang. Celine penasaran, tapi dia ragu untuk mendekat. Ada banyak rasa takut yang menguasainya. Setelah satu minggu lalu berbincang ringan dengan mantan managernya, Celine memutuskan untuk melihat keadaan Dominic dari jauh. Sayangnya, dari jarak seperti ini, dia tidak menemukan siapa pun dan tidak tahu keadaan Dominic.Haruskah dia melangkah lebih dekat?Tidak, Celine merasa bersalah. Dia payah. Dia sudah berjanji untuk pergi dan tidak berhubungan lagi dengan Dominic. Lelaki itu juga pasti sudah membaca surat yang dia titipkan pada Marta. Bagaimana mungkin dia membatalkan niatnya dan menjilat ludahnya sendiri? Jangan konyol! Dia tidak boleh kembali kembali pada Dominic.Kepalanya terus berusaha menahannya dan memintanya untuk berbalik pergi meninggalkan rumah yang ada di seberang jalan. Namun hatinya menyuruhnya tetap melangkah. Pergi menemui Dominic dan memastikan keadaannya. Kepalanya terasa
Dominic keluar dari ruang meeting dengan dibantu Jerry. Dia akhirnya harus turun dari posisinya sebagai CEO dan menerima surat pengunduran diri dari Celine. Dominic bisa menerima dia diturunkan, tapi dia tidak bisa menerima saat mengetahui fakta bahwa Celine pergi darinya. Wanita itu meninggalkan rumah lama dan entah pergi ke mana. Itu membuat hatinya kacau. Dominic merasakan sakit di dadanya. Dia ingin mencari keberadaan Celine dan mendapatkan wanita itu kembali. Dominic sudah berjanji pada Rayyan dan dirinya yang akan menjaga mereka. "Jerry, apa Celine sudah ditemukan?" "Belum, Tuan. Kami masih mencarinya," ucap Jerry sambil membawa turun Dominic menuju mobil di area basement. "Apa tidak ada yang tahu, dia pergi ke mana?" "Tidak, tapi saya diberikan sebuah surat dari seorang wanita tua bernama Marta. Beliau bilang, itu dari Nyonya Celine untuk Anda." Jerry membantu Dominic masuk ke dalam mobil dengan susah payah. Hingga kemudian dia segera berjalan kembali menuju kemudinya. Sebel
Setelah seminggu lebih berada di dalam rumah sakit dan tidak bisa ke mana-mana, akhirnya sekarang Dominic sudah diizinkan untuk pulang, meski itu atas dasar pemaksaan. Dia bisa istirahat di rumah. Sayangnya, seolah baru usai masalah yang dia hadapi, Dominic menerima kabar dari ayahnya yang cukup buruk. Scandal yang menjeratnya enam tahun lalu dan perselingkuhannya terungkap. Beberapa investor ada yang menarik diri dari proyek baru mereka dan saham perusahaan turun drastis. Para pemegang saham pun menuntut diadakan rapat.Dominic tahu pada akhirnya ini akan terjadi. Dia mau tak mau harus mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Mungkin dia akan diturunkan secara tidak hormat atau bahkan dipenjara. Namun untuk yang kedua, dia tidak mendengar adanya tuntutan, Celine tidak menuntutnya. Apa orang tuanya sudah mengantisipasi hal ini?"Kamu tenang saja. Jangan terlalu memikirkan itu. Tugasmu adalah menyembuhkan diri," ucap Daisy seolah tahu apa yang
Di dalam sebuah padang rumput yang luas, Dominic berdiri kebingungan. Dia tidak tahu di mana dia berada saat ini. Hanya desiran angin yang terdengar. Dia bergeming untuk sejenak. Sampai rasa takut mulai menguasainya. Tidak ada Celine, Arion atau orang tuanya. Tidak ada jalan keluar yang terlihat dan tidak ada seorang pun di sini.Apa dia sudah mati?Pertanyaan itu memenuhi isi kepalanya. Membuatnya ketakutan dan tanpa sadar berlari ke depan. Namun sayangnya, dia tidak melihat jalan keluar. Semuanya hanya padang rumput. Dia yang berlari tanpa alas kaki, tentu saja membuat duri-duri melukai kakinya, hingga mengeluarkan darah. Meski hal tersebut sama sekali tidak membuatnya memelankan langkah kakinya.Sayangnya, di sana Dominic seolah berputar-putar dan hanya rasa lelah yang dia dapat. Suara napasnya yang saling memburu terdengar jelas. Sampai akhirnya, Dominic memutuskan untuk berhenti. Dia jatuh terduduk di antara rerumputan itu. Satu persatu, air matanya berjatu
Pandangan Celine mulai buram oleh air mata. Hatinya hancur saat melihat orang yang dia cintai telah pergi meninggalkannya. Bukan tempat atau waktu yang menjadi pembatas, tapi alam lain. Dia tidak kuasa untuk menahan tangisnya dan jatuh di atas makam itu. Beribu penyesalan atas pengkhianatan yang dia lakukan, kini membuat dadanya terasa amat sangat sakit. Pedang berkarat seolah menembus dan mengoyak tubuhnya menjadi serpihan kecil. Beberapa orang yang datang untuk mendoakan, mulai pergi perlahan dan meninggalkannya yang kini merasakan kehilangan.Penyesalannya terlambat. Celine tidak bisa meminta maaf pada sosok yang dia sakiti. Orang yang selalu menjaganya selama ini dan melindunginya saat dia jatuh. Rayyan telah menghukumnya dengan penyesalan yang begitu dalam. Lelaki itu pada akhirnya telah pergi membawa separuh hatinya. Celine menyesal, tapi dia terlambat untuk mengungkapkan penyesalannya."Ra-rayyan maafkan aku. A-aku bukan istri yang b-baik untukmu. Maafkan aku,"
"Lepaskan Dominic, atau aku akan menembakmu," ancam Celine sambil menodongkan senjata tepat ke arah Jared. Namun lelaki itu terlalu cerdik, hingga menarik tubuh Dominic dan membuatnya sebagai tameng.Celine menelan ludahnya kasar. Air mata lagi-lagi menetes tanpa dikomando. Kondisi Dominic yang dalam keadaan memperihatinkan, membuat hatinya teriris. Lelaki itu menggeleng dan memerintahkan untuk dia pergi. Akan tetapi, Celine tidak mengindahkan. Dia tetap berdiri pada posisinya. Meski pegangan tangannya pada pistol terlihat gemetar, tapi itu tidak menyurutkannya untuk meninggalkan lelaki itu begitu saja."Dia lelaki yang membuat hidupmu menderita. Dia meniduri dan menghamilimu begitu saja. Bukankah seharusnya kau membunuhnya?" ucap Jared sambil mengangkat dagu Dominic dan membuat wajah lelaki itu terlihat oleh Celine.Pandangannya berubah gemetar. Dia tidak suka situasi ini. Celine membencinya. Dominic memang bersalah, tapi saat ini lelaki itu sudah mengakui semu