Lasmi masih tidak percaya kalau Dara bekerja pasa Bima. Dia mendekat ke Dara mencengkram kedua pundaknya dengan emosi."Katakan, kamu bekerja pada siapa?" tanya Lasmi."Jangan diam saja. Cepat katakan siapa majikanmu!" lanjut Lasmi."Auuu Sakit," rintih Dara merasakan sakit pada tangannya. Cengkraman Lasmi terlalu kuat karena emosi."Jangan pura-pura, dasar jalang," ucap Lasmi.Bima yang tak suka dengan itu mendadak mendidih darahnya. Dia sangat kesal dengan apa yang dilakukan Lasmi hingga dia memukul tangannya lalu mendorongnya jauh dari Dara."Apa yang kamu lakukan terhadap calon istriku!" seru Bima."A-pa?" teriak Lasmi."Kepala sekolah apa telingaku tidak salah dengar?" ucapnya kemudian."Ti-dak, aku mendengarnya dengan sangat jelas kalau wanita ini adalah calon istri Pak Bima," ucap Kepala sekolah terbata.Nyonya Handoko yang sejak tadi tak suka dengan Lasmi langsung melayangkan tamparan padanya. Berani sekali sejak awal dia menyakiti calon menantunya."Bima, dia selalu mengunggu
"Kamu pikir, nyawa calon menantuku bisa diganti dengan sejumlah uang?" bentak Tuan Handoko.Dia meradang karena anak dari pesaing bisnisnya itu menggunakan uang untuk bernegosiasi dengannya. Apa dia lupa kalau Pak Handoko sendiri tak kekurangan uang. "Ta-pi bagaimana saya bisa mendapatkan maaf dari Pak Handoko?" tanya Pria itu."Kita bicara saja dipengadilan. Aku akan mengirim surat itu pada alamat istri sahmu dan juga keluarga besarmu. Biar mereka semua tahu kalau kamu memelihara wanita tak berpendidikan di belakang keluargamu!" ucap Pak Handoko penuh emosi.Lasmi sangat terpukul dengan insiden ini, dia sama sekali tak menduga akan hal ini. Yanh dia pikirkan saat ini adalah bagaimana kalau suaminya akan meninggalkan dia atas desakan keluarga besarnya. "Ini tidak boleh terjadi, aku melahirkan anakmu jadi kamu tidak bisa meninggalkan aku begitu saja," ucap Lasmi."Diam, ini semua salahmu. Kalau perusahaanku sampai bangkrut kamu harus bertanggung jawab!" jawab suami Lasmi.Lasmi berge
Dara masih menangis sesenggukan, sudah lama dia tidak merasakan ada yang memperhatikannya saat sakit seperti ini. Saat dia terpuruk hanya Bima dan keluarganya yang mau menerimanya seperti keluarga.“Terima kasih, sudah mau menampung saya,” ucap Dara.“Jadi kamu menangis bukan karena tanganmu sakit?” tanya Bima.“Bukan, aku terharu karena kalian semua menerimaku sebagai keluarga,” jawab Dara.Dara merasa tidak punya keluarga ataupun teman saat ayahnya mengumumkan kebangkrutan kala itu. Bahkan sepupunya, Lasmi. Tega melakukan fitnah padanya, tidak hanya omongan yang menyakiti hatinya tapi juga hal yang mencelakai tubuhnya.“Dara, ingatlah. Kami semua adalah keluargamu sekarang,” ucap Nyonya Handoko.“Kami yang akan melindungi dan merawatmu sekarang,” balas Bima.“Tante, aku akan melindungi Tante jika ada orang yang jahat pada Tante,” imbuh Brian.Dara mengusap air matanya lalu tersenyum pada mereka semua, hatinya lega telah menemukan keluarga yang mau menerima apa adanya.“Terima kasih,
Bima menjadi salah tingkah lagi, kenapa harus Dara. Jadi yang dimaksud ayahnya adalah Dara."Ayah bisa aja," ucap Bima yang wajahnya memerah."Kalau begitu kamu harus berusaha," balas Pak Handoko."Ayah merestuinya? Jadi ayah tidak akan mencarikan aku jodoh lagi 'kan?" tanya Bima."Ayah hanya ingin bilang. Jangan tunjukan kelemahanmu terlalu jelas," jawab Pak Handoko.Sejatinya kalau Bima terlalu mencolok memperhatikan Dara. Selalu menolong Dara kalau tertimpa masalah. Semua musuhnya akan tahu kelemahannya dimana. Jadi mereka akan mengincar Dara untuk melawan, menghancurkan Bima."Aku paham, ayah," ucap Bima lalu terlihat wajahnya menjadi sendu."Jangan sampai kelemahanmu diketahui oleh lawan. Itu saja pesan ayah," balas Pak Handoko.Tak lama kemudian Nyonya Handoko keluar dari kamarnya. Dia ikut nimbrung dengan suami dan anaknya."Wah sepertinya obrolannya seru sekali," ucap Nyonya Handoko lalu memberikan kopi pada suaminya."Terima kasih istriku, aku hanya menasehati anak kita saja.
Bima menjadi malu sendiri, dia tak menyangka kalau ucapan pelannya akan terdengar oleh Brian. "Maksud ayah, orang itu," jawab Bima sambil menunjuk seseorang yang ada di ujung ruangan."Siapa orang itu?" tanya Brian sambil menoleh ke arah yang ditunjuk ayahnya."Orang yang berdiri itu memakai baju kurang bahan," Jawab Bima. "Ayah juga tak tahu siapa dia. Yang jelas dia salah telah berdiri sekarang karena ayah tak sengaja melihatnya," imbuh Bima.Dara menertawakan Bima karena melihat wanita berpakaian sexy memperlihatkan asetnya yang berharga itu. Mungkin saat ini badannya menjadi panas dingin karena melihat hal yang segar seperti itu."Tidak dilihat mubazir, dilihat dosa," ledek Dara sambil tertawa."Mata Kakek jadi ternoda. Tapi tubuh wanita itu sangat bagus," balas Pak Handoko."Apa yang kamu bilang, sudah tua mata jangan jelalatan," ucap Nyonya Handoko sewot. Dia juga menjewer telinga suaminya seperti memarahi anak kecil. Tentu saja Pak Handoko mengaduh sambil memegangi telinganya.
Mendengar nada bicara Bima yang tidak seperti biasanya, Romi mengerti kalau Bima mungkin sedang tidak enak hati sekarang. Bisa jadi dia marah karena terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui.“Katakan saja Bim,” ucap Romi.“Sebelum itu bagaimana tugas yang aku berikan?” tanya Bima.“Aku sudah mengirim bukti-bukti kepada istri sah kalau Lasmi adalah istri simpanan suaminya,” jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail kalau sang istri sah dan keluarganya langsung mendatangi keluarga Lasmi, terjadi keributan di perumahan keluarga Lasmi. Bahkan mereka mengusir keluarga Lasmi dengan paksa. Mereka membawa ketua RT dan sesepuh setempat kalau rumah yang mereka tempati itu adalah milik keluarga istri sah. Akhirnya keluarga Lasmi menjadi buah bibir warga setempat kalau anaknya seorang pelakor yang tidak malu menempati rumah milik istri sah.“Kerja bagus, lalu aku ada tugas satu lagi untukmu,” balas Bima.“Aku baru saja mengerjakan satu tugas, kamu sudah memberiku satu tugas lagi, kapan aku istirah
Bima tersenyum melihat ekspresi Dara yang berlebihan itu, ya tentu saja dia selesai mandi makanya tidak memakai baju hanya melipatkan handuk di bagian bawah pusarnya saja. Dia mendekati Dara dan meraih tangan Dara yang dipakai untuk menutup matanya.“Tubuhku rela dilihat sampai puas olehmu,” ucap Bima.“Ti-dak, kamu mesum sekali,” balas Dara.“Ilermu itu membuktikan kalau kamu menikmati tubuhku yang indah ini,” ucap Bima sambil tersenyum.Dara segera mengelap mulutnya, dia menjadi sangat malu karen insiden ini. Bima meraih tangan Dara lagi dan menaruhnya di perut yang ototnya terbentu itu. Dara merasakan tangannya menyentuh kulit dan tubuh yang kenyal.“Eh kenapa kamu melakukan ini,” ucap Dara.“Aku rasa kamu cukup menyukai otot perutku ini jadinya aku sengaja meletakkan tanganmu di perutku,” balas Bima sambil tersenyum.“Dasar narsis, cepat pakai bajumu,” balas Dara lalu melepas tangan dari perut Bima.Bima tersenyum puas bisa menggoda Dara sejak pagi tadi dan tidak ada yang menggang
Irma mengejar Romi yang sudah meninggalkan tempat kerjanya. Sampai depan gerbang dia melongok ke kanan dan kiri, Romi masih berada di sana tapi saat Irma memanggilnya Romi sudah masuk mobil dan melajukan mobilnya.“Ah sial, kenapa aku lupa menanyakan jam ngedatenya,” umpat Irma.“Tapi tidak apa-apa, setelah ini aku akan upload di semua media sosial kalau aku dekat dengan Bima,” ucap Irma lalu tertawa.Irma ingin membuat semua perempuan iri padanya karena bisa dekat dengan seorang Bima. Bos muda yang digandrungi oleh banyak kaum wanita.“Aku harus ke salon sekarang,” ucap Irma.Irma meminta ijin pada atasannya dengan alasan ada kerabat yang datang dari jauh. Padahal dia pergi ke salon untuk perawatan wajah agar terlihat kinclong saat bertemu Bima nanti.***“Irma, apa kamu sungguh akan bertemu dengan Bima?” tanya Lasmi.“Tentu saja, asisten Romi yang datang menemuiku tadi,” jawab Irma yang rambutnya sedang di catok oleh pegawai salon.“Tapi Irma, firasatku tidak mengatakan itu. Dia ter