Bima tersenyum melihat ekspresi Dara yang berlebihan itu, ya tentu saja dia selesai mandi makanya tidak memakai baju hanya melipatkan handuk di bagian bawah pusarnya saja. Dia mendekati Dara dan meraih tangan Dara yang dipakai untuk menutup matanya.“Tubuhku rela dilihat sampai puas olehmu,” ucap Bima.“Ti-dak, kamu mesum sekali,” balas Dara.“Ilermu itu membuktikan kalau kamu menikmati tubuhku yang indah ini,” ucap Bima sambil tersenyum.Dara segera mengelap mulutnya, dia menjadi sangat malu karen insiden ini. Bima meraih tangan Dara lagi dan menaruhnya di perut yang ototnya terbentu itu. Dara merasakan tangannya menyentuh kulit dan tubuh yang kenyal.“Eh kenapa kamu melakukan ini,” ucap Dara.“Aku rasa kamu cukup menyukai otot perutku ini jadinya aku sengaja meletakkan tanganmu di perutku,” balas Bima sambil tersenyum.“Dasar narsis, cepat pakai bajumu,” balas Dara lalu melepas tangan dari perut Bima.Bima tersenyum puas bisa menggoda Dara sejak pagi tadi dan tidak ada yang menggang
Irma mengejar Romi yang sudah meninggalkan tempat kerjanya. Sampai depan gerbang dia melongok ke kanan dan kiri, Romi masih berada di sana tapi saat Irma memanggilnya Romi sudah masuk mobil dan melajukan mobilnya.“Ah sial, kenapa aku lupa menanyakan jam ngedatenya,” umpat Irma.“Tapi tidak apa-apa, setelah ini aku akan upload di semua media sosial kalau aku dekat dengan Bima,” ucap Irma lalu tertawa.Irma ingin membuat semua perempuan iri padanya karena bisa dekat dengan seorang Bima. Bos muda yang digandrungi oleh banyak kaum wanita.“Aku harus ke salon sekarang,” ucap Irma.Irma meminta ijin pada atasannya dengan alasan ada kerabat yang datang dari jauh. Padahal dia pergi ke salon untuk perawatan wajah agar terlihat kinclong saat bertemu Bima nanti.***“Irma, apa kamu sungguh akan bertemu dengan Bima?” tanya Lasmi.“Tentu saja, asisten Romi yang datang menemuiku tadi,” jawab Irma yang rambutnya sedang di catok oleh pegawai salon.“Tapi Irma, firasatku tidak mengatakan itu. Dia ter
Rizal menyendok makanannya dia sepertinya ogah mendengar kabar tentang Dara. Mungkin karena kini Dara menjadi miskin dan tak bisa diandalkan seperti dulu."Aku dengar dia patah tangannya," ucap Irma."Patah?" tanya Rizal penasara."Iya patah saat menghadiri acara sekolah anak yang dia asuh," jawab Irma."Apa majikannya langsung memecat wanita itu?" tanya Rizal."Tidak," balas Irma singkat lalu dia menyendok makanannya. Irma masih kesal dengan peristiwa itu Dara dibela oleh keluarga Bima. Tapi kini mungkin sudah dibuang karena Bima mengajak kencan Irma."Huh, aku yakin wanita itu menggunakan pelet," balas Rizal."Atau mungkin dia sudah naik ranjang majikannya menggunakan wajah cantiknya," balas Irma.Kedua orang itu terus menjelekkan Dara. Mereka tak sadar kalau Bima berada di dekat mereka dan mendengar apa yang mereka bicarakan dengan jelas."Aku dengar dia juga mencari gara gara sama Lasmi," ucap Irma."Kok bisa?" tanya Rizal."Anak Lasmi satu sekolah sama anak majikan Dara. Wanita i
Rizal sangat menyayangi perusahaannya daripada seorang wanita. Dengan modal dari Bima berarti dia bisa menjadi mitra bisnisnya dan perusahaan akan berkembang. Membela Irma hanya akan membuat masalah hidupnya bertambah."Aku setuju, aku akan menjadi saksi kejahatannya," balas Rizal memantapkan diri."Rizal kamu bilang mencintaiku. Tapi kamu mengkhianatiku," ucap Irma."Aku membelamu maka aku akan kehilangan hartaku," balas Rizal.Terjadi adu mulut diantara keduanya. Lalu salah satu pegawai menegur mereka agar tidak berisik. Bima meminta Romi membawa Irma ke kantor polisi untuk mengakui kesalahannya.***"Aku tak bersalah. Memangnya kalian ada bukti aku melakukan perbuatan keji itu?" ucap Irma saat berhadapan dengan polisi."Aku yang jadi saksi," ucap Rizal."Saksi saja tak ada bukti tak bisa membuat aku dihukum," balas Irma.Bima mengelurkan sebuah alat perekam dan memutar rekaman itu. Semua orang mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Irma. WanIta jahat itu menjadi lemas karena tak
Bima mengeluarkan cek, lalu dia melemparnya ke wajah Rizal dia sangat kesal dengan lelaki itu. Tentu saja Bima tidak akan memberikan begitu saja modal pada Rizal.“Akhirnya aku punya modal juga,” ucap Rizal seraya memungut cek itu.“Aku memberikan itu tidak gratis, harus ada syarat yang harus kamu lakukan lagi,” ucap Bima.“Katakan saja, aku akan turuti,” balas Rizal.Bima mendekati Rizal, menepuk pundaknya lalu membisikkan kalimat, “Jauhi Dara, kamu tidak boleh menginginkan dia kembali apalagi sekedar membayangkannya,”Bima kembali ke posisinya lalu menatap tajam wajah Rizal yang senang mendapatkan cek bertuliskan sejumlah uang itu.“Tidak masalah, wanita ada banyak dan bukan dia seorang,” balas Rizal.Pria itu hanya peduli pada uang, uang dan uang. Asal ada yang memberinya uang untuk meninggalkan Dara dia sudah pasti akan menurutinya.“Bagus, kalau begitu aku akan pergi dulu,” ucap Bima.“Pergilah dan kamu temui wanita itu, kamu bercumbu sampai kakimu patah juga aku tidak peduli,” b
"Aaaahh," Dara menjerit takkala pintu kamar mandi sudah terbuka. Dia sangat kaget dan malu tubuhnya dilihat oleh Bima. Mereka menjadi canggung lalu Bima segera menghadap kedepan."Maafkan aku," ucapnya."Hais, kenapa tiba tiba mendobrak pintu," ucap Dara ketika selesai memperbaiki bajunya.Bima menjelaskan segalanya kalau dia trauma akan ada yang menjahati Dara. Maka dia langsung mendobrak pintu kamar mandi ketika ada sesuatu yang terjatuh dari dalam."Itu adalah sabun yang terjatuh," ucap Dara."Kenapa aku panggil tak menjawab?" tanya Bima."Aku menyalakan air jadi tak mendengar ada suara," jawab Dara.Bima menepuk jidatnya dia merasa seperti orang bodoh yang melakukan segala sesuatu tak terkendali. Semua itu adalah karena rasa cintanya pada Dara."Hahaha ... Jadi aku bertindak seperti orang bodoh!" seru Bima."Jangan berkata kalau diri sendiri adalah orang bodoh tak boleh seperti itu," balas Dara."Ayo aku bantu berjalan ke ranjangmu," ucap Bima.Dara sudah kembali ke ranjangnya. M
“Kondisinya sudah pulih, tapi tidak boleh melakukan hal yang berat dulu,” jawab Dokter. Bima mengangguk tapi memang Dara tidak pernah bekerja berat, sebelumnya ayahnya pengusaha besar tidak mungkin dia bekerja kasar di rumah. Di rumah Bima dia juga hanya memasak dan menjaga Brian saja selebihnya dikerjakan oleh pelayan. “Saya mengerti, Dok,” balas Bima. “Kalau begitu setelah mengurus adminitrasi bisa pulang,” ucap Dokter. “Terima kasih banyak,” balas Bima. Brian yang paling senang ketika Dara diperbolehkan pulang ke rumah. Karena dia masih punya banyak waktu untuk bermain dan belajar bersama Dara. Anak itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dengan berita bahagia ini. “Tante, akhirnya kita boleh pulang,” ucap Brian. “Iya, sayangku,” balas Dara sambil mengelus rambutnya. “Tunggu di sini ya, ayah akan mengurus adminitrasi rumah sakit dulu,” pinta Bima. Brian hanya mengangguk dia lebih suka mengobrol dengan Dara daripada Ayahnya sendiri. Sosok ibu dalam rumah tangga memang
Bima memang sengaja melakukan ini, dia sangat senang bisa mengekpresikan kebahagiaannya bersama Dara. Dilihat banyak orang seperti ini memang tujuannya agar semua tahu kalau Bima sangat mencintai Dara.“Aku malu, tahu tidak,” bisik Dara.“Kenapa harus malu, aku saja senang sekali,” balas Bima.“Kamu jahat,” ucap Dara lalu mendorong tubuh Bima. Dia segara berlari ke kamarnya.“Alah malu-malu kucing,” ledek Bima.Brian melotot ke arah ayahnya. Dia tidak terima Dara menjadi lari ke kamar mengunci pintu, dia berpikir kalau Dara sedang sedih karena ulah anaknya. Brian paling tidak suka kalau Dara sedih, dia seperti ingin bertempur dengan Ayahnya saat ini.“Ayah!” seru Brian.“Ada apa?” tanya Bima.“Aku benci ayah,” jawab Brian sambil berkacak pinggang.“Kenapa bisa kamu benci ayah,” balas Bima.“Karena Ayah membuat Tante Dara jadi sedih,” bentak Brian.Bima menyunggingkan senyuman, tampaknya Brian mulai agresif dan tidak bisa melihat Dara sedih atau ada yang melukainya. Bima sangat senang