Rizal menyendok makanannya dia sepertinya ogah mendengar kabar tentang Dara. Mungkin karena kini Dara menjadi miskin dan tak bisa diandalkan seperti dulu."Aku dengar dia patah tangannya," ucap Irma."Patah?" tanya Rizal penasara."Iya patah saat menghadiri acara sekolah anak yang dia asuh," jawab Irma."Apa majikannya langsung memecat wanita itu?" tanya Rizal."Tidak," balas Irma singkat lalu dia menyendok makanannya. Irma masih kesal dengan peristiwa itu Dara dibela oleh keluarga Bima. Tapi kini mungkin sudah dibuang karena Bima mengajak kencan Irma."Huh, aku yakin wanita itu menggunakan pelet," balas Rizal."Atau mungkin dia sudah naik ranjang majikannya menggunakan wajah cantiknya," balas Irma.Kedua orang itu terus menjelekkan Dara. Mereka tak sadar kalau Bima berada di dekat mereka dan mendengar apa yang mereka bicarakan dengan jelas."Aku dengar dia juga mencari gara gara sama Lasmi," ucap Irma."Kok bisa?" tanya Rizal."Anak Lasmi satu sekolah sama anak majikan Dara. Wanita i
Rizal sangat menyayangi perusahaannya daripada seorang wanita. Dengan modal dari Bima berarti dia bisa menjadi mitra bisnisnya dan perusahaan akan berkembang. Membela Irma hanya akan membuat masalah hidupnya bertambah."Aku setuju, aku akan menjadi saksi kejahatannya," balas Rizal memantapkan diri."Rizal kamu bilang mencintaiku. Tapi kamu mengkhianatiku," ucap Irma."Aku membelamu maka aku akan kehilangan hartaku," balas Rizal.Terjadi adu mulut diantara keduanya. Lalu salah satu pegawai menegur mereka agar tidak berisik. Bima meminta Romi membawa Irma ke kantor polisi untuk mengakui kesalahannya.***"Aku tak bersalah. Memangnya kalian ada bukti aku melakukan perbuatan keji itu?" ucap Irma saat berhadapan dengan polisi."Aku yang jadi saksi," ucap Rizal."Saksi saja tak ada bukti tak bisa membuat aku dihukum," balas Irma.Bima mengelurkan sebuah alat perekam dan memutar rekaman itu. Semua orang mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Irma. WanIta jahat itu menjadi lemas karena tak
Bima mengeluarkan cek, lalu dia melemparnya ke wajah Rizal dia sangat kesal dengan lelaki itu. Tentu saja Bima tidak akan memberikan begitu saja modal pada Rizal.“Akhirnya aku punya modal juga,” ucap Rizal seraya memungut cek itu.“Aku memberikan itu tidak gratis, harus ada syarat yang harus kamu lakukan lagi,” ucap Bima.“Katakan saja, aku akan turuti,” balas Rizal.Bima mendekati Rizal, menepuk pundaknya lalu membisikkan kalimat, “Jauhi Dara, kamu tidak boleh menginginkan dia kembali apalagi sekedar membayangkannya,”Bima kembali ke posisinya lalu menatap tajam wajah Rizal yang senang mendapatkan cek bertuliskan sejumlah uang itu.“Tidak masalah, wanita ada banyak dan bukan dia seorang,” balas Rizal.Pria itu hanya peduli pada uang, uang dan uang. Asal ada yang memberinya uang untuk meninggalkan Dara dia sudah pasti akan menurutinya.“Bagus, kalau begitu aku akan pergi dulu,” ucap Bima.“Pergilah dan kamu temui wanita itu, kamu bercumbu sampai kakimu patah juga aku tidak peduli,” b
"Aaaahh," Dara menjerit takkala pintu kamar mandi sudah terbuka. Dia sangat kaget dan malu tubuhnya dilihat oleh Bima. Mereka menjadi canggung lalu Bima segera menghadap kedepan."Maafkan aku," ucapnya."Hais, kenapa tiba tiba mendobrak pintu," ucap Dara ketika selesai memperbaiki bajunya.Bima menjelaskan segalanya kalau dia trauma akan ada yang menjahati Dara. Maka dia langsung mendobrak pintu kamar mandi ketika ada sesuatu yang terjatuh dari dalam."Itu adalah sabun yang terjatuh," ucap Dara."Kenapa aku panggil tak menjawab?" tanya Bima."Aku menyalakan air jadi tak mendengar ada suara," jawab Dara.Bima menepuk jidatnya dia merasa seperti orang bodoh yang melakukan segala sesuatu tak terkendali. Semua itu adalah karena rasa cintanya pada Dara."Hahaha ... Jadi aku bertindak seperti orang bodoh!" seru Bima."Jangan berkata kalau diri sendiri adalah orang bodoh tak boleh seperti itu," balas Dara."Ayo aku bantu berjalan ke ranjangmu," ucap Bima.Dara sudah kembali ke ranjangnya. M
“Kondisinya sudah pulih, tapi tidak boleh melakukan hal yang berat dulu,” jawab Dokter. Bima mengangguk tapi memang Dara tidak pernah bekerja berat, sebelumnya ayahnya pengusaha besar tidak mungkin dia bekerja kasar di rumah. Di rumah Bima dia juga hanya memasak dan menjaga Brian saja selebihnya dikerjakan oleh pelayan. “Saya mengerti, Dok,” balas Bima. “Kalau begitu setelah mengurus adminitrasi bisa pulang,” ucap Dokter. “Terima kasih banyak,” balas Bima. Brian yang paling senang ketika Dara diperbolehkan pulang ke rumah. Karena dia masih punya banyak waktu untuk bermain dan belajar bersama Dara. Anak itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dengan berita bahagia ini. “Tante, akhirnya kita boleh pulang,” ucap Brian. “Iya, sayangku,” balas Dara sambil mengelus rambutnya. “Tunggu di sini ya, ayah akan mengurus adminitrasi rumah sakit dulu,” pinta Bima. Brian hanya mengangguk dia lebih suka mengobrol dengan Dara daripada Ayahnya sendiri. Sosok ibu dalam rumah tangga memang
Bima memang sengaja melakukan ini, dia sangat senang bisa mengekpresikan kebahagiaannya bersama Dara. Dilihat banyak orang seperti ini memang tujuannya agar semua tahu kalau Bima sangat mencintai Dara.“Aku malu, tahu tidak,” bisik Dara.“Kenapa harus malu, aku saja senang sekali,” balas Bima.“Kamu jahat,” ucap Dara lalu mendorong tubuh Bima. Dia segara berlari ke kamarnya.“Alah malu-malu kucing,” ledek Bima.Brian melotot ke arah ayahnya. Dia tidak terima Dara menjadi lari ke kamar mengunci pintu, dia berpikir kalau Dara sedang sedih karena ulah anaknya. Brian paling tidak suka kalau Dara sedih, dia seperti ingin bertempur dengan Ayahnya saat ini.“Ayah!” seru Brian.“Ada apa?” tanya Bima.“Aku benci ayah,” jawab Brian sambil berkacak pinggang.“Kenapa bisa kamu benci ayah,” balas Bima.“Karena Ayah membuat Tante Dara jadi sedih,” bentak Brian.Bima menyunggingkan senyuman, tampaknya Brian mulai agresif dan tidak bisa melihat Dara sedih atau ada yang melukainya. Bima sangat senang
Tiba-tiba Bima tersadar saat menyebut nama Dara, bagaimana nanti kalau Brian atau yang lainnya memergoki mereka yang semalam tidur bersama. Bima langsung melek matanya, tapi saat dia sudah sadar kamarnya rapi. Tidak ada Dara di sampingnya, dia juga melihat baju yang Ia kenakan semalam masih menempel di badannya yang berarti tidak terjadi apapun semalam.“Apa semalam aku bermimpi?” gumam Bima.“Ya Tuhan, aku sampai bermimpi seperti itu dengan Dara,” imbuh Bima sambil menggelengkan kepalanya.Bima turun dari ranjangnya, dia segera mandi berganti pakaian dan menuju meja makan. Dia bergabung dengan keluarganya yang lain. Saat dia menatap Dara dia merasa malu dan menundukkan kepalanya.“Jantungku berdetak kencang banget,” gumam Bima.“Ini semua gara-gara mimpi semalam,” Imbuhnya yang masih serba salah dalam bertingkah pagi ini.“Kamu kenapa, apa sakit?” tanya Dara.“Ti-dak,” jawabnya terbata.“Sarapanlah sebelum berangkat kerja,” ucap Dara lalu menyendokkan nasi untuk Bima.Menatap Dara ya
“Bagaimana caraku menjelaskan kepada mereka,” gumam Bima dalam hatinya.Bima menghela nafasnya kasar, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Alhasil dia langsung saja mengajak Dara dan Brian pergi makan siang.“Ayah, beneran tidak mau ke Dokter?” tanya Brian.“Tidak, ayah hanya lapar lalu butuh istirahat,” jawab Bima.“Tapi kalau besok pagi masih demam, kamu harus ke rumah sakit,” pinta Dara.Bima mengangguk pelan lalu dia berdiri melambaikan tangannya mengajak Brian dan Dara juga meninggalkan perusahaan untuk makan siang di Restoran makan siang.***“Lihat, itu bos dan wanita itu keluar dari kantornya,” bisik karyawan yang melihat.“Mereka tampak serasi sekali,” ucap Karyawan satu.“Dasar bodoh. Wanita itu telah menggoda bos kita,” balas Karyawan dua.“Aku rasa mereka memang berjodoh,” sahut karyawan satu lagi.Banyak pasang mata menyorot ketiganya, mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Orang tua yang utuh dengan satu anak yang sangat ceria. Sungguh pasangan y
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc