Rizal sangat menyayangi perusahaannya daripada seorang wanita. Dengan modal dari Bima berarti dia bisa menjadi mitra bisnisnya dan perusahaan akan berkembang. Membela Irma hanya akan membuat masalah hidupnya bertambah."Aku setuju, aku akan menjadi saksi kejahatannya," balas Rizal memantapkan diri."Rizal kamu bilang mencintaiku. Tapi kamu mengkhianatiku," ucap Irma."Aku membelamu maka aku akan kehilangan hartaku," balas Rizal.Terjadi adu mulut diantara keduanya. Lalu salah satu pegawai menegur mereka agar tidak berisik. Bima meminta Romi membawa Irma ke kantor polisi untuk mengakui kesalahannya.***"Aku tak bersalah. Memangnya kalian ada bukti aku melakukan perbuatan keji itu?" ucap Irma saat berhadapan dengan polisi."Aku yang jadi saksi," ucap Rizal."Saksi saja tak ada bukti tak bisa membuat aku dihukum," balas Irma.Bima mengelurkan sebuah alat perekam dan memutar rekaman itu. Semua orang mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Irma. WanIta jahat itu menjadi lemas karena tak
Bima mengeluarkan cek, lalu dia melemparnya ke wajah Rizal dia sangat kesal dengan lelaki itu. Tentu saja Bima tidak akan memberikan begitu saja modal pada Rizal.“Akhirnya aku punya modal juga,” ucap Rizal seraya memungut cek itu.“Aku memberikan itu tidak gratis, harus ada syarat yang harus kamu lakukan lagi,” ucap Bima.“Katakan saja, aku akan turuti,” balas Rizal.Bima mendekati Rizal, menepuk pundaknya lalu membisikkan kalimat, “Jauhi Dara, kamu tidak boleh menginginkan dia kembali apalagi sekedar membayangkannya,”Bima kembali ke posisinya lalu menatap tajam wajah Rizal yang senang mendapatkan cek bertuliskan sejumlah uang itu.“Tidak masalah, wanita ada banyak dan bukan dia seorang,” balas Rizal.Pria itu hanya peduli pada uang, uang dan uang. Asal ada yang memberinya uang untuk meninggalkan Dara dia sudah pasti akan menurutinya.“Bagus, kalau begitu aku akan pergi dulu,” ucap Bima.“Pergilah dan kamu temui wanita itu, kamu bercumbu sampai kakimu patah juga aku tidak peduli,” b
"Aaaahh," Dara menjerit takkala pintu kamar mandi sudah terbuka. Dia sangat kaget dan malu tubuhnya dilihat oleh Bima. Mereka menjadi canggung lalu Bima segera menghadap kedepan."Maafkan aku," ucapnya."Hais, kenapa tiba tiba mendobrak pintu," ucap Dara ketika selesai memperbaiki bajunya.Bima menjelaskan segalanya kalau dia trauma akan ada yang menjahati Dara. Maka dia langsung mendobrak pintu kamar mandi ketika ada sesuatu yang terjatuh dari dalam."Itu adalah sabun yang terjatuh," ucap Dara."Kenapa aku panggil tak menjawab?" tanya Bima."Aku menyalakan air jadi tak mendengar ada suara," jawab Dara.Bima menepuk jidatnya dia merasa seperti orang bodoh yang melakukan segala sesuatu tak terkendali. Semua itu adalah karena rasa cintanya pada Dara."Hahaha ... Jadi aku bertindak seperti orang bodoh!" seru Bima."Jangan berkata kalau diri sendiri adalah orang bodoh tak boleh seperti itu," balas Dara."Ayo aku bantu berjalan ke ranjangmu," ucap Bima.Dara sudah kembali ke ranjangnya. M
“Kondisinya sudah pulih, tapi tidak boleh melakukan hal yang berat dulu,” jawab Dokter. Bima mengangguk tapi memang Dara tidak pernah bekerja berat, sebelumnya ayahnya pengusaha besar tidak mungkin dia bekerja kasar di rumah. Di rumah Bima dia juga hanya memasak dan menjaga Brian saja selebihnya dikerjakan oleh pelayan. “Saya mengerti, Dok,” balas Bima. “Kalau begitu setelah mengurus adminitrasi bisa pulang,” ucap Dokter. “Terima kasih banyak,” balas Bima. Brian yang paling senang ketika Dara diperbolehkan pulang ke rumah. Karena dia masih punya banyak waktu untuk bermain dan belajar bersama Dara. Anak itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dengan berita bahagia ini. “Tante, akhirnya kita boleh pulang,” ucap Brian. “Iya, sayangku,” balas Dara sambil mengelus rambutnya. “Tunggu di sini ya, ayah akan mengurus adminitrasi rumah sakit dulu,” pinta Bima. Brian hanya mengangguk dia lebih suka mengobrol dengan Dara daripada Ayahnya sendiri. Sosok ibu dalam rumah tangga memang
Bima memang sengaja melakukan ini, dia sangat senang bisa mengekpresikan kebahagiaannya bersama Dara. Dilihat banyak orang seperti ini memang tujuannya agar semua tahu kalau Bima sangat mencintai Dara.“Aku malu, tahu tidak,” bisik Dara.“Kenapa harus malu, aku saja senang sekali,” balas Bima.“Kamu jahat,” ucap Dara lalu mendorong tubuh Bima. Dia segara berlari ke kamarnya.“Alah malu-malu kucing,” ledek Bima.Brian melotot ke arah ayahnya. Dia tidak terima Dara menjadi lari ke kamar mengunci pintu, dia berpikir kalau Dara sedang sedih karena ulah anaknya. Brian paling tidak suka kalau Dara sedih, dia seperti ingin bertempur dengan Ayahnya saat ini.“Ayah!” seru Brian.“Ada apa?” tanya Bima.“Aku benci ayah,” jawab Brian sambil berkacak pinggang.“Kenapa bisa kamu benci ayah,” balas Bima.“Karena Ayah membuat Tante Dara jadi sedih,” bentak Brian.Bima menyunggingkan senyuman, tampaknya Brian mulai agresif dan tidak bisa melihat Dara sedih atau ada yang melukainya. Bima sangat senang
Tiba-tiba Bima tersadar saat menyebut nama Dara, bagaimana nanti kalau Brian atau yang lainnya memergoki mereka yang semalam tidur bersama. Bima langsung melek matanya, tapi saat dia sudah sadar kamarnya rapi. Tidak ada Dara di sampingnya, dia juga melihat baju yang Ia kenakan semalam masih menempel di badannya yang berarti tidak terjadi apapun semalam.“Apa semalam aku bermimpi?” gumam Bima.“Ya Tuhan, aku sampai bermimpi seperti itu dengan Dara,” imbuh Bima sambil menggelengkan kepalanya.Bima turun dari ranjangnya, dia segera mandi berganti pakaian dan menuju meja makan. Dia bergabung dengan keluarganya yang lain. Saat dia menatap Dara dia merasa malu dan menundukkan kepalanya.“Jantungku berdetak kencang banget,” gumam Bima.“Ini semua gara-gara mimpi semalam,” Imbuhnya yang masih serba salah dalam bertingkah pagi ini.“Kamu kenapa, apa sakit?” tanya Dara.“Ti-dak,” jawabnya terbata.“Sarapanlah sebelum berangkat kerja,” ucap Dara lalu menyendokkan nasi untuk Bima.Menatap Dara ya
“Bagaimana caraku menjelaskan kepada mereka,” gumam Bima dalam hatinya.Bima menghela nafasnya kasar, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini. Alhasil dia langsung saja mengajak Dara dan Brian pergi makan siang.“Ayah, beneran tidak mau ke Dokter?” tanya Brian.“Tidak, ayah hanya lapar lalu butuh istirahat,” jawab Bima.“Tapi kalau besok pagi masih demam, kamu harus ke rumah sakit,” pinta Dara.Bima mengangguk pelan lalu dia berdiri melambaikan tangannya mengajak Brian dan Dara juga meninggalkan perusahaan untuk makan siang di Restoran makan siang.***“Lihat, itu bos dan wanita itu keluar dari kantornya,” bisik karyawan yang melihat.“Mereka tampak serasi sekali,” ucap Karyawan satu.“Dasar bodoh. Wanita itu telah menggoda bos kita,” balas Karyawan dua.“Aku rasa mereka memang berjodoh,” sahut karyawan satu lagi.Banyak pasang mata menyorot ketiganya, mereka tampak seperti keluarga kecil yang bahagia. Orang tua yang utuh dengan satu anak yang sangat ceria. Sungguh pasangan y
Dara sudah sangat khawatir sama Bima yang sejak pagi tadi menunjukkan gejala sakit. Sore ini yang paling parah dia sampai mengeluarkan keringat dingin seperti itu."Jelaskan apa lagi. Cepat kamu antar ke Dokter," bentak Dara yang khawatir."Tolong tenang," balas Romi."Bagaiamana aku bisa tenang. Bima sedang sakit dan masih bekerja. Aku tak bisa tenang kalau belum dia dibawa ke Dokter!" seru Dara.Romi tersenyum gembira melihat Dara khawatir kepada Bima. Itu menunjukkan kalau Dara peduli dan ada rasa pada Bima dilihat dari sikapnya yang resah tak menentu."Kalian bisa bicara berdua saja," ucap Romi."Jangan bercanda Romi. Kita butuh ke Dokter bukan bicara saja," sahut Dara kesal.Romi langsung menggendong Brian untuk meninggalkan Dara dan Bima sendirian. Mereka butuh bicara dan keterbukaan satu sama lain. "Brian, ikut om sebentar," bisik Romi."Tidak mau, lepaskan aku!" seru Brian dalam gendongan Romi.Romi tetap menggendong Brian dan keluar ruangan kerja Bima. Membiarkan pasangan se