Bima menghampiri anaknya, dia duduk didepan Brian agar sama tinggi dengannya. Bagaimana harus menjelaskan kepada anak kecil tentang apa yang mereka bicarakan tadi.“Maafkan ayah, yang mengobrol cukup lama,” ucap Bima.“Memangnya kalian mengobrol apa?” tanya Brian.“Membicarakan tentang masalah orang dewasa,” jawab Bima.Brian mengangguk lalu dia berlari ke arah Dara dan langsung memeluknya. Dia membisikkan kata kepada Dara, “Tante ayo kita belanja,”“Kamu mau belanja apa?” tanya Dara.“Aku ingin berbelanja dengan Ayah dan Tante Dara,” jawab Brian.“Kemana?” tanya Dara lagi.“Ke supermarket,” jawab Brian.Dara melihat ke arah Bima mengodenya meminta persetujuan. Apakah dia bisa menemani mereka berdua berbelanja atau tidak. Kalau misal Bima tidak menyetujuinya ya sudah tidak apa-apa mungkin bisa lain kali. Bima juga capek seharian bekerja tidak mungkin juga memaksanya untuk menuruti permintaan Brian.“Itu ide yang bagus, sekalian saja kita refresing,” balas Bima.“Apa kamu serius?” tany
Sedang sibuk antre di kasir tiba-tiba ada seseorang yang sepertinya kenal dengan Bima. Seorang wanita bertubuh tinggi, berpenampilan sexy, menepuk pundak Bima. Mata Bima langsung melotot melihat sosok wanita itu. Jantungnya menjadi berdebar kencang saat berpapasan dengannya, bukan karena jatuh cinta tapi karena mengingat kejadian yang tidak ingin dia ingat.“Apa kabar?” sapa Wanita itu.“Ayah, wanita itu siapa. Jangan bermain mata, ya,” ucap Brian mengingatkan.“Ayah, tidak bermain mata,” jawab Bima gelagapan.Wanita itu tersenyum memandang Brian yang sudah besar, tampan juga seperti ayahnya. Gayanya yang cool juga mirip seperti sang ayah tapi warna bola matanya mirip dengan ibunya.“Kenapa menatapku seperti itu?” tegur Brian.“Kamu sudah besar, ya. Padahal aku merasa kamu baru aku lahirkan kemarin sore,” ucap Wanita itu.“Hah?!” ucap Brian tidak percaya apa yang diucapkan wanita itu.Bima mendekati Brian lalu duduk di sebelahnya agar sama tinggi. Dia menatap wanita itu sekali lagi, s
Sudah menganggu makan malam bersama keluarganya. Kini suasana hati Bima menjadi tidak karuan karena tiba-tiba seseorang menelponnya saat lagi hangat-hangatnya bersama keluarga kecilnya.“Mau apa kamu?” tanya Bima dengan nada dingin.“Kita sudah lama tidak berjumpa, tentu saja aku ingin bertemu denganmu,” jawab Seseorang yang jauh di sana.“Kita sudah tidak punya hal untuk dibahas,” ucap Bima.“Jangan lupa kita masih punya Brian. Apa kamu takut kekasihmu cemburu?” ledek Wanita itu.“Sela jangan usik hidupku lagi,” bentak Bima.Wanita bernama Sela adalah ibu biologis dari Brian dan mantan istri Bima. Dia wanita yang licik dan mau menang sendiri. Kenapa baru saja dia mendapatkan kebahagiaan bersama Dara wanita itu muncul lagi. Sungguh waktu yang tidak tepat, dahulu dia memilih meninggalkan Bima dan anaknya yang baru saja dilahirkan. Sekarang Brian sudah lima tahun dan dia sudah menemukan kebahagiaannya sendiri kenapa dia harus kembali untuk mengusik hidupnya.“Aku hanya ingin bertemu ana
Bima menggelengkan kepalanya, dia sebenarnya juga tidak tahu kapan akan bertemu dengan ibunya Brian. Tadi wanita itu hanya menelpon jika ingin bertemu saja, hati Bima merasakan ada yang aneh setelah sekian lama kenapa baru saat ini.“Kita tunggu kabar saja dari dia,” jawab Bima.“Ayah, bagaimana kalau dia menculikku?” tanya Brian ketakutan.“Untuk apa dia menculikmu. Tidak mungkin akan seperti itu sayang,” jawab Bima.“Tidak ada yang tidak mungkin ayah. Aku takut dia akan menculikku dan meminta tebusan pada ayah,” ucap Brian.Bima mengelus rambut Brian dengan lembut, dia menenangkan anak itu agar tidak panik ataupun takut. Karena ketakutan dan kepanikan hanya akan membuat pikiran menjadi semrawut dan membuat badan jadi sakit.“Ayah akan melindungimu,” ucap Bima.“Kamu tidak perlu takut karena walau bagaimanapun dia adalah ibumu. Dia hanya rindu padamu,” imbuh Dara.“Tante Dara, apakah Tante akan menyerahkan aku pada wanita itu?” tanya Brian sambil matanya berkaca-kaca.Dara tersenyum,
Bima tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Tentu saja dia merasa kalau Dara belum tidur jam segini, dia merasa kalau perasaan dia nyambung satu sama lain."Aku tidak bisa tidur," ucap Bima."Kok sama sih," balas Dara."Hah, kamu tak bisa tidur juga sama denganku?" tanya Bima."Jadi kita sehati dong," lanjut Bima."Percaya diri sekali," keluh Dara.Dara senang kalau ternyata mereka berdua ternyata sama-sama tidak bisa tidur karena sesuatu hal. Dara berharap kalau bima tak bisa tidur karena memikirkan untuk apa mantan istri menghubungi dia lagi."Ehem, sekarang katakan kenapa kamu tak lekas tidur. Apa sedang menonton drakor?" tanya Bima."E-e benar, aku sedang menonton drakor," jawab Dara."Kenapa nggak ada suara berisik dari televisi," gumam Bima."Ah aku memakai hearsed," jawab Dara.Dara masih tak mau mengakui kalau dia kepikiran mantan istri Bima. Dia tak rela kalau sampai mereka harus balikan karena ada anak."Dara, aku harap kamu jujur isi hatimu," ucap Bima."Tentang apa, aku
Nyonya Handoko merasa khawatir karena Dara tak kunjung datang ke rumah Bima. Dia takut sesuatu terjadi padanya seperti tempo hari, seseorang mencelakainya.“Ponselnya tidak aktif,” ucap Bima.“Apa kamu bilang?” tanya Nyonya Handoko yang semakin tidak karuan khawatirnya.“Ponselnya tidak aktif, Mama,” jawab Bima.Bima juga sebenarnya khawatir kalau terjadi sesuatu pada Dara tapi dia menyembunyikan kekhawatiran itu. Brian tiba-tiba turun dari tempat duduknya dan berlari keluar ruang makan, hal ini membuat Bima semakin khawatir dan mengejarnya.“Brian mau kemana kamu?” tanya Bima.“Aduh kamu membuat nenek semakin khawatir saja,” ucap Nyonya Handoko lalu menyusul mereka berdua.“Aku mau ke rumah Tante Dara,” jawab Brian.Bima menghadangnya karena Brian masih kecil dan pasti akan sangat merepotkan kalau mengurus dua hal secara bersamaan. Brian tidak mau mengalah dia ingin keluar rumah, tapi Bima lebih kuat dari Brian sehingga dia hanya bisa marah pada ayahnya.“Kalau sampai terjadi sesuatu
Dara menyipitkan matanya dia sama sekali tak ingat pernah bertemu dengan wanita itu. Dia memperhatikan sekali lagi wajah wanita yang berdiri di depannya ini."Maaf, aku tak mendekati Bima duluan," ucap Dara."Halah, perempuan dari keluarga bangkrut sepertimu mana tidak ada maksud mendekati pria kaya," balas Wanita itu.Dara semakin tak mengerti kenapa wanita itu terus menekannya seperti itu, kenal saja tidak kenapa harus memaki seperti ini."Maaf aku masih banyak kerjaan jadi tak bisa menemanimu mengobrol," ucap Dara."Aku belum selesai bicara denganmu!" seru Wanita itu sambil menggenggam tangan Dara.Dara berhenti, sebenarnya dia malas meladeni tapi kenapa wanita itu tak melepaskannya untuk pergi, membuang waktu berharga untuk memasak saja."Katakan saja intinya aku banyak kerjaan," ucap Dara."Jauhi Bima, apa kamu bersedia?" tanya Wanita itu.Dara menghembuskan nafasnya dia masih penasaran siapa wanita itu kenapa memperingatkan Dara untuk menjauhi Bima. Padahal selama ini sepertinya
"Pensilku ketinggalan di mobil," ucap Brian."Lain kali cukup telpon Tante saja," balas Dara sambil mengusap rambut anak itu. Dara sudah membaik lalu dia berpamitan akan segera pulang karena hari sudah siang. Dia juga mengambil pensil di mobil sebelum pulang."Belajar yang rajin ya sayang," ucap Dara."Terima kasih Tante," balas Brian lalu masuk ke kelasnya.Brian menatap kepergian Dara lalu dia ke ruang guru meminta ijin untuk menelpon ayahnya.***"Ada apa?" tanya Bima saat Brian menelpon."Ada yang menyakiti Tante Dara," jawab Brian."Apa katamu?!" tegas Bima.Semua orang di ruang rapat jadi gemetar melihat Bima yang terlihat tegang. Mereka akan kena dampaknya kalau Bima sampai tidak nyaman atau suasana hatinya buruk."Rapat cukup sampai disini, kita lanjutkan sore nanti," ucap Bima sambil menggertakkan giginya."Baik, Pak," balas semua peserta rapat.Bima pulang ke rumah untuk melihat kondisi Dara dia segera menuju dapur saat mencium aroma masakan yang menggiurkan.Bima tak tahan