Sedang sibuk antre di kasir tiba-tiba ada seseorang yang sepertinya kenal dengan Bima. Seorang wanita bertubuh tinggi, berpenampilan sexy, menepuk pundak Bima. Mata Bima langsung melotot melihat sosok wanita itu. Jantungnya menjadi berdebar kencang saat berpapasan dengannya, bukan karena jatuh cinta tapi karena mengingat kejadian yang tidak ingin dia ingat.“Apa kabar?” sapa Wanita itu.“Ayah, wanita itu siapa. Jangan bermain mata, ya,” ucap Brian mengingatkan.“Ayah, tidak bermain mata,” jawab Bima gelagapan.Wanita itu tersenyum memandang Brian yang sudah besar, tampan juga seperti ayahnya. Gayanya yang cool juga mirip seperti sang ayah tapi warna bola matanya mirip dengan ibunya.“Kenapa menatapku seperti itu?” tegur Brian.“Kamu sudah besar, ya. Padahal aku merasa kamu baru aku lahirkan kemarin sore,” ucap Wanita itu.“Hah?!” ucap Brian tidak percaya apa yang diucapkan wanita itu.Bima mendekati Brian lalu duduk di sebelahnya agar sama tinggi. Dia menatap wanita itu sekali lagi, s
Sudah menganggu makan malam bersama keluarganya. Kini suasana hati Bima menjadi tidak karuan karena tiba-tiba seseorang menelponnya saat lagi hangat-hangatnya bersama keluarga kecilnya.“Mau apa kamu?” tanya Bima dengan nada dingin.“Kita sudah lama tidak berjumpa, tentu saja aku ingin bertemu denganmu,” jawab Seseorang yang jauh di sana.“Kita sudah tidak punya hal untuk dibahas,” ucap Bima.“Jangan lupa kita masih punya Brian. Apa kamu takut kekasihmu cemburu?” ledek Wanita itu.“Sela jangan usik hidupku lagi,” bentak Bima.Wanita bernama Sela adalah ibu biologis dari Brian dan mantan istri Bima. Dia wanita yang licik dan mau menang sendiri. Kenapa baru saja dia mendapatkan kebahagiaan bersama Dara wanita itu muncul lagi. Sungguh waktu yang tidak tepat, dahulu dia memilih meninggalkan Bima dan anaknya yang baru saja dilahirkan. Sekarang Brian sudah lima tahun dan dia sudah menemukan kebahagiaannya sendiri kenapa dia harus kembali untuk mengusik hidupnya.“Aku hanya ingin bertemu ana
Bima menggelengkan kepalanya, dia sebenarnya juga tidak tahu kapan akan bertemu dengan ibunya Brian. Tadi wanita itu hanya menelpon jika ingin bertemu saja, hati Bima merasakan ada yang aneh setelah sekian lama kenapa baru saat ini.“Kita tunggu kabar saja dari dia,” jawab Bima.“Ayah, bagaimana kalau dia menculikku?” tanya Brian ketakutan.“Untuk apa dia menculikmu. Tidak mungkin akan seperti itu sayang,” jawab Bima.“Tidak ada yang tidak mungkin ayah. Aku takut dia akan menculikku dan meminta tebusan pada ayah,” ucap Brian.Bima mengelus rambut Brian dengan lembut, dia menenangkan anak itu agar tidak panik ataupun takut. Karena ketakutan dan kepanikan hanya akan membuat pikiran menjadi semrawut dan membuat badan jadi sakit.“Ayah akan melindungimu,” ucap Bima.“Kamu tidak perlu takut karena walau bagaimanapun dia adalah ibumu. Dia hanya rindu padamu,” imbuh Dara.“Tante Dara, apakah Tante akan menyerahkan aku pada wanita itu?” tanya Brian sambil matanya berkaca-kaca.Dara tersenyum,
Bima tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Tentu saja dia merasa kalau Dara belum tidur jam segini, dia merasa kalau perasaan dia nyambung satu sama lain."Aku tidak bisa tidur," ucap Bima."Kok sama sih," balas Dara."Hah, kamu tak bisa tidur juga sama denganku?" tanya Bima."Jadi kita sehati dong," lanjut Bima."Percaya diri sekali," keluh Dara.Dara senang kalau ternyata mereka berdua ternyata sama-sama tidak bisa tidur karena sesuatu hal. Dara berharap kalau bima tak bisa tidur karena memikirkan untuk apa mantan istri menghubungi dia lagi."Ehem, sekarang katakan kenapa kamu tak lekas tidur. Apa sedang menonton drakor?" tanya Bima."E-e benar, aku sedang menonton drakor," jawab Dara."Kenapa nggak ada suara berisik dari televisi," gumam Bima."Ah aku memakai hearsed," jawab Dara.Dara masih tak mau mengakui kalau dia kepikiran mantan istri Bima. Dia tak rela kalau sampai mereka harus balikan karena ada anak."Dara, aku harap kamu jujur isi hatimu," ucap Bima."Tentang apa, aku
Nyonya Handoko merasa khawatir karena Dara tak kunjung datang ke rumah Bima. Dia takut sesuatu terjadi padanya seperti tempo hari, seseorang mencelakainya.“Ponselnya tidak aktif,” ucap Bima.“Apa kamu bilang?” tanya Nyonya Handoko yang semakin tidak karuan khawatirnya.“Ponselnya tidak aktif, Mama,” jawab Bima.Bima juga sebenarnya khawatir kalau terjadi sesuatu pada Dara tapi dia menyembunyikan kekhawatiran itu. Brian tiba-tiba turun dari tempat duduknya dan berlari keluar ruang makan, hal ini membuat Bima semakin khawatir dan mengejarnya.“Brian mau kemana kamu?” tanya Bima.“Aduh kamu membuat nenek semakin khawatir saja,” ucap Nyonya Handoko lalu menyusul mereka berdua.“Aku mau ke rumah Tante Dara,” jawab Brian.Bima menghadangnya karena Brian masih kecil dan pasti akan sangat merepotkan kalau mengurus dua hal secara bersamaan. Brian tidak mau mengalah dia ingin keluar rumah, tapi Bima lebih kuat dari Brian sehingga dia hanya bisa marah pada ayahnya.“Kalau sampai terjadi sesuatu
Dara menyipitkan matanya dia sama sekali tak ingat pernah bertemu dengan wanita itu. Dia memperhatikan sekali lagi wajah wanita yang berdiri di depannya ini."Maaf, aku tak mendekati Bima duluan," ucap Dara."Halah, perempuan dari keluarga bangkrut sepertimu mana tidak ada maksud mendekati pria kaya," balas Wanita itu.Dara semakin tak mengerti kenapa wanita itu terus menekannya seperti itu, kenal saja tidak kenapa harus memaki seperti ini."Maaf aku masih banyak kerjaan jadi tak bisa menemanimu mengobrol," ucap Dara."Aku belum selesai bicara denganmu!" seru Wanita itu sambil menggenggam tangan Dara.Dara berhenti, sebenarnya dia malas meladeni tapi kenapa wanita itu tak melepaskannya untuk pergi, membuang waktu berharga untuk memasak saja."Katakan saja intinya aku banyak kerjaan," ucap Dara."Jauhi Bima, apa kamu bersedia?" tanya Wanita itu.Dara menghembuskan nafasnya dia masih penasaran siapa wanita itu kenapa memperingatkan Dara untuk menjauhi Bima. Padahal selama ini sepertinya
"Pensilku ketinggalan di mobil," ucap Brian."Lain kali cukup telpon Tante saja," balas Dara sambil mengusap rambut anak itu. Dara sudah membaik lalu dia berpamitan akan segera pulang karena hari sudah siang. Dia juga mengambil pensil di mobil sebelum pulang."Belajar yang rajin ya sayang," ucap Dara."Terima kasih Tante," balas Brian lalu masuk ke kelasnya.Brian menatap kepergian Dara lalu dia ke ruang guru meminta ijin untuk menelpon ayahnya.***"Ada apa?" tanya Bima saat Brian menelpon."Ada yang menyakiti Tante Dara," jawab Brian."Apa katamu?!" tegas Bima.Semua orang di ruang rapat jadi gemetar melihat Bima yang terlihat tegang. Mereka akan kena dampaknya kalau Bima sampai tidak nyaman atau suasana hatinya buruk."Rapat cukup sampai disini, kita lanjutkan sore nanti," ucap Bima sambil menggertakkan giginya."Baik, Pak," balas semua peserta rapat.Bima pulang ke rumah untuk melihat kondisi Dara dia segera menuju dapur saat mencium aroma masakan yang menggiurkan.Bima tak tahan
Dara menghentikan aktivitasnya dia menatap lekat-lekat Bima. "Menurutmu wanita itu datang lagi karena apa," sahut Dara."Mana aku tahu, yang jelas dia punya maksud tersembunyi," balas Bima.Dara menundukkan pandangannya, dia tak tahu harus bagaimana yang jelas hatinya sangat resah."Dara percayalah, aku dan wanita itu tak ada hubungan apapun," ucap Bima."Sekarang memang tak ada. Tapi dulu kalian menikah juga pernah melakukan hubungan itu," balas Dara.Bima memeluk Dara waktu itu dia menikah karena terpaksa. Lalu dia mencoba untuk mengakrabkan diri agar pernikahan yang dijodohkan itu berjalan sebagaimana mestinya. Tapi ternyata keadaan berkata lain, dia memang tidak berjodoh dengan mantan istrinya. Sela memilih untuk pergi karena tidak mencintai Bima."Apa kamu kira aku berhubungan karena suka sama suka. Aku melakukan itu karena kewajibanku sebagai suami," ucap Bima lirih."Aku tidak tahu masa lalumu," balas Dara."Kamu memang tidak tahu masa laluku saat menjadi suami orang. Tapi kam
Nyonya Handoko menggelengkan kepalanya, ini bukan kado untuk Brian tapi seserahan untuk dibawa ke rumah Dara.“Seserahan?” tanya Brian.“Iya sayang, ini untuk ibumu,” jawab Nyonya Handoko.Brian terlihat pusing tidak mengerti apa yang dikatakan oleh neneknya, lalu kakeknya menjelaskan apa itu seserahan secara singkat dan padat pada Brian. Barang yang harus dibawa dari mempelai lelaki ke mempelai wanita.“Oh jadi seperti itu,” ucap Brian.“Betul, besok kamu bantu ayahmu untuk membawa barang seserahan ini untuk ibumu, ya,” balas Tuan Handoko.“Siap,” jawab Brian bersemangat.Hari ini semua orang tampak sibuk mempersiapkan pernikahan Bima dan Dara. Banyak sekali yang mereka akan bawa, mulai dari seserahan inti sampai seserahan berupa makanan ringan, makanan khas daerah hingga pernak-pernik yang lainnya.“Kenapa banyak orang di rumahku,” gumam Brian yang tak biasa ada begitu banyak orang di rumah.“Semua orang ini adalah saudaramu, mereka akan ikut ke pernikahan ayah dan ibumu,” jawab Tua
“Aku tidak akan melanjutkan lagi kerja sama kerja dengan perusahaan kalian,” jawab Bima.Raut wajah Bima sangat marah, dia menatap jijik beberapa pria yang berada di ruang vip tersebut. Bima sangat tidak senang seseorang yang licik dan berbuat tidak baik.“Ke-napa?” tanya partner kerja itu terbata.“Karena aku sungguh tidak suka orang yang berpikir sempit,” jawab Bima.Romi mendekati mereka, lalu membisikkan kata, “Kalian ketahuan merencanakan sesuatu,”Raut pria itu terkejut, sebentar saja kenapa rancananya sudah ketahuan, apakah Bima hanya sekedar pura-pura mabuk saja. Romi mengikuti Bima pergi dari bar itu, mereka langsung pulang karena sudah lelah. Sela yang berusaha mengejar Bima dengan pakaian yang sexy menjadi mainan pria hidung belang yang melihatnya. Semua itu adalah balasan dari rencana jahatnya sendiri, kenapa harus berbuat jahat kalau ada jalan yang baik.***“Ayah, kenapa baru pulang, apa ayah lupa sehari lagi, ayah akan menikah,” ucap Brian.“Kamu kenapa belum tidur?” ta
Romi masih menentang Bima meminum gelas itu. Dia takut karena mungkin saja sudah dicampur dengan sesuatu yang dapat mencelakainya."Hentikan Bima," ucap Romi."Tuan Romi, kenapa Anda sepertinya khawatir dengan bos Anda?" tanya Partner kerja."Kalau terjadi sesuatu pada bos saya. Tidak ada yang menggaji saya lagi," jawab Romi.Partnet kerjasama itu menertawakan Romi. Seperti Bima akan diracuni saja, padahal hanya sebatas minum. "Minuman ini aman, biar aku tunjukkan padamu kalau minuman ini benar-benar aman," ucap Parter kerja itu."Lihat baik-baik aku minum minuman ini," imbuh partner kerja satu lagi.Mereka meneguk dari botol sekaligus sampai setengah botol, lalu mengusap mulutnya dengan punggung tangan."Bagaimana apa kalian berdua percaya sekarang?" tanya partner kerja itu. Bima melirik Romi yang begitu khawatir, Bima mengangguk pelan sehingga Romi tak melarang Bima untuk minum minuman yang diberikan oleh Partner kerjanya. “Aku percaya kalian. Berikan satu gelas bir padaku,” jawab
Mobil melaju dengan kencang ke arah Dara yang sedang jalan-jalan. Banyak orang berteriak, meminta Dara dan keluarganya segera menepi. Menyadari ada mobil yang mengintainya, Dara segera melindungi Brian dan Ibunya dengan cara menarik ke tepi agar tidak tertabrak mobil.“Sial, kenapa tidak kena,” gumam Irma yang sedang menargetkan Dara. Irma segera pergi meninggalkan jalanan itu agar tidak menjadi bulan-bulanan masa.***“Kamu tidak apa-apa, Nak,” ucap Dara sambil melihat keseluruh tubuh Brian. “Tidak,” jawab Brian lirih, dia masih syok.“Putriku, cucuku, apa kalian baik-baik saja,” imbuh Nyonya Subroto.“Aku tidak apa-apa,” jawab Dara yang masih deg-degan.Beberapa orang menghampiri Dara lalu memberikan air minum agar tidak syok, diantara mereka ada yang sudah merekam mobil melaju kencang dan tercantum plat mobilnya.“Terima kasih semuanya,” ucap Nyonya Subroto.“Bu, ayo kita pulang, Brian sepertinya masih syok atas insiden ini,” bisik Dara.Tadi saat
Walau sama-sama jalang tapi Irma belum pernah menikah. Belum pula melahirkan anak, dia masih pantas menikah dengan seorang bujang. Sedangkan Sela sudah pernah melahirkan anak dan berstatus janda. "Sela, tapi kamu tetap kalah dengan seorang gadis yang belum pernah melahirkan," ucap Irma."Mimpi saja kalau kamu merasa menang dariku," bisik Sela."Hehe ... Pada akhirnya kamu dikalahkan oleh Dara. Seorang gadis yang merebut anak, suami, juga harta yang dimiliki oleh Bima dan anakmu," ledek Irma.Sela menjadi meradang karena ucapan Irma. Wanita licik itu memang selalu berhasil membuat hati orang panas."Kurang ajar!" umpat Sela."Siapa yang kurang ajar. Aku atau gadis yang merebut semua perhatian yang seharusnya milikmu?" tanya Irma tapi sebenarnya meledek Sela."Kamu dan wanita itu sama saja. Bedanya Dara orang kaya dan kamu kalau tidak jadi simpanan orang adalah orang miskin," jawab Irma kesal.Irma ikut tersulut emosi, memang keluarganya tak kaya. Tapi bermodal wajah cantik dia berhasi
Brian menggelengkan kepalanya. Dia tidak ingin ikut dengan Sela yang jahat melebihi ibu tiri."Kakek, kalau aku ikut Ibu Sela disiksa nanti bagaimana. Tak dikasih makan?" tanya Brian."Ibu Sela juga menyayangimu. Pasti kamu akan dikasih makan dan tidak akan disiksa?" jawab Tuan Subroto."Sini Brian," ucap Sela sambil menarik lengan tangan Brian kasar."Kakek," panggil Brian sambil menarik lengan tangan Tuan Subroto.Melihat tabiat Sela yang begitu kasar Tuan Subroto tidak tega melepas Brian dengan ibu kandungnya."Sela, kamu lihat sendiri 'kan. Brian tidak mau pergi denganmu," ucap Tuan Subroto."Itu karena Anda sudah menghasut anakku agar tak mau ikut bersamaku," balas Sela kesal."Kakek aku takut," ucap Brian lalu merangkul kaki Tuan Subroto."Tidak usah takut, ada kakek," balas Tuan Subroto.Tuan Subroto memandang Sela yang masih meluapkan amarahnya. Sela masih ingin membawa Brian pergi bersama dengannya. "Anak kecil itu tahu siapa yang tulus dan tidak," ucap Tuan Subroto."Alah o
Sekretaris Lina sangat kaget dengan suara seseorang yang membisikkan hal buruk padanya. Gadis itu menoleh dan ternyata orang itu sangat dia kenal, wanita itu menyungingkan senyuman dan melambaikan tangan."Kamu?" ucap Sekretaris Lina."Kenapa kaget begitu melihatku. Aku ini mantan nyonya bosmu, 'kan," jawab Sela."Hanya mantan saja, Anda ada perlu apa ke sini," balas Sekretaris Lina."Lina sepertinya kamu menganggap dirimu tinggi. Aku akan bilang pada Bima kalau kamu mendambakan Bima untuk menjadi suamimu," ancam Sela.Sekretaris Lina agak gugup tapi kalau sampai mulut Sela ember dia akan mendapatkan mala petaka. Bima sangat tidak suka dengan wanita genit yang mendekatinya."Silahkan saja. Semua wanita mendambakan Pak Bima untuk menjadi suaminya. Itu hal yang wajar termasuk Anda," balas Sekretaris Lina."Kurang ajar kamu, Lina," bentak Sela seraya melayangkan tamparan pada Lina.Saat Sela menampar Lina kebetulan pintu kantoe Bima terbuka. Romi dan Bima sedang ingin keluar dari ruangan
Brian sangat senang ternyata dari keluarga Dara sangat memperhatikannya. Berarti kehadirannya juga akan diterima di keluarga ibu sambungnya itu.“Aku sangat menyukai semua masakan Ibu,” jawab Brian.“Memangnya ibumu bisa memasak?” tanya Nyonya Subroto.“Bisalah, dan masakannya sangat enak,” jawab Brian.Tuan Subroto memeluk Brian, dia mengecup pipi Brian sebagai bentuk ucapan terima kasih karena telah menerima putri semata wayangnya sebagai ibu.“Terima kasih telah menyayangi Dara,” ucap Tuan Subroto.“Aku harus menyayanginya, karena Dara adalah ibuku,” jawab Brian bersemangat.Tuan Subroto iku senang dan tertawa bersama Brian. Beliau mengelus rambut Brian dengan lembut, mempunyai cucu sambung tidak masalah baginya yang penting Dara dan anak sambungnya saling menyayangi.“Apa kakek boleh minta sesuatu padamu?” tanya Tuan Subroto.“Apa itu, Kek,” jawab Brian.“Kelak kamu sudah tumbuh dewasa, kamu harus mencintai ibumu, juga adikmu kalau memiliki adik,” balas Tuan Subroto.“Kalau ibu p
Romi mengangguk yang menandakan kalau apa yang akan dia sampaikan adalah hal yang sangat penting.Tuan Subroto langsung mengajaknya ke kantornya."Masuklah, Romi," ajak Tuan Subroto."Terima kasih," balas Romi."Duduklah, jadi hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?" tanya Tuan Subroto."Ini mengenai Dara," jawab Romi.Romi menjelaskan secara detail apa yang dia dengar. Romi hanya ingin menyampaikan fakta agar Tuan Subroto berjaga-jaga supaya hal yang tidak diinginkan menjelang pernikahan Bima dan Dara tidak terjadi."Kurang ajar lelaki itu. Beraninya berpikir kotor tentang putriku," gumam Tuan Subroto."Aku hanya menyampaikan apa yang terdengar saja," ucap Romi seraya memberikan rekaman untuk Tuan Subroto.Tuan Subroto semakin geram mendengar bukti rekaman itu. Beliau memutuskan untuk menyewa bodyguard untuk mengamankan putrinya. Tidak ada satu orangpun yang bisa menyakiti Dara selama Tuan Subroto masih hidup."Romi, terima kasih atas kerja kerasmu. Aku akan memberimu imbalan," uc