Emma Karina, seorang anak yang tinggal bersama sang ayah di pinggiran ibu kota Denpasar, Bali tepatnya di kabupaten Gianyar dan hanya ayahnya yang dia punya di dunia ini. Emma baru menempuh pendidikan sebagai mahasiswa semester dua di Universitas Jaya Sakti. Emma seorang perempuan yang ceria dan mudah bergaul dengan siapa pun yang dia temui. Emma mempunyai sahabat bernama Sintia. Mereka berdua bersahabat semenjak di bangku sekolah menengah atas. Emma dan Sintia selalu terbuka satu sama lain mengenai apa pun.
Emma tinggal di sebuah rumah sederhana dengan sang ayah yang suka mabuk-mabukan tanpa ada keinginan untuk bekerja. Setiap hari, Emma yang berusaha untuk bekerja paruh waktu demi untuk membiayai kesehariannya sendiri. Emma berkuliah dengan beasiswa yang dia dapatkan karena kepintarannya. Ayah Emma, Marshel, selalu saja meminta uang kepada Emma untuk membeli minuman keras. Terkadang, Emma juga mendapatkan pukulan jika sang ayah sedang marah atau karena tidak diberi uang oleh Emma.
"Mana minuman buat Papa?" tanya Marshel ketika Emma baru saja pulang dari tempat kerjanya.
"Tidak ada, Pa," jawab Emma sambil menunduk.
Satu tamparan melayang di pipi Emma. Dengan menahan perih, Emma memegangi pipinya yang memerah. Emma beranjak menuju kamarnya dan mengunci pintunya. Tubuh Emma langsung luruh jatuh ke lantai. Dia meratapi nasibnya yang terus diperlakukan tidak adil oleh ayahnya sendiri.
Emma merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya yang nyaman. Dia mencoba menutup matanya, supaya bisa istirahat dan menunggu pagi datang untuk menjalani aktivitasnya lagi. Setiap hari hanya seperti itu kehidupan seorang Emma.
*****
"Emma!" teriak Marshel saat dia tidak menemukan sarapan di atas meja makannya. Emma pergi pagi-pagi sekali untuk menghindari ayahnya yang setiap hari kerjaannya hanya mabuk-mabukan saja.
Emma menuju ke kampusnya dengan berjalan kaki karena dia tidak ingin membuang waktu dan uangnya untuk naik bus. Emma selalu dihadapkan dengan permasalahan keuangan karena dia harus menghidupi dirinya sendiri. Emma berpapasan dengan Ardian saat baru saja masuk gerbang kampusnya.
"Em, kamu jalan kaki?" tanya Ardian, kating kampus Emma di Universitas Jaya Sakti.
"Iya, Kak. Udah biasa juga," jawab Emma sambil tersenyum ramah.
"Nih, undangan buat kamu. Jangan lupa datang ke acara ulang tahun aku nanti malam. Sintia juga udah aku kasih undangannya." Ardian memberikan sebuah kertas undangan pada Emma.
"Sepertinya aku tidak bisa datang, Kak. Aku harus bekerja nanti malam." Emma merasa tidak enak hati karena tidak bisa memenuhi undangan dari Ardian.
"Ijin satu hari, aku akan membayar dendanya untuk itu. Bagaimana?" Ardian berusaha untuk membujuk Emma supaya datang ke acara pestanya.
"Baiklah, yang penting aku masih ada pemasukan." Emma tersenyum manis saat dirinya merasa senang karena sesuatu. Ardian terpana melihat senyuman Emma.
Ardian melajukan motornya ke tempat parkir kampus, sedangkan Emma masuk ke kelasnya dan mencari keberadaan Sintia, sahabatnya. Emma masih belum melihat Sintia di dalam kelas. Dia menempati tempat duduk di tengah kelas karena dia tidak ingin terlalu mencolok di depan dosen.
"Em, apa kamu mau datang ke pesta Kak Ardian?" Sintia yang baru saja datang, langsung menanyakan tentang undangan dari Ardian.
"Sepertinya aku nggak bisa, Sin. Aku harus bekerja nanti malam." Emma mencoba membohongi Sintia.
"Ayolah, Em. Satu hari aja berhenti bekerja. Aku akan membelikan kamu makan siang hari ini." Sintia memang sangat mengetahui keadaan keuangan Emma. Satu hari saja Emma tidak bekerja, dia tidak bisa makan keesokan harinya.
"Makan siang selama satu minggu?" tanya Emma sambil tersenyum lebar.
"Satu minggu, satu bulan juga boleh. Pokoknya kamu harus ikut ke pesta Ardian." Sintia sedikit memaksa Emma.
"Oke, setuju. Satu bulan makan siang gratis dari Sintia!" seru Emma sambil terkekeh geli.
"Nanti pulang dari kampus, kamu ikut aku ke salon." Sintia tersenyum penuh arti memikirkan akan menyulap Emma yang biasa menjadi luar biasa.
"Terserah kamu aja, Sin." Emma pasrah dengan apa yang akan dilakukan Sintia pada dirinya.
***
Emma telah selesai kuliah hari ini pada pukul 14.00 WITA. Sintia mengajak Emma makan siang terlebih dahulu di kafe depan kampus. Sintia memang berasal dari keluarga yang berada. Dia tidak pernah menjelekkan Emma yang hanya mempunyai seorang ayah yang tidak berguna. Sintia juga selalu mendukung Emma dalam hal apa pun.
"Setelah makan, kita ke butik dulu cari gaun terus ke salon. Aku mau kamu dandan yang cantik, Em. Kak Ardian pasti punya banyak teman untuk kita lirik." Sintia menyarankan suatu hal yang membuat Emma menggelengkan kepalanya.
"Itu kamu, Sintia. Aku nggak ada waktu untuk hal seperti itu." Emma tersenyum kecut.
"Emma sayang, kamu itu masih muda. Jangan terlalu sibuk dengan semua masalah hidup. Satu kali aja lepaskan semuanya dan menikmati masa-masa indah kita." Sintia memeluk Emma dari samping.
"Baiklah, hari ini aku akan mengikuti apa pun yang kamu mau." Emma akhirnya memutuskan akan mengikuti apa yang dikatakan Sintia. Dia memang sangat membutuhkan hiburan untuk semua masalah yang dihadapinya dalam hidup.
***
"Bos, sudah waktunya pergi ke pesta," ucap seorang asisten pribadi pada bosnya.
"Jam berapa pesta Ardian, Raka? Bukannya jam delapan? Ini masih jam tujuh." Ethan, sang bos yang masih sibuk dengan pekerjaannya, menatap tajam ke arah asisten pribadinya, Raka.
"Aku harus beli kado dulu, Bos. Aku lupa karena kerjaan yang kamu kasih buat aku." Raka menggerutu langsung di hadapan Ethan.
"Apa kamu mau aku potong gajinya?" Ethan berbicara dengan nada rendah.
"Maaf, Bos. Ampuni aku," ucap Raka sambil terkekeh. Raka tahu bahwa ucapan Ethan terkadang tidak bisa diganggu gugat.
"Telepon saja Pricillia untuk menyiapkan kadonya." Ethan kembali fokus pada layar di depannya. Raka keluar ruangan Ethan dan menghubungi Pricillia, sekretaris Ethan.
Ethan Mavirno, seorang CEO muda yang terkenal dingin dan sangat tegas dengan segala bentuk kecurangan. Ethan tidak pernah memaafkan orang-orang yang bersalah padanya. Dia terkenal begitu kejam. Ethan akan pergi ke pesta Ardian, adik dari Raka.
Emma dan Sintia telah sampai di tempat acara pesta Ardian yaitu hotel bintang lima di kabupaten Gianyar. Emma sedikit gugup karena Sintia telah merubahnya menjadi seperti orang lain. Emma sendiri sampai tidak percaya saat berkaca. Dia sangat berbeda dari biasanya. Sintia tersenyum bangga telah membuat Emma terlihat sempurna.
"Akhirnya kamu datang juga, Em. Aku pikir kamu tidak jadi datang." Ardian memeluk Emma untuk berterima kasih.
"Aku udah janji, Kak. Pasti aku akan tepati itu." Emma tersenyum. "Selamat ulang tahun, Kak."
"Makasih, Em. Silakan menikmati pestanya." Ardian tersenyum kagum saat melihat penampilan Emma. Sintia tahu bahwa Ardian sedikit menyukai sahabatnya.
Emma dan Sintia membaur dengan tamu yang lain meskipun mereka berdua masih belum bertemu dengan banyak teman kampusnya. Tamu yang datang kebanyakan kating kampus Emma dan tidak banyak yang Emma tahu. Sintia memberikan segelas minuman untuk Emma dan tidak menyadari bahwa minuman itu mengandung sedikit alkohol.
Acara berlangsung setelah tamu undangan telah banyak yang hadir meskipun belum semuanya. Emma mencoba menikmati pesta tersebut tanpa memikirkan hal lain. Selesai acara puncak, Emma meminta izin pada Sintia untuk pergi ke toilet. Emma merasa kepalanya sedikit pusing dan ingin mencuci wajahnya supaya segar.
Emma menabrak seseorang saat berjalan menuju toilet. Tas tangannya sampai terjatuh dan dia sampai terhuyung saat ingin mengambilnya. Orang tersebut membantu Emma untuk mengambil tasnya dan memberikannya.
"Terima kasih, maaf atas kecerobohan saya." Emma tersenyum dan menunduk sekilas untuk meminta maaf.
"Apa kamu mabuk?" Suara berat seorang laki-laki membuat Emma melihat ke arah orang di depannya. Seketika, Emma terpesona karena ketampanan wajah laki-laki di hadapannya. Meskipun terlihat garang, tetapi garis wajahnya yang tegas membuat Emma melihatnya tanpa berkedip.
"Emma, ayo." Sintia datang dan langsung menarik tangan Emma sebelum dia sempat berbicara dengan laki-laki yang ditabraknya. Emma menoleh untuk terakhir kalinya sebelum menghilang ke tengah acara pesta.
"Ada apa?" Raka menepuk bahu Ethan, saat melihatnya terpaku.
"Cari tahu info tentang gadis bernama Emma." Ethan memberikan perintah pada Raka.
"Emma siapa?" tanya Raka bingung.
"Emma yang baru saja menabrak aku. Cari semua infonya sampai yang tak terlihat." Ethan berjalan masuk ke ruangan pesta, meninggalkan Raka yang kebingungan.
"Aku pasti akan mendapatkan kamu, Emma," ucap Ethan bermonolog sambil menatap Emma dari kejauhan.
Ethan telah mendapatkan informasi tentang Emma sampai yang terdalam dan tak terlihat. Raka mengerahkan semua kemampuannya untuk menggali informasi itu. Raka memberikan hasilnya pada Ethan beserta beberapa foto Emma dari mulai kecil sampai yang terbaru. Raka yang awalnya tidak begitu jelas dengan perintah Ethan, akhirnya tahu siapa Emma yang dimaksud oleh bosnya itu."Bagaimana, Bos? Apa ada yang kurang?" tanya Raka dengan tersenyum bangga karena bisa menyelesaikan perintah sang bos besar."Bagaimana mungkin perempuan secantik dia mendapat kehidupan seperti ini?" Ethan tidak mendengarkan pertanyaan Raka. Dia sedang larut membaca informasi tentang Emma."Begitulah hidup, Bos. Terkadang tidak adil bagi sebagian orang," ucap Raka berkata sok bijak."Apa yang harus aku lakukan untuk kamu, Cantik?" Ethan berbicara sendiri lagi sambil memandangi foto Emma yang sedang tersenyum menampilkan deretan giginya."Nikahin aja, Bos. Biar hidupnya jadi berubah jika bersama Bos." Raka memberikan saran
Emma mengikuti Ethan ke kompleks gedung apartemen yang terdapat di Gianyar. Ethan telah mempersiapkan tempat tinggal untuk Emma, sebuah apartemen sederhana yang bersih dan nyaman. Ethan tidak akan memberikan hal yang berlebihan karena Emma belum menjadi miliknya. Suatu saat, jika Emma sudah menjadi miliknya, Ethan akan memberikan apa pun untuk Emma."Maaf kalau apartemennya seperti ini," ucap Ethan berpura-pura merasa tidak enak hati."Tidak apa, Tuan. Terima kasih sudah membantu saya," ucap Emma pada Ethan."Kalau ada apa-apa hubungi aku segera. Ini kartu namaku." Ethan memberikan kartu namanya pada Emma."Kalau boleh, aku minta nomor telepon Kak Raka aja. Aku kenal sama Kak Ardian," ujar Emma sambil berharap."Tidak, kamu langsung hubungi aku aja. Raka, kamu keluar." Ethan memerintahkan Raka untuk keluar apartemen Emma terlebih dahulu. Dia tidak ingin Emma lebih memilih Raka daripada dirinya."Baiklah, aku akan menghubungi kamu karena kamu yang telah membantu aku." Emma akhirnya men
Setelah Emma dan Ethan menandatangani surat perjanjian kontrak hubungan, Emma memilih tetap tinggal di apartemen Gianyar karena dia masih berkuliah. Ethan menyetujuinya dengan syarat. Setiap libur kuliah, Emma harus menginap di rumah Ethan di Denpasar. Emma menyetujui syarat itu hanya untuk membuat Ethan senang. Dia masih belum bisa mencerna, apa yang sedang terjadi pada dirinya."Apa kamu membutuhkan sesuatu, Sayang?" Ethan berbicara dengan lembut pada Emma. Saat ini Ethan sedang berada di apartemen milik Emma."Tidak, Kak, terima kasih. Sepertinya aku harus mencoba mencerna lagi apa yang terjadi padaku." Emma berkata sambil menatap wajah Ethan di sampingnya."Apa yang harus dicerna, Sayang? Bersiaplah, karena besok adalah pesta untuk mengenalkan kamu pada dunia." Ethan menggenggam erat tangan Emma. Ethan lalu mencium punggung tangan Emma dengan lembut."Apa tidak terlalu cepat, Kak? Aku sangat gugup," ucap Emma dengan sedikit rasa khawatir."Aku ingin secepatnya, Sayang. Aku tidak m
Emma tersadar dan dia merasakan sedang berada di dalam mobil. Matanya ditutup dengan kain sehingga dia tidak bisa melihat di mana dia akan dibawa. Emma mencoba menggerakkan tangannya yang diikat ke belakang tubuhnya. Di dalam hati Emma berdoa supaya tidak terjadi apa pun pada dirinya."Jangan sampai ada yang melihat kita," ucap salah seorang yang sedang membawa Emma."Tolong lepaskan saya. Saya tidak tahu kalian siapa, tapi jika kalian ingin uang, saya bisa memberikannya pada kalian." Emma mencoba menawarkan sebuah tawaran menarik pada orang-orang yang membawanya."Kita tidak butuh uang, Anda." Seorang dengan suara berat menjawab tawaran Emma."Kalau begitu lepaskan saja saya. Saya tidak akan menuntut kalian." Emma terus berusaha. Orang-orang di dalam mobil itu hanya tertawa mengejek.Sementara itu di tempat lain, Ethan sedang mencari keberadaan Emma dengan wajah kalut. Ethan tidak menyangka jika Emma pergi tanpa berpamitan karena ucapan dari Pricilia. Ethan menanyakan keberadaan Emma
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, tetapi Emma belum juga ditemukan. Ethan sudah mengerahkan semua yang dia miliki dan juga meminta bantuan polisi. Ethan menyisir semua tempat di Pulau Bali, tetapi Emma masih belum ditemukan. Pricilia yang sempat menghilang, telah ditemukan dan dia mengaku telah diculik bersama Emma. Namun, dia tidak tahu keberadaan Emma."Bagaimana hasil hari ini, Raka? Apa Pricilia sudah mengatakan apa yang terjadi?" Ethan bertanya dengan nada dingin.Ethan terkenal sebagai orang yang dingin dan kejam untuk orang yang bersalah padanya. Setelah Emma menghilang, Ethan semakin dingin dan terlihat menyeramkan. Sebelumnya, saat Emma datang ke kehidupannya, Ethan berubah menjadi orang yang lebih hangat. Sekarang Ethan kembali menjadi pribadi yang dingin dan semakin tertutup."Belum ada perkembangan apa pun, Bos. Emma seakan menghilang ditelan bumi. Pricil juga belum bicara apa pun. Dia tetap berkata jika dia tidak tahu keberadaan Emma." Raka menjelaskan situasi saat in
Setelah mengalami kecelakaan dan pergi ke hutan dengan luka di sekujur tubuhnya, akhirnya Ethan tak sadarkan diri dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh sopir taksi yang membawanya. Raka segera menuju ke rumah sakit, setelah dia mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Raka berterima kasih pada sang sopir taksi dan memberinya sejumlah uang sebagai imbalan telah menjaga Ethan.Raka melihat Ethan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan merasa kasihan dengannya. Raka baru pernah melihat Ethan dalam keadaan seperti itu. Dia tahu Emma sangat berharga untuk Ethan, meskipun awal dari semuanya tidak baik. Raka berharap, Emma bisa cepat ditemukan dan Ethan akan kembali ceria.Di saat Ethan berada di rumah sakit karena kecelakaan, Emma juga dibawa ke rumah sakit oleh sekelompok orang yang menemukannya di hutan. Emma tidak sadarkan diri setelah ditemukan oleh Max dan teman-temannya. Max membawa Emma dan mengakuinya sebagai keluarganya. Dengan begitu, Emma bisa cepat ditangani oleh pihak ru
Ethan telah mengerahkan semua tim pencari dan polisi ke hutan di pinggiran kota. Hutan tersebut begitu sulit dijangkau karena pepohonannya yang lebat dan belum banyak jalan untuk masuk ke dalamnya. Ethan dengan cekatan terus masuk menelusuri dalamnya hutan yang diberitahukan oleh Pricilia. Dia sendiri juga memiliki firasat jika Emma ada di sana. Ethan terus mencari segala jejak di hutan tersebut."Apa Pricilia benar-benar menunjuk hutan ini, Bos?" tanya Raka sedikit ragu karena melihat keadaan hutan yang begitu rimbun pepohonan."Terlepas dari perkataan Pricilia, aku juga memiliki firasat tentang hutan ini, Raka." Ethan berbicara dengan mantap."Semoga saja kita akan menemukan titik terang dan kita segera menemukan Emma, Bos." Raka berharap denga tulus.Ethan dan Raka menelusuri hutan dengan mengerahkan semua anak buahnya. Ethan mencoba mencari di segala penjuru hutan tanpa meninggalkan sudut-sudut hutan. Seseorang dari anak buah Ethan menemukan penutup mata dan bekas ikatan tergeleta
Sudah satu minggu berlalu lagi semenjak Emma menghilang. Emma yang dirawat di rumah sakit telah kembali pulih dan memilih untuk ikut bersama Max, orang yang menyelamatkannya. Emma mengikuti Max karena dia masih kesal dengan Ethan dan ingin mencari bukti tentang kejahatan Pricilia. Emma mencoba merubah penampilannya lebih dewasa dari sebelumnya yang masih anak kuliahan.Max sendiri merasa sangat senang saat Emma menyetujui ikut bersama dirinya dan memutuskan untuk tinggal di sisinya sampai dia kembali ke tempatnya nanti. Emma tidak menceritakan asal usulnya dan bagaimana dia bisa sampai di hutan saat Max menemukannya. Emma hanya mencoba untuk mengikuti Max dan menjalankan rencananya nanti. Emma akan sedikit menghukum Ethan karena telah membohonginya dengan melakukan perjanjian kontrak bersama sang ayah untuk mendapatkan dirinya."Apa tidak ada yang mencari kamu?" tanya Max saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Max."Tidak ada, Max. Aku hanya hidup sendiri sekarang." Emma men
Emma tidak mengerti kenapa dia memimpikan Ethan dan dia menangis tanpa sadar. Emma juga meneriakkan namanya dan terbangun dari tidurnya. Emma tidak ingin memikirkan Ethan yang sudah membohonginya. Awalnya Emma tidak menginginkan Ethan, tetapi karena usaha Ethan, akhirnya Emma menerima permintaan Ethan untuk menjadi kekasihnya dengan satu perjanjian kontrak."Aku tidak apa-apa, Max. Hanya sedikit bermimpi buruk," ucap Emma di hadapan Max yang terlihat khawatir."Apa karena kamu baru saja keluar dari bahaya? Apa kita perlu menemui dokter untuk keadaan kamu saat ini?" Max sangat cemas dengan apa yang terjadi pada Emma."Tidak perlu Max, aku hanya bermimpi. Aku baik-baik aja," ujar Emma, menampilkan senyumannya untuk membuat Max tenang."Baiklah, kalau ada apa-apa segera katakan padaku." Max sangat berharap Emma akan melupakan semua masa lalunya. Max tahu jika seorang Ethan di belakang kehidupan Emma, tidak ada yang mudah dari kehidupan Emma.Max membiarkan Emma untuk kembali masuk ke kama
Max telah mengumpulkan ketiga temannya yang ikut dalam perjalanan menyusuri hutan dan menemukan Emma di sana. Ada Jessica, Fania dan Bobby yang mengetahui keberadaan Emma saat ini. Max meminta ketiga temannya itu untuk tidak membocorkan kepada siapa pun tentang di mana Emma berada. Salah satu dari teman Max tidak menyetujui keinginan Max itu. Fania melihat semua televisi memberitakan Emma yang sedang dicari oleh keluarganya. Bagaimana bisa Max meminta mereka menyembunyikan Emma?"Maaf, itu karena aku sendiri yang memintanya," ucap Emma keluar dari kamar setelah menunggu di dalam dan hanya mendengarkan."Kenapa kamu keluar? Biar aku aja yang urus," ucap Max dengan lembut. Ketiga temannya sedikit terkejut dengan sikap lembut Max."Aku mau teman kamu tahu kalau itu keputusan yang aku ambil. Jadi tolong jangan bocorkan keberadaanku saat ini. Aku hanya ingin menempatkan lagi semuanya." Emma berkata dengan sedikit memohon."Kalian dengar sendiri, 'kan? Karin yang minta sama aku untuk menyem
Sudah satu minggu berlalu lagi semenjak Emma menghilang. Emma yang dirawat di rumah sakit telah kembali pulih dan memilih untuk ikut bersama Max, orang yang menyelamatkannya. Emma mengikuti Max karena dia masih kesal dengan Ethan dan ingin mencari bukti tentang kejahatan Pricilia. Emma mencoba merubah penampilannya lebih dewasa dari sebelumnya yang masih anak kuliahan.Max sendiri merasa sangat senang saat Emma menyetujui ikut bersama dirinya dan memutuskan untuk tinggal di sisinya sampai dia kembali ke tempatnya nanti. Emma tidak menceritakan asal usulnya dan bagaimana dia bisa sampai di hutan saat Max menemukannya. Emma hanya mencoba untuk mengikuti Max dan menjalankan rencananya nanti. Emma akan sedikit menghukum Ethan karena telah membohonginya dengan melakukan perjanjian kontrak bersama sang ayah untuk mendapatkan dirinya."Apa tidak ada yang mencari kamu?" tanya Max saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Max."Tidak ada, Max. Aku hanya hidup sendiri sekarang." Emma men
Ethan telah mengerahkan semua tim pencari dan polisi ke hutan di pinggiran kota. Hutan tersebut begitu sulit dijangkau karena pepohonannya yang lebat dan belum banyak jalan untuk masuk ke dalamnya. Ethan dengan cekatan terus masuk menelusuri dalamnya hutan yang diberitahukan oleh Pricilia. Dia sendiri juga memiliki firasat jika Emma ada di sana. Ethan terus mencari segala jejak di hutan tersebut."Apa Pricilia benar-benar menunjuk hutan ini, Bos?" tanya Raka sedikit ragu karena melihat keadaan hutan yang begitu rimbun pepohonan."Terlepas dari perkataan Pricilia, aku juga memiliki firasat tentang hutan ini, Raka." Ethan berbicara dengan mantap."Semoga saja kita akan menemukan titik terang dan kita segera menemukan Emma, Bos." Raka berharap denga tulus.Ethan dan Raka menelusuri hutan dengan mengerahkan semua anak buahnya. Ethan mencoba mencari di segala penjuru hutan tanpa meninggalkan sudut-sudut hutan. Seseorang dari anak buah Ethan menemukan penutup mata dan bekas ikatan tergeleta
Setelah mengalami kecelakaan dan pergi ke hutan dengan luka di sekujur tubuhnya, akhirnya Ethan tak sadarkan diri dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh sopir taksi yang membawanya. Raka segera menuju ke rumah sakit, setelah dia mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Raka berterima kasih pada sang sopir taksi dan memberinya sejumlah uang sebagai imbalan telah menjaga Ethan.Raka melihat Ethan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan merasa kasihan dengannya. Raka baru pernah melihat Ethan dalam keadaan seperti itu. Dia tahu Emma sangat berharga untuk Ethan, meskipun awal dari semuanya tidak baik. Raka berharap, Emma bisa cepat ditemukan dan Ethan akan kembali ceria.Di saat Ethan berada di rumah sakit karena kecelakaan, Emma juga dibawa ke rumah sakit oleh sekelompok orang yang menemukannya di hutan. Emma tidak sadarkan diri setelah ditemukan oleh Max dan teman-temannya. Max membawa Emma dan mengakuinya sebagai keluarganya. Dengan begitu, Emma bisa cepat ditangani oleh pihak ru
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, tetapi Emma belum juga ditemukan. Ethan sudah mengerahkan semua yang dia miliki dan juga meminta bantuan polisi. Ethan menyisir semua tempat di Pulau Bali, tetapi Emma masih belum ditemukan. Pricilia yang sempat menghilang, telah ditemukan dan dia mengaku telah diculik bersama Emma. Namun, dia tidak tahu keberadaan Emma."Bagaimana hasil hari ini, Raka? Apa Pricilia sudah mengatakan apa yang terjadi?" Ethan bertanya dengan nada dingin.Ethan terkenal sebagai orang yang dingin dan kejam untuk orang yang bersalah padanya. Setelah Emma menghilang, Ethan semakin dingin dan terlihat menyeramkan. Sebelumnya, saat Emma datang ke kehidupannya, Ethan berubah menjadi orang yang lebih hangat. Sekarang Ethan kembali menjadi pribadi yang dingin dan semakin tertutup."Belum ada perkembangan apa pun, Bos. Emma seakan menghilang ditelan bumi. Pricil juga belum bicara apa pun. Dia tetap berkata jika dia tidak tahu keberadaan Emma." Raka menjelaskan situasi saat in
Emma tersadar dan dia merasakan sedang berada di dalam mobil. Matanya ditutup dengan kain sehingga dia tidak bisa melihat di mana dia akan dibawa. Emma mencoba menggerakkan tangannya yang diikat ke belakang tubuhnya. Di dalam hati Emma berdoa supaya tidak terjadi apa pun pada dirinya."Jangan sampai ada yang melihat kita," ucap salah seorang yang sedang membawa Emma."Tolong lepaskan saya. Saya tidak tahu kalian siapa, tapi jika kalian ingin uang, saya bisa memberikannya pada kalian." Emma mencoba menawarkan sebuah tawaran menarik pada orang-orang yang membawanya."Kita tidak butuh uang, Anda." Seorang dengan suara berat menjawab tawaran Emma."Kalau begitu lepaskan saja saya. Saya tidak akan menuntut kalian." Emma terus berusaha. Orang-orang di dalam mobil itu hanya tertawa mengejek.Sementara itu di tempat lain, Ethan sedang mencari keberadaan Emma dengan wajah kalut. Ethan tidak menyangka jika Emma pergi tanpa berpamitan karena ucapan dari Pricilia. Ethan menanyakan keberadaan Emma
Setelah Emma dan Ethan menandatangani surat perjanjian kontrak hubungan, Emma memilih tetap tinggal di apartemen Gianyar karena dia masih berkuliah. Ethan menyetujuinya dengan syarat. Setiap libur kuliah, Emma harus menginap di rumah Ethan di Denpasar. Emma menyetujui syarat itu hanya untuk membuat Ethan senang. Dia masih belum bisa mencerna, apa yang sedang terjadi pada dirinya."Apa kamu membutuhkan sesuatu, Sayang?" Ethan berbicara dengan lembut pada Emma. Saat ini Ethan sedang berada di apartemen milik Emma."Tidak, Kak, terima kasih. Sepertinya aku harus mencoba mencerna lagi apa yang terjadi padaku." Emma berkata sambil menatap wajah Ethan di sampingnya."Apa yang harus dicerna, Sayang? Bersiaplah, karena besok adalah pesta untuk mengenalkan kamu pada dunia." Ethan menggenggam erat tangan Emma. Ethan lalu mencium punggung tangan Emma dengan lembut."Apa tidak terlalu cepat, Kak? Aku sangat gugup," ucap Emma dengan sedikit rasa khawatir."Aku ingin secepatnya, Sayang. Aku tidak m
Emma mengikuti Ethan ke kompleks gedung apartemen yang terdapat di Gianyar. Ethan telah mempersiapkan tempat tinggal untuk Emma, sebuah apartemen sederhana yang bersih dan nyaman. Ethan tidak akan memberikan hal yang berlebihan karena Emma belum menjadi miliknya. Suatu saat, jika Emma sudah menjadi miliknya, Ethan akan memberikan apa pun untuk Emma."Maaf kalau apartemennya seperti ini," ucap Ethan berpura-pura merasa tidak enak hati."Tidak apa, Tuan. Terima kasih sudah membantu saya," ucap Emma pada Ethan."Kalau ada apa-apa hubungi aku segera. Ini kartu namaku." Ethan memberikan kartu namanya pada Emma."Kalau boleh, aku minta nomor telepon Kak Raka aja. Aku kenal sama Kak Ardian," ujar Emma sambil berharap."Tidak, kamu langsung hubungi aku aja. Raka, kamu keluar." Ethan memerintahkan Raka untuk keluar apartemen Emma terlebih dahulu. Dia tidak ingin Emma lebih memilih Raka daripada dirinya."Baiklah, aku akan menghubungi kamu karena kamu yang telah membantu aku." Emma akhirnya men