Ethan telah mendapatkan informasi tentang Emma sampai yang terdalam dan tak terlihat. Raka mengerahkan semua kemampuannya untuk menggali informasi itu. Raka memberikan hasilnya pada Ethan beserta beberapa foto Emma dari mulai kecil sampai yang terbaru. Raka yang awalnya tidak begitu jelas dengan perintah Ethan, akhirnya tahu siapa Emma yang dimaksud oleh bosnya itu.
"Bagaimana, Bos? Apa ada yang kurang?" tanya Raka dengan tersenyum bangga karena bisa menyelesaikan perintah sang bos besar.
"Bagaimana mungkin perempuan secantik dia mendapat kehidupan seperti ini?" Ethan tidak mendengarkan pertanyaan Raka. Dia sedang larut membaca informasi tentang Emma.
"Begitulah hidup, Bos. Terkadang tidak adil bagi sebagian orang," ucap Raka berkata sok bijak.
"Apa yang harus aku lakukan untuk kamu, Cantik?" Ethan berbicara sendiri lagi sambil memandangi foto Emma yang sedang tersenyum menampilkan deretan giginya.
"Nikahin aja, Bos. Biar hidupnya jadi berubah jika bersama Bos." Raka memberikan saran yang kemudian disesalinya. Ethan bukan termasuk pria yang menyukai ikatan karena selama ini tidak ada wanita di samping Ethan yang bertahan lama.
"Ayo kita ke rumah Emma," ajak Ethan dan langsung beranjak dari kursi kebesarannya.
"Kita ada rapat satu jam lagi, Bos," ucap Raka yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada bosnya.
"Kita akan kembali tepat waktu," ucap Ethan sambil keluar menenteng jasnya dan berpamitan pada Pricillia, sekretarisnya.
"Saya akan keluar sebentar dengan Raka. Tolong atur rapat nanti dan tunggu sampai saya tiba di kantor." Ethan segera menuju lift dan meninggalkan Pricillia yang menatapnya dengan intens.
"Jangan lupa materi rapat nanti," ucap Raka dengan suara lirih dan mengikuti Ethan di belakangnya.
Ethan dan Raka menuju alamat rumah yang tertera di file informasi tentang Emma. Ethan mengernyitkan alisnya saat melihat daerah tempat tinggal Emma yang jauh dari kemewahan. Tidak ada rumah yang besar seperti di lingkungan tempat tinggal Ethan. Raka menepikan mobil mewahnya di tepi jalan menuju ke rumah Emma.
"Dari sini kita jalan sebentar ke dalam gang itu, Bos." Raka menunjukkan jalan sempit untuk pejalan kaki yang hanya muat untuk satu orang. Rumah Emma melewati jalan seperti itu.
Ethan dan Raka sampai di rumah sederhana milik Emma. Raka mengetuk pintu yang terbuat dari kayu yang sudah sedikit rapuh itu. Seseorang membuka pintu dan terlihat seperti orang baru bangun tidur. Marshel, ayah Emma yang kerjaannya hanya menganggur di rumah dan mabuk-mabukkan. Marshel menatap Ethan dan Raka dengan penuh tanya.
"Siapa kalian? Mau apa datang ke sini? Kalau mau menagih hutang, tunggu Emma pulang nanti malam." Marshel hendak menutup lagi pintu rumahnya, tetapi ditahan oleh Raka.
"Bos saya ingin bicara dengan Anda, Tuan." Raka menarik pintu dengan sedikit keras agar terbuka lebar. Ethan masuk ke rumah yang ditinggali Emma dan melihat ke sekeliling isi rumah.
"Apa kamu bosnya, Emma? Kalau iya, tolong beri aku uang dan kamu bisa memotongnya dari gaji Emma." Marshel terdengar sangat tidak sopan dan membuat Ethan sedikit geram.
"Bagaimana bisa gadis secantik itu mempunyai ayah seperti kamu?" Ethan menatap tajam pada Marshel.
"Apa maksud kamu? Langsung saja ke intinya. Aku tidak punya banyak waktu." Marshel terpancing emosi mendengar kata-kata Ethan.
"Biarkan Emma menjadi milikku dan aku akan memberikan apa pun yang kamu minta. Kamu hanya harus merahasiakan kedatanganku ke sini dan perjanjian yang akan kamu tanda tangani." Ethan berbicara langsung seperti apa yang ingin diutarakannya.
"Perjanjian apa maksud kamu?" Marshel masih belum mengerti apa yang sedang dibicarakan Ethan.
Raka memberikan selembar kertas yang berisi perjanjian tentang apa yang harus dikerjakan oleh Marshel dan larangan untuk Marshel bertemu atau pun menghubungi Emma lagi. Ethan ingin Marshel memutuskan hubungan keluarganya dengan Emma. Ethan akan membayar berapa pun yang Marshel minta, jika Marshel setuju dengan perjanjian yang dibuat oleh Ethan.
"Bagaimana mungkin kamu memintaku untuk memutuskan hubungan ayah dan anak dengan Emma? Hanya Emma yang aku punya di dunia ini." Marshel masih mempertahankan Emma di sisinya.
"Emma tidak pantas menjadi anak kamu. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ayahnya, apalagi mendapatkan uang dari ayahnya sendiri. Emma bekerja keras menghidupi dirinya sendiri, sedangkan kamu hanya bisa mabuk-mabukan di rumah. Kamu juga suka memukuli Emma jika sedang dalam keadaan mabuk atau marah. Apa itu yang disebut sebagai ayah? Apa kamu mau aku jebloskan ke penjara saja?" Ethan sudah sangat geram mengetahui fakta pahit tentang gadis yanb disukainya.
"Jangan … jangan jebloskan aku ke penjara. Aku akan menandatangani ini dan berikan aku uang 1M. Aku akan membuat Emma pergi dari rumah ini dan kamu bisa mengambilnya." Marshel segera mengambil pulpen yang berada di tangan Raka dan menandatangani surat perjanjian itu.
"Jangan sampai Emma tahu tentang semua ini. Kalau sampai dia tahu, kamu akan tahu akibatnya." Ethan mengancam Marshel dengan tegas. "Jalankan rencana ini malam ini juga. Aku akan menunggu Emma di depan jalan."
Raka menyimpan surat perjanjian yang sudah ditandatangani oleh Marshel dan memberikan selembar cek senilai 1M untuk Marshel. Ethan tersenyum sinis saat melihat wajah senang Marshel karena telah mendapatkan uang sebanyak itu. Ethan dan Raka segera keluar dari rumah Emma, lalu kembali ke kantor.
Ethan mengikuti rapat di kantornya dengan tidak fokus. Dia terus memikirkan Emma dan tempat tinggalnya yang begitu jauh dari kata mewah. Ethan juga menyayangkan atas sikap ayah Emma yang begitu kejam pada anak satu-satunya. Apalagi Emma adalah seorang perempuan.
"Bos, bagaimana ini? Rapatnya udah selesai," bisik Raka di telinga Ethan.
"Semua laporan segera dilaporkan ke Raka atau Pricillia. Rapat selesai." Ethan segera keluar dari ruang rapat dan meninggalkan semua peserta rapat dalam keadaan bingung. Biasanya Ethan akan memberikan banyak pertanyaan dan keluhan untuk para petinggi di perusahaannya, tetapi kali ini dia hanya pergi begitu saja.
"Ada apa sama si Bos?" tanya Pricillia, sekretaris Ethan.
"Aku juga nggak tahu," jawab Raka sedikit cuek. Raka bisa menebak jika bos sekaligus sahabatnya itu sedang memikirkan Emma. Raka baru melihat Ethan menyukai perempuan sampai seperti itu.
***
Malam hari setelah Ethan selesai bekerja, dia dan Raka menunggu di depan jalan masuk rumah Emma. Ethan tidak tahu apakah Emma sudah diusir pergi oleh sang ayah atau belum. Ethan meminta Raka untuk melihat ke sekitar rumah Emma. Ethan menunggu dengan gelisah.
Ethan keluar dari mobilnya dan masuk ke jalan sempit ke rumah Emma. Ethan melihat Emma sedang didorong keluar dengan paksa oleh sang ayah. Ethan tidak mengharapkan hal itu terjadi. Dia hanya ingin Marshel mengusirnya tanpa ada kekerasan. Emma terlihat menangis dan memohon pada ayahnya untuk tidak mengusirnya dari rumah.
"Pergilah, kamu bisa cari rumah tinggal sendiri. Aku tidak mau melihat wajahmu lagi. Aku juga tidak bisa menampung kamu lagi di sini." Marshel mengatakan hal itu dengan begitu kejam.
"Pa, maafin Emma. Kalau memang Emma bersalah, Emma akan memperbaiki itu. Emma akan mencari uang untuk Papa juga. Jangan usir Emma, Pa." Suara tangisan Emma membuat hati Ethan merasa sesak.
"Sialan, pria itu sangat brengsek. Dia tidak pantas jadi seorang ayah," gumam Ethan dan beranjak menghampiri Emma, tetapi dicegat oleh Raka.
"Tunggu, Bos. Biarkan mereka selesaikan dulu urusan mereka." Raka menahan Ethan untuk ikut campur.
"Aku tidak meminta dia untuk berbuat seperti itu pada anaknya sendiri." Ethan menepis tangan Raka dan menghampiri Emma.
Marshel menciut melihat kedatangan Ethan. Marshel langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya. Emma memanggil ayahnya dan terus menangis. Ethan berjongkok di samping Emma yang terjatuh saat didorong keluar oleh sang ayah.
"Ayo ikut aku," ajak Ethan pada Emma yang masih bingung dengan apa yang dilakukan ayahnya.
"Siapa kamu?" tanya Emma mengusap air matanya dengan kasar. Dia tidak ingin terlihat lemah di hadapan orang lain. Apalagi orang itu tidak dikenalnya.
"Hai, Emma. Saya Raka kakaknya Ardian. Ini Ethan, bos saya." Raka memperkenalkan dirinya serta Ethan tanpa diminta.
"Mau apa kalian ke sini?" tanya Emma lagi dengan waspada.
"Aku ke sini mau jemput kamu. Ikut aku atau kamu akan jadi gelandangan." Ethan berbicara dengan nada dingin dan langsung ke intinya.
"Untuk apa aku ikut kamu? Aku tidak kenal dengan kamu." Emma beranjak dan membawa satu koper barang-barangnya, lalu berjalan menjauhi rumahnya dan meninggalkan Ethan.
"Mau ke mana kamu malam-malam begini?" teriak Ethan dan seketika Emma berhenti melangkah. Dia memang tidak punya tempat tujuan dan uangnya tidak akan cukup untuk menyewa hotel atau penginapan.
"Apa urusan kamu?" tanya Emma dengan sedikit berharap, orang di depannya ini bisa membantunya.
"Ikut aku dan kamu akan mendapatkan tempat tinggal yang layak." Ethan mengatakannya dengan lebih lembut.
Emma berpikir sejenak untuk memutuskan apakah dia akan mengikuti orang yang baru dikenalnya atau dia memilih menolak bantuan dari Ethan dan menjadi gelandangan di jalan. Emma melihat ke arah Ethan dan Raka bergantian. Emma tahu jika Ardian memiliki seorang kakak, tetapi Emma baru melihatnya sekarang. Ethan menunggu keputusan Emma dengan gelisah.
"Aku janji tidak akan merugikan kamu," ucap Ethan dengan wajah serius.
"Baiklah, aku akan ikut dengan kamu. Aku harap keputusanku tidak salah." Emma akhirnya memutuskan untuk mengikuti Ethan.
Emma mengikuti Ethan ke kompleks gedung apartemen yang terdapat di Gianyar. Ethan telah mempersiapkan tempat tinggal untuk Emma, sebuah apartemen sederhana yang bersih dan nyaman. Ethan tidak akan memberikan hal yang berlebihan karena Emma belum menjadi miliknya. Suatu saat, jika Emma sudah menjadi miliknya, Ethan akan memberikan apa pun untuk Emma."Maaf kalau apartemennya seperti ini," ucap Ethan berpura-pura merasa tidak enak hati."Tidak apa, Tuan. Terima kasih sudah membantu saya," ucap Emma pada Ethan."Kalau ada apa-apa hubungi aku segera. Ini kartu namaku." Ethan memberikan kartu namanya pada Emma."Kalau boleh, aku minta nomor telepon Kak Raka aja. Aku kenal sama Kak Ardian," ujar Emma sambil berharap."Tidak, kamu langsung hubungi aku aja. Raka, kamu keluar." Ethan memerintahkan Raka untuk keluar apartemen Emma terlebih dahulu. Dia tidak ingin Emma lebih memilih Raka daripada dirinya."Baiklah, aku akan menghubungi kamu karena kamu yang telah membantu aku." Emma akhirnya men
Setelah Emma dan Ethan menandatangani surat perjanjian kontrak hubungan, Emma memilih tetap tinggal di apartemen Gianyar karena dia masih berkuliah. Ethan menyetujuinya dengan syarat. Setiap libur kuliah, Emma harus menginap di rumah Ethan di Denpasar. Emma menyetujui syarat itu hanya untuk membuat Ethan senang. Dia masih belum bisa mencerna, apa yang sedang terjadi pada dirinya."Apa kamu membutuhkan sesuatu, Sayang?" Ethan berbicara dengan lembut pada Emma. Saat ini Ethan sedang berada di apartemen milik Emma."Tidak, Kak, terima kasih. Sepertinya aku harus mencoba mencerna lagi apa yang terjadi padaku." Emma berkata sambil menatap wajah Ethan di sampingnya."Apa yang harus dicerna, Sayang? Bersiaplah, karena besok adalah pesta untuk mengenalkan kamu pada dunia." Ethan menggenggam erat tangan Emma. Ethan lalu mencium punggung tangan Emma dengan lembut."Apa tidak terlalu cepat, Kak? Aku sangat gugup," ucap Emma dengan sedikit rasa khawatir."Aku ingin secepatnya, Sayang. Aku tidak m
Emma tersadar dan dia merasakan sedang berada di dalam mobil. Matanya ditutup dengan kain sehingga dia tidak bisa melihat di mana dia akan dibawa. Emma mencoba menggerakkan tangannya yang diikat ke belakang tubuhnya. Di dalam hati Emma berdoa supaya tidak terjadi apa pun pada dirinya."Jangan sampai ada yang melihat kita," ucap salah seorang yang sedang membawa Emma."Tolong lepaskan saya. Saya tidak tahu kalian siapa, tapi jika kalian ingin uang, saya bisa memberikannya pada kalian." Emma mencoba menawarkan sebuah tawaran menarik pada orang-orang yang membawanya."Kita tidak butuh uang, Anda." Seorang dengan suara berat menjawab tawaran Emma."Kalau begitu lepaskan saja saya. Saya tidak akan menuntut kalian." Emma terus berusaha. Orang-orang di dalam mobil itu hanya tertawa mengejek.Sementara itu di tempat lain, Ethan sedang mencari keberadaan Emma dengan wajah kalut. Ethan tidak menyangka jika Emma pergi tanpa berpamitan karena ucapan dari Pricilia. Ethan menanyakan keberadaan Emma
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, tetapi Emma belum juga ditemukan. Ethan sudah mengerahkan semua yang dia miliki dan juga meminta bantuan polisi. Ethan menyisir semua tempat di Pulau Bali, tetapi Emma masih belum ditemukan. Pricilia yang sempat menghilang, telah ditemukan dan dia mengaku telah diculik bersama Emma. Namun, dia tidak tahu keberadaan Emma."Bagaimana hasil hari ini, Raka? Apa Pricilia sudah mengatakan apa yang terjadi?" Ethan bertanya dengan nada dingin.Ethan terkenal sebagai orang yang dingin dan kejam untuk orang yang bersalah padanya. Setelah Emma menghilang, Ethan semakin dingin dan terlihat menyeramkan. Sebelumnya, saat Emma datang ke kehidupannya, Ethan berubah menjadi orang yang lebih hangat. Sekarang Ethan kembali menjadi pribadi yang dingin dan semakin tertutup."Belum ada perkembangan apa pun, Bos. Emma seakan menghilang ditelan bumi. Pricil juga belum bicara apa pun. Dia tetap berkata jika dia tidak tahu keberadaan Emma." Raka menjelaskan situasi saat in
Setelah mengalami kecelakaan dan pergi ke hutan dengan luka di sekujur tubuhnya, akhirnya Ethan tak sadarkan diri dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh sopir taksi yang membawanya. Raka segera menuju ke rumah sakit, setelah dia mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Raka berterima kasih pada sang sopir taksi dan memberinya sejumlah uang sebagai imbalan telah menjaga Ethan.Raka melihat Ethan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan merasa kasihan dengannya. Raka baru pernah melihat Ethan dalam keadaan seperti itu. Dia tahu Emma sangat berharga untuk Ethan, meskipun awal dari semuanya tidak baik. Raka berharap, Emma bisa cepat ditemukan dan Ethan akan kembali ceria.Di saat Ethan berada di rumah sakit karena kecelakaan, Emma juga dibawa ke rumah sakit oleh sekelompok orang yang menemukannya di hutan. Emma tidak sadarkan diri setelah ditemukan oleh Max dan teman-temannya. Max membawa Emma dan mengakuinya sebagai keluarganya. Dengan begitu, Emma bisa cepat ditangani oleh pihak ru
Ethan telah mengerahkan semua tim pencari dan polisi ke hutan di pinggiran kota. Hutan tersebut begitu sulit dijangkau karena pepohonannya yang lebat dan belum banyak jalan untuk masuk ke dalamnya. Ethan dengan cekatan terus masuk menelusuri dalamnya hutan yang diberitahukan oleh Pricilia. Dia sendiri juga memiliki firasat jika Emma ada di sana. Ethan terus mencari segala jejak di hutan tersebut."Apa Pricilia benar-benar menunjuk hutan ini, Bos?" tanya Raka sedikit ragu karena melihat keadaan hutan yang begitu rimbun pepohonan."Terlepas dari perkataan Pricilia, aku juga memiliki firasat tentang hutan ini, Raka." Ethan berbicara dengan mantap."Semoga saja kita akan menemukan titik terang dan kita segera menemukan Emma, Bos." Raka berharap denga tulus.Ethan dan Raka menelusuri hutan dengan mengerahkan semua anak buahnya. Ethan mencoba mencari di segala penjuru hutan tanpa meninggalkan sudut-sudut hutan. Seseorang dari anak buah Ethan menemukan penutup mata dan bekas ikatan tergeleta
Sudah satu minggu berlalu lagi semenjak Emma menghilang. Emma yang dirawat di rumah sakit telah kembali pulih dan memilih untuk ikut bersama Max, orang yang menyelamatkannya. Emma mengikuti Max karena dia masih kesal dengan Ethan dan ingin mencari bukti tentang kejahatan Pricilia. Emma mencoba merubah penampilannya lebih dewasa dari sebelumnya yang masih anak kuliahan.Max sendiri merasa sangat senang saat Emma menyetujui ikut bersama dirinya dan memutuskan untuk tinggal di sisinya sampai dia kembali ke tempatnya nanti. Emma tidak menceritakan asal usulnya dan bagaimana dia bisa sampai di hutan saat Max menemukannya. Emma hanya mencoba untuk mengikuti Max dan menjalankan rencananya nanti. Emma akan sedikit menghukum Ethan karena telah membohonginya dengan melakukan perjanjian kontrak bersama sang ayah untuk mendapatkan dirinya."Apa tidak ada yang mencari kamu?" tanya Max saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Max."Tidak ada, Max. Aku hanya hidup sendiri sekarang." Emma men
Max telah mengumpulkan ketiga temannya yang ikut dalam perjalanan menyusuri hutan dan menemukan Emma di sana. Ada Jessica, Fania dan Bobby yang mengetahui keberadaan Emma saat ini. Max meminta ketiga temannya itu untuk tidak membocorkan kepada siapa pun tentang di mana Emma berada. Salah satu dari teman Max tidak menyetujui keinginan Max itu. Fania melihat semua televisi memberitakan Emma yang sedang dicari oleh keluarganya. Bagaimana bisa Max meminta mereka menyembunyikan Emma?"Maaf, itu karena aku sendiri yang memintanya," ucap Emma keluar dari kamar setelah menunggu di dalam dan hanya mendengarkan."Kenapa kamu keluar? Biar aku aja yang urus," ucap Max dengan lembut. Ketiga temannya sedikit terkejut dengan sikap lembut Max."Aku mau teman kamu tahu kalau itu keputusan yang aku ambil. Jadi tolong jangan bocorkan keberadaanku saat ini. Aku hanya ingin menempatkan lagi semuanya." Emma berkata dengan sedikit memohon."Kalian dengar sendiri, 'kan? Karin yang minta sama aku untuk menyem
Emma tidak mengerti kenapa dia memimpikan Ethan dan dia menangis tanpa sadar. Emma juga meneriakkan namanya dan terbangun dari tidurnya. Emma tidak ingin memikirkan Ethan yang sudah membohonginya. Awalnya Emma tidak menginginkan Ethan, tetapi karena usaha Ethan, akhirnya Emma menerima permintaan Ethan untuk menjadi kekasihnya dengan satu perjanjian kontrak."Aku tidak apa-apa, Max. Hanya sedikit bermimpi buruk," ucap Emma di hadapan Max yang terlihat khawatir."Apa karena kamu baru saja keluar dari bahaya? Apa kita perlu menemui dokter untuk keadaan kamu saat ini?" Max sangat cemas dengan apa yang terjadi pada Emma."Tidak perlu Max, aku hanya bermimpi. Aku baik-baik aja," ujar Emma, menampilkan senyumannya untuk membuat Max tenang."Baiklah, kalau ada apa-apa segera katakan padaku." Max sangat berharap Emma akan melupakan semua masa lalunya. Max tahu jika seorang Ethan di belakang kehidupan Emma, tidak ada yang mudah dari kehidupan Emma.Max membiarkan Emma untuk kembali masuk ke kama
Max telah mengumpulkan ketiga temannya yang ikut dalam perjalanan menyusuri hutan dan menemukan Emma di sana. Ada Jessica, Fania dan Bobby yang mengetahui keberadaan Emma saat ini. Max meminta ketiga temannya itu untuk tidak membocorkan kepada siapa pun tentang di mana Emma berada. Salah satu dari teman Max tidak menyetujui keinginan Max itu. Fania melihat semua televisi memberitakan Emma yang sedang dicari oleh keluarganya. Bagaimana bisa Max meminta mereka menyembunyikan Emma?"Maaf, itu karena aku sendiri yang memintanya," ucap Emma keluar dari kamar setelah menunggu di dalam dan hanya mendengarkan."Kenapa kamu keluar? Biar aku aja yang urus," ucap Max dengan lembut. Ketiga temannya sedikit terkejut dengan sikap lembut Max."Aku mau teman kamu tahu kalau itu keputusan yang aku ambil. Jadi tolong jangan bocorkan keberadaanku saat ini. Aku hanya ingin menempatkan lagi semuanya." Emma berkata dengan sedikit memohon."Kalian dengar sendiri, 'kan? Karin yang minta sama aku untuk menyem
Sudah satu minggu berlalu lagi semenjak Emma menghilang. Emma yang dirawat di rumah sakit telah kembali pulih dan memilih untuk ikut bersama Max, orang yang menyelamatkannya. Emma mengikuti Max karena dia masih kesal dengan Ethan dan ingin mencari bukti tentang kejahatan Pricilia. Emma mencoba merubah penampilannya lebih dewasa dari sebelumnya yang masih anak kuliahan.Max sendiri merasa sangat senang saat Emma menyetujui ikut bersama dirinya dan memutuskan untuk tinggal di sisinya sampai dia kembali ke tempatnya nanti. Emma tidak menceritakan asal usulnya dan bagaimana dia bisa sampai di hutan saat Max menemukannya. Emma hanya mencoba untuk mengikuti Max dan menjalankan rencananya nanti. Emma akan sedikit menghukum Ethan karena telah membohonginya dengan melakukan perjanjian kontrak bersama sang ayah untuk mendapatkan dirinya."Apa tidak ada yang mencari kamu?" tanya Max saat mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah Max."Tidak ada, Max. Aku hanya hidup sendiri sekarang." Emma men
Ethan telah mengerahkan semua tim pencari dan polisi ke hutan di pinggiran kota. Hutan tersebut begitu sulit dijangkau karena pepohonannya yang lebat dan belum banyak jalan untuk masuk ke dalamnya. Ethan dengan cekatan terus masuk menelusuri dalamnya hutan yang diberitahukan oleh Pricilia. Dia sendiri juga memiliki firasat jika Emma ada di sana. Ethan terus mencari segala jejak di hutan tersebut."Apa Pricilia benar-benar menunjuk hutan ini, Bos?" tanya Raka sedikit ragu karena melihat keadaan hutan yang begitu rimbun pepohonan."Terlepas dari perkataan Pricilia, aku juga memiliki firasat tentang hutan ini, Raka." Ethan berbicara dengan mantap."Semoga saja kita akan menemukan titik terang dan kita segera menemukan Emma, Bos." Raka berharap denga tulus.Ethan dan Raka menelusuri hutan dengan mengerahkan semua anak buahnya. Ethan mencoba mencari di segala penjuru hutan tanpa meninggalkan sudut-sudut hutan. Seseorang dari anak buah Ethan menemukan penutup mata dan bekas ikatan tergeleta
Setelah mengalami kecelakaan dan pergi ke hutan dengan luka di sekujur tubuhnya, akhirnya Ethan tak sadarkan diri dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh sopir taksi yang membawanya. Raka segera menuju ke rumah sakit, setelah dia mendapat telepon dari pihak rumah sakit. Raka berterima kasih pada sang sopir taksi dan memberinya sejumlah uang sebagai imbalan telah menjaga Ethan.Raka melihat Ethan terbaring di atas ranjang rumah sakit dan merasa kasihan dengannya. Raka baru pernah melihat Ethan dalam keadaan seperti itu. Dia tahu Emma sangat berharga untuk Ethan, meskipun awal dari semuanya tidak baik. Raka berharap, Emma bisa cepat ditemukan dan Ethan akan kembali ceria.Di saat Ethan berada di rumah sakit karena kecelakaan, Emma juga dibawa ke rumah sakit oleh sekelompok orang yang menemukannya di hutan. Emma tidak sadarkan diri setelah ditemukan oleh Max dan teman-temannya. Max membawa Emma dan mengakuinya sebagai keluarganya. Dengan begitu, Emma bisa cepat ditangani oleh pihak ru
Sudah lebih dari satu minggu berlalu, tetapi Emma belum juga ditemukan. Ethan sudah mengerahkan semua yang dia miliki dan juga meminta bantuan polisi. Ethan menyisir semua tempat di Pulau Bali, tetapi Emma masih belum ditemukan. Pricilia yang sempat menghilang, telah ditemukan dan dia mengaku telah diculik bersama Emma. Namun, dia tidak tahu keberadaan Emma."Bagaimana hasil hari ini, Raka? Apa Pricilia sudah mengatakan apa yang terjadi?" Ethan bertanya dengan nada dingin.Ethan terkenal sebagai orang yang dingin dan kejam untuk orang yang bersalah padanya. Setelah Emma menghilang, Ethan semakin dingin dan terlihat menyeramkan. Sebelumnya, saat Emma datang ke kehidupannya, Ethan berubah menjadi orang yang lebih hangat. Sekarang Ethan kembali menjadi pribadi yang dingin dan semakin tertutup."Belum ada perkembangan apa pun, Bos. Emma seakan menghilang ditelan bumi. Pricil juga belum bicara apa pun. Dia tetap berkata jika dia tidak tahu keberadaan Emma." Raka menjelaskan situasi saat in
Emma tersadar dan dia merasakan sedang berada di dalam mobil. Matanya ditutup dengan kain sehingga dia tidak bisa melihat di mana dia akan dibawa. Emma mencoba menggerakkan tangannya yang diikat ke belakang tubuhnya. Di dalam hati Emma berdoa supaya tidak terjadi apa pun pada dirinya."Jangan sampai ada yang melihat kita," ucap salah seorang yang sedang membawa Emma."Tolong lepaskan saya. Saya tidak tahu kalian siapa, tapi jika kalian ingin uang, saya bisa memberikannya pada kalian." Emma mencoba menawarkan sebuah tawaran menarik pada orang-orang yang membawanya."Kita tidak butuh uang, Anda." Seorang dengan suara berat menjawab tawaran Emma."Kalau begitu lepaskan saja saya. Saya tidak akan menuntut kalian." Emma terus berusaha. Orang-orang di dalam mobil itu hanya tertawa mengejek.Sementara itu di tempat lain, Ethan sedang mencari keberadaan Emma dengan wajah kalut. Ethan tidak menyangka jika Emma pergi tanpa berpamitan karena ucapan dari Pricilia. Ethan menanyakan keberadaan Emma
Setelah Emma dan Ethan menandatangani surat perjanjian kontrak hubungan, Emma memilih tetap tinggal di apartemen Gianyar karena dia masih berkuliah. Ethan menyetujuinya dengan syarat. Setiap libur kuliah, Emma harus menginap di rumah Ethan di Denpasar. Emma menyetujui syarat itu hanya untuk membuat Ethan senang. Dia masih belum bisa mencerna, apa yang sedang terjadi pada dirinya."Apa kamu membutuhkan sesuatu, Sayang?" Ethan berbicara dengan lembut pada Emma. Saat ini Ethan sedang berada di apartemen milik Emma."Tidak, Kak, terima kasih. Sepertinya aku harus mencoba mencerna lagi apa yang terjadi padaku." Emma berkata sambil menatap wajah Ethan di sampingnya."Apa yang harus dicerna, Sayang? Bersiaplah, karena besok adalah pesta untuk mengenalkan kamu pada dunia." Ethan menggenggam erat tangan Emma. Ethan lalu mencium punggung tangan Emma dengan lembut."Apa tidak terlalu cepat, Kak? Aku sangat gugup," ucap Emma dengan sedikit rasa khawatir."Aku ingin secepatnya, Sayang. Aku tidak m
Emma mengikuti Ethan ke kompleks gedung apartemen yang terdapat di Gianyar. Ethan telah mempersiapkan tempat tinggal untuk Emma, sebuah apartemen sederhana yang bersih dan nyaman. Ethan tidak akan memberikan hal yang berlebihan karena Emma belum menjadi miliknya. Suatu saat, jika Emma sudah menjadi miliknya, Ethan akan memberikan apa pun untuk Emma."Maaf kalau apartemennya seperti ini," ucap Ethan berpura-pura merasa tidak enak hati."Tidak apa, Tuan. Terima kasih sudah membantu saya," ucap Emma pada Ethan."Kalau ada apa-apa hubungi aku segera. Ini kartu namaku." Ethan memberikan kartu namanya pada Emma."Kalau boleh, aku minta nomor telepon Kak Raka aja. Aku kenal sama Kak Ardian," ujar Emma sambil berharap."Tidak, kamu langsung hubungi aku aja. Raka, kamu keluar." Ethan memerintahkan Raka untuk keluar apartemen Emma terlebih dahulu. Dia tidak ingin Emma lebih memilih Raka daripada dirinya."Baiklah, aku akan menghubungi kamu karena kamu yang telah membantu aku." Emma akhirnya men