“Aku bertanya padamu, apakah kamu sudah puas memandangi ruanganku atau kamu sedang sedang memandangi diriku?” goda Xavier lagi sambil menatap Avery.
“Ah … aku sedang melihat-lihat ruangan kerjamu. Hmm … Ruanganmu cukup sederhana untuk seorang CEO sekaligus pemilik perusahaan ini,” ejek Avery.
“Haha … aku suka dengan pendapatmu. Aku memang lebih suka desain sederhana dan tidak rumit. Hmm … bukankah kamu seorang seniman?” sindir Xavier.“Tentu,” jawab Avery penuh percaya diri.“Mengapa seorang seniman melamar pekerjaan menjadi sekretaris?” goda Xavier lagi sambil menatap tajam Avery.“Seorang seniman juga membutuhkan uang dan pekerjaan tetap, dan perusahaanmu menawarkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan fantastis,” balas Avery santai.“Ah … baiklah. Silahkan duduk!” Xavier mempersilahkan Avery untuk duduk di sofa di depan meja kerjanya. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya menyusul Avery untuk berjalan menuju ke sofa yang berada di hadapan Avery.“Jadi“Apakah kamu sudah memiliki kekasih sehingga tidak mau mengenalku lebih jauh dan menghindari diriku? ” tanya Xavier penasaran. “Aku tidak memiliki kekasih dan aku tidak tertarik memilikinya,” tegas Avery.“Kenapa? Apa kamu penyuka sejenis?” lanjut Xavier bertanya.“Maaf, bapak sudah memasuki ranah pribadi saya. Sebaiknya kita tetap bersikap profesional di dalam pekerjaan. Apabila bapak tidak tertarik untuk bekerja sama dengan saya secara profesional, maka saya undur diri terlebih dahulu.” Avery hendak berpamitan dengan Xavier karena ia mulai jengah dengan semua pertanyaan yang diajukan oleh pria yang ada di hadapannya ini. Jika ia tidak diterima sebagai sekertaris Xavier, ia akan mencari cara lain untuk menghancurkan Xavier. “Tunggu! Apakah aku mengatakan bahwa aku tidak menerimamu bekerja sama denganku?” tanya Xavier heran. Ia sangat bingung dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Wanita ini berbeda 180 derajat dengan wanita yang berbicara dengannya di pesa
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Avery karena banyak yang harus ia pelajari dengan cepat di perusahaan Vladimir Corp. Karina acuh tak acuh terhadapnya sehingga ia mempelajari semua berkas proyek dan pekerjaan yang harus Xavier lakukan dengan cara otodidak. Beruntunglah Avery memiliki otak yang sangat cemerlang sehingga ia tidak terlalu banyak membutuhkan waktu untuk mempelajari apa saja tugas sebagai seorang sekretaris Xavier.“Belle, aku pulang dulu. Kamu rapikan semua berkas yang ada di meja ini. Jangan sampai ada tercecer!” ujar Karina memberikan perintah.“Iya, Mbak,” sahut Avery santai. Ia memang sengaja berlama-lama dengan berkas yang dimiliki Xavier untuk mempelajarinya lebih lanjut, mencari celah dimana ia bisa menghancurkan semua proyek yang dimiliki oleh Xavier saat ini. Karina berlalu dari hadapan Avery karena sudah tepat pukul lima sore, waktunya untuk pulang kerja. Ia tanpa basa-basi pergi dari hadapan Avery yang masih sibuk mengatur berkas yang
“Apakah kamu akan lembur saat hari pertama kerja?” “Kenapa tidak?” ucap Avery santai. “Loyalitas-mu sungguh hebat. Aku acungi jempol untuk kerja kerasmu.” Xavier mengacungi jempol di hadapan Avery sementara Avery tidak terlihat mempedulikannya.“ … ” Avery masih sibuk dengan dirinya sendiri. Merapikan semua yang ada di mejanya. Tadinya ia berniat mempelajari lebih lama berkas Sentosa Oil, tapi karena Xavier mengganggunya terus sehingga ia tidak mempelajarinya dengan baik, jadi lebih baik ia pulang saja agar bisa mempelajarinya lebih santai di apartemen.“Hei, aku sedang berbicara denganmu,” protes Xavier. Ia merasa sangat tidak dihargai oleh Avery.“Apa yang bapak perlukan saat ini? Ada yang saya bisa bantu?” tanya Avery memaksakan senyuman yang tidak tulus di wajahnya.“Bagaimana jika kita makan malam bersama?” ajak Xavier lembut kepada Avery.“Maaf, saya tidak tertarik,” tolak Avery ketus.“Kenapa?” “Saya rasa kita harus membedakan antara pekerjaa
Ting!Bunyi lift di lantai tujuan Avery sudah berbunyi. Pintu lift terbuka dan Avery bergegas keluar dari lift. “Tunggu!” Xavier menarik tangan Avery tanpa aba-aba. Bugh!Avery yang tidak siap dengan tarikan tangan Xavier tertarik ke arah dada Xavier dan mereka masuk lagi ke dalam lift. Kedua mata mereka saling bertatapan selama beberapa detik dan Avery yang baru menyadarkan diri bahwa ia sedang berpelukan dengan Xavier di dalam lift mencoba melawan untuk melepaskan diri dari Xavier tapi Xavier terus mendekapnya tanpa mau melepaskan Avery. Xavier malah lebih sengaja mendekap Avery lebih erat seakan tidak mau melepas Avery.“Boleh tolong lepaskan saya, Pak!” ucap Avery ketus sambil memandang tajam mata Xavier.“Tentu, tapi ada syaratnya,” goda Xavier.“Apa?”“Makan malam denganku!” goda Xavier sambil membisikkan permintaannya di telinga Avery.“In your dreams!” Avery kesal dan teramat kesal dengan kelakuan Xavier. Ia menginjak kaki Xavier dan langsung men
Avery marah-marah di mobil. Ia sudah tidak tahu harus melampiaskan kekesalannya kepada siapa selain Aldi, orang yang paling dekat dengannya saat ini. Ia sendiri tidak memiliki teman di Jakarta, jadi mau tidak mau, orang yang menjadi tempatnya mencurahkan hati hanyalah Aldi. “Hais … betapa sialnya aku bertemu pria itu lagi.” Avery merutuki dirinya sendiri.“Apakah sebaiknya anda keluar dari kantor itu? Kita cari cara lain untuk membalasnya.” Aldi sangat geram karena majikannya menjadi korban pelecehan Xavier. Ia tidak mau Avery menjadi korban berikutnya dari Xavier setelah Rosalind.“Tidak. Aku harus menggunakan sifat genit Xavier untuk menjebaknya dan membuatnya bertekuk lutut kepadaku. Aku akan menjadikannya sebagai budakku dan akan kuhancurkan hati dan perusahaannya sekaligus,” tegas Avery penuh emosi. “Apakah hal itu tidak akan membuat anda terluka nantinya?” tanya Aldi penasaran. Ia tidak mau Avery terluka akibat Xavier terlebih lagi jika sudah bermain dengan h
“Tuan, apakah anda ingin makan malam di rumah?” tanya kepala pelayan kepada Xavier yang baru saja masuk ke dalam mansionnya.“Tidak. Aku ingin pergi terlebih dahulu bertemu dengan Jo,” balas Xavier kepada kepala pelayan yang baru saja membukakan pintu untuknya. Xavier memang sudah berjanji untuk bertemu dengan Jo, sepupunya yang bernama lengkap Jonathan Vladimir, si pembuat masalah tapi Xavier sangat menyayanginya seperti adik kandungnya sendiri. “Baiklah, Tuan.” Kepala pelayan itu segera undur diri dari hadapan Xavier.Xavier segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Ia sendiri juga membutuhkan hiburan karena pekerjaannya sangat menyita semua pikirannya. Setelah selesai merapikan diri, Xavier langsung keluar dari mansionnya. Verdi, supir Xavier selalu menemaninya ke semua tempat yang dikunjungi oleh Xavier. Ia menjadi orang kepercayaan Xavier untuk selalu menjaganya, terlebih jika Xavier sedang mabuk. Xavier tidak mau ia membuat kesalahan terutama membuat hami
Verdi sudah menyetir dan sampai ke club X, tempat Jonathan berada. Ia sendiri sudah terbiasa dengan tuannya yang selalu pulang mabuk atau dijebak oleh para wanita rekan bisnisnya dengan diberikan obat perangsang. Sehingga bukan hal aneh jika Verdi selalu menjaga Xavier dimanapun ia berada. Setidaknya ia mencegah hal fatal terjadi kepada tuannya. “Kita sudah sampai, Tuan,” ujar Verdi memberitahu tuannya yang masih dalam keadaan melamun memikirkan wanita yang ia sukai.“Kamu harus menyusulku! Aku tidak mau bermasalah dengan Jonathan lagi. Ia selalu memberikan obat ke minumanku. Kamu tahu itu, bukan?” ucap Xavier mencoba memperingatkan Verdi agar tidak terlalu lama memarkir kendaraannya.“Tentu, Tuan. Saya akan menyusul anda.”Xavier turun dari mobil dan masuk ke dalam club X. Ia segera mencari tempat VIP untuk bertemu dengan sepupunya yang nakal itu.Setelah masuk ke dalam kamar VIP, Xavier melihat Jo sudah mabuk berat. Ia bahkan mengusir semua wanita yang ada di d
“Belle, apakah kamu sudah menyiapkan berkas Sentosa yang kemarin aku minta kerjakan?” tanya Karina yang sedang mencoba merapikan semua berkas.“Apa yang Mbak minta aku kerjakan? Seingatku Mbak tidak meminta apapun,” ucap Avery heran.“Hei, Kamu itu bodoh, dungu atau tuli? Bukankah aku sudah meminta untuk menyiapkan dan print semua berkas penting itu?” bentak Karina dengan kasar. Ia memang sengaja memberitahu apapun kepada Avery dan menyalahkannya agar bisa langsung dipecat oleh Xavier. Karina ingin sepupunya yang akan menggantikan posisinya sebagai sekretaris Xavier.“Mbak. Aku tidak bodoh, dungu ataupun tuli. Bahkan aku lebih normal daripada kamu. Sebaiknya mbak memeriksakan otak anda yang sudah mulai memasuki masa pikun,” balas Avery kasar. Ia sangat tidak suka dikata-katai oleh orang lain. “Hei! Kamu berani melawan saya!” bentak Karina lagi. Ia menggebrak meja agar terlihat emosi dan marah terhadap Avery.“Tentu saja saya berani melawan kamu. Siapa kamu berani men
Avery masih sibuk dengan segala berkas yang berada di mejanya. Satu per satu proyek kerja sama milik Vlad Corp harus dipelajari Avery karena untuk rencana selanjutnya, Avery harus segera menyelesaikan Xavier. Terlalu lama berada di dekat Xavier bisa saja mempengaruhi kejiwaan Avery, tepatnya, Avery takut malah ia menjadi jatuh cinta kepada sang pembunuh adiknya. Tidak akan Avery biarkan semua itu terjadi. Cukup Rosalind yang menjadi korban bagi Xavier, tidak untuk Avery. Lebih cepat Avery menyelesaikan Xavier, maka lebih cepat Avery pergi dari hadapan Xavier. Meninggalkan dalam keadaan Xavier hancur total."Belle," panggil Xavier yang baru saja keluar dari luar ruangannya."Ya, Pak." Avery menghentikan pekerjaannya sejenak untuk berfokus kepada pria yang memanggilnya itu."Hmm ... bisa kita bicara sebentar di ruanganku?""Baik, Pak."Avery berdiri dan mengikut Xavier dari belakang untuk masuk ke dalam ruangan Xavier."Tutup pintunya, Belle."Avery langsung menutup pintu ruangan sesu
Avery malas untuk menjawab pertanyaan dari Aldi. Entahlah bagaimana keadaan hati dan pikirannya sekarang. Apakah memang ia mulai menyukai pesona Xavier? Kasihan terhadap pria itu? Atau memang niat balas dendamnya yang membuat Avery terlalu terlibat dengan Xavier.Avery masih bingung. Tapi, biarkanlah semua terjadi dan berjalan sesuai rencana saja. Aldi telah menurunkan Avery di depan lobi perusahaan Xavier. Ia bergegas untuk pergi kembali untuk mencari apa yang dititahkan oleh Avery, sang nona besar. Wina ... wanita itu memang harus mendapatkan balasan dari apa yang telah ia lakukan kepada Avery sewaktu muda. "Hai, Pak," sapa Avery di ruang kerja Xavier yang sedang memijat keningnya sendiri. Terlalu banyak masalah dan ia tidak bisa menyelesaikannya dengan sangat cepat."Yes, Belle. Ada apa?"Tatapan sendu Xavier membuat hati Avery menjadi tidak enak sendiri."Hmm ... aku punya ide untuk Karina." Avery tersenyum pasti."Apa itu?""Kita menggunakan hipnotis untuk mencari tahu apa yan
"Entahlah, Av. Tapi kita bisa mulai dari komplotan Keith yang masih berada di dalam penjara. "Karina, benar apa yang dikatakan sang ayah. Pastinya dari Karina, maka Avery bisa memecahkan kasus ini satu per satu. Mungkin belum menjurus ke arah pembalasannya terhadap Rosalind, tapi setidaknya, jika ia memegang kunci siapa yang bermain di PT Heiz, maka Avery bisa menggunakannya untuk melawan Xavier. Menghancurkan Xavier sampai berkeping-keping. "Tapi masalahnya, Karina bungkam, " balas Avery mendelik kesal. "Mungkin kamu bisa menggunakan jasa psikiater, melakukan hipnotis kepada Karina." Jordan membentuk senyuman di bibirnya. Ia sangat senang karena mungkin sang anak mau mendengarkan pendapatnya itu. "Ya ... anda benar. " Avery berbalik tersenyum, tapi senyum penuh kelicikan karena ia akan mendapatkan informasi itu dari Karina. "Apakah kamu akan melibatkan Xavier?""Bisakah aku? Karena Karina sangat membenciku.""Kalau begitu, arahkan semua tanggung jawab di pundak Xavier. Biar dia
Setelah pulang dari kantor, Avery bergegas pulang menuju mansion milik ayahnya. Ia harus mencari tahu tentang apa yang telah dikatakan oleh Jordan dan sangat membuat Avery penasaran. Sebelumnya ia telah membatalkan terlebih dahulu janjinya dengan Aldi untuk bertemu di apartemennya karena pastinya ia akan bisa bertemu dengan Aldi di mansion Jordan. Ting Tong! Avery menekan bel mansion. Tidak lama kemudian, Jordan membukakan pintu untuk Avery. Ia sudah mengetahui bahwa Avery yang sedang berada di depan pintu masuk mansionnya. "Selamat malam, Av," sapa Jordan. Ia sangat merindukan anak satu-satunya itu. "Jangan berbasa-basi lagi denganku. Katakan apa yang ingin anda katakan sekarang," balas Avery ketus. Ia masih berada di depan pintu mansion dan tidak mau masuk ke dalam. "Masuklah. Kita berbicara di dalam," ajak Jordan. Avery ingin mempercepat pembicaraannya dengan Jordan sehingga ia langsung masuk ke dalam mansion. Mereka berdua
Xavier sangat lelah mencari fakta tentang proyeknya yang sedang dimanipulasi. Karina ... wanita itu sangat tidak berguna bagi Xavier. Ia tidak bisa mengorek informasi apapun dari wanita itu.Xavier segera pulang ke kantor. Ia berharap menemukan setitik harapan yang bisa membantunya untuk keluar dari masalah perusahaannya ini, masalah yang cukup berat dan bisa merugikan perusahaannya."Belle," sapa Xavier lemas ketika ia sudah sampai ke dekat ruangan kerjanya."Bagaimana, Pak? Apakah bapak sudah mendapatkan informasi dari Karina?" tanya Avery penasaran."Tidak. Wanita sialan itu malah pingsan saat aku menginterogasinya.""Hmm ... apakah dia berpura-pura?" tanya Avery curiga."Mungkin saja. Entahlah. Aku lelah.""Ya sudah, bapak beristirahat terlebih dahulu dan aku akan membawakan makanan dan minuman untuk bapak.""Terima kasih, Belle." Xavier tersenyum kaku kepada Avery. Pikirannya sangat kacau karena kejadian ini. Tentu s
“Hai, Pak Xavier …” sapa Karina sumringah karena melihat wajah mantan bosnya. Ia sendiri tidak menyangka Xavier akan menemuinya di rumah tahanan setelah sekian lama ia mendekam.“Bagaimana kabarmu?” tanya Xavier berbasa-basi.“Tidak baik. Seperti yang bapak lihat saat ini.” Karina berdiri dan memperlihatkan tubuhnya yang mulai kurus dan wajahnya yang sangat kusam akibat stress berada di dalam rumah tahanan.“Ah … saya turut berduka cita.” Xavier mencoba memberikan simpatinya kepada keadaan Karina saat ini.“Apa bapak ke sini untuk membebaskan saya?” tanya Karina penuh harap.“Aku membutuhkan bantuanmu, jika kamu membantuku dengan semua informasi,
Setelah tidak berhasil mencari proposal dan kesepakatan kerja sama antara Vlad Corp dan PT Heiz di tempat penyimpanan berkas, Avery tergesa-gesa kembali ke meja kerjanya untuk mencari lagi. Mungkin Karina lupa meletakannya.Avery mengobrak-abrik meja dan tempat penyimpanan Karina tapi ia tidak menemukan berkas yang ia cari. Kemudian, Avery mencoba mengecek ke dalam komputer yang ada di hadapannya. Biasanya terdapat arsip karena semua dokumen kerja sama akan di-scan sebagai back up data.Avery melakukan pencarian tapi tidak ada berkas apapun yang berhubungan dengan PT Heiz. Ia mulai curiga adanya campur tangan Karina dalam masalah proyek PT Heiz. Mungkin ini juga yang membuat Karina tidak menyukai dirinya bahkan melakukan sabotase terhadap dirinya, agar tidak ada orang yang mengetahui kejahatan yang dilakukan oleh Karina.
Setelah menyelesaikan rapat dengan para kepala divisi, Avery memohon diri untuk pamit keluar dari ruang rapat yang terasa menyesakkan dada. Ia segera menelepon Aldi untuk langkah selanjutnya.“Al …” panggil Avery di telepon.“Ya, Nona.”“Selidiki masalah pembangunan hotel milik PT Heiz dan Vlad Corp yang berada di Bandung. Ada masalah apa, gunakan detektif yang biasa ayah gunakan. Jika bisa, berikan kepadaku laporan itu dalam dua hari,” ujar Avery memberikan perintah kepada Aldi.“Masalah lima pekerja meninggal karena lantai dua puluh runtuh?” tanya Aldi mengkonfirmasi.“Ya. Apakah kamu mengetahui masalah ini?” tanya Avery penasaran.
Setelah menenangkan diri dengan memeluk Avery, Xavier melepaskan dekapannya. Ia sudah bisa mengendalikan emosinya dan menenangkan diri.“Belle, tolong bantu saya kumpulkan semua kepala divisi yang berkaitan dengan PT Heiz,” ucap Xavier pelan. Ia mulai duduk di sofa dan meminum teh manis hangat buatan Avery. Ia harus menenangkan pikirannya agar bisa berpikir dengan jernih.“Baik, Pak.” Avery mengangguk menuruti perintah Xavier.“Menurutmu, apa yang sedang terjadi di pembangunan hotel itu?” tanya Xavier masih bimbang. Ia sendiri tidak pernah menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi dengan perusahaannya.“Hmm … menurut saya ada orang yang bermain di belakang dan mengurangi bahan. Sehingga para pekerja itu tertimpa dengan k