Usai Sarapan, Rafka melajukan mobilnya ke kampus karena hari ini ada jadwal perkuliahan pagi yang harus ia hadiri. Sialnya, ia seperti tidak bisa fokus menyetir karena masih terbayang-bayang ciuman yang ia layangkan di bibir Sarah.Ada sebersit rasa bersalah dalam hatinya karena hampir saja ia menodai Sarah kalau saja wanita itu tidak menangis. Ia merasa kesal juga dengan dirinya karena bukannya memperbaiki masalah, tetapi malah memperkeruhnya dengan mencium Sarah. Tindakannya yang tidak sengaja menyentuh ujung bibir Sarah saja tidak mendapatkan maaf dan tak diperbolehkan lagi untuk menemui wanita itu. Apalagi sekarang ia malah menambah urusan yang belum selesai dengan mencium paksa bibir Sarah. Masih adakah kesempatan baginya untuk bisa menjadikan Sarah pacarnya atau setidaknya bisa mendekati dosennya itu lagi?Masih bisakah ia datang ke rumah Sarah setelah kelakuan kurang ajarnya yang sudah melewati batas? Walaupun, ia sudah memiliki alibi untuk bisa terus mendatangi rumah Sarah
“Sarah, ada yang mau aku bicarakan padamu,” ucap Rafka ketika menghampiri Sarah yang sedang membuat sarapan di dapur.“Kamu! Kenapa pagi-pagi begini kamu bisa ada di rumah saya?” pekik Sarah kaget dan jengkel saat melihat Rafka tiba-tiba ada di belakangnya.Semalaman memang Sarah menyuruh Leo untuk memesan makanan saja karena ia tidak ingin melihat Rafka yang biasanya ada di rumahnya hingga malam hari. Ia pun menyuruh Leo untuk mengantarkan makanan yang di pesan ke kamarnya dengan dalih kalau ia sedang banyak pekerjaan yang harus di kerjakan.Jadi, ia sama sekali tak mengawasi pergerakan Rafka selama lelaki muda itu berada di rumahnya. Sarah menyangka Rafka akan langsung pulang setelah selesai mengajarkan Leo dan sebelum larut malam. Namun, siapa yang menyangka Rafka yang tadinya ingin pulang membatalkan niatnya dengan berpura-pura ban mobilnya kempis. Didasarkan oleh rasa kasihan, akhirnya Leo menawarkan Rafka untuk menginap saja di rumahnya. “Ah … Semalam waktu mau pulang ban mobi
Untuk beberapa saat mereka saling terpaku pada tatapan satu sama lain. Tetapi saat lampu yang belum terpasang benar berkedap-kedip, baik Sarah maupun Rafka seperti tersadarkan kembali ke dunia nyata. Tak ingin membuat suasana yang sudah canggung ini semakin rikuh, Sarah dengan cepat menyingkir dari atas tubuh Rafka. Tetapi karena gugup masih menguasai dirinya, tubuhnya malah tak sengaja menyenggol lemari buku yang lumayan tinggi hingga membuat buku-buku di rak itu berhamburan menjatuhinya. Untung saja sebelum buku-buku itu berjatuhan mengenai kepala dan badan Sarah, Rafka dengan gesit melindungi Sarah dengan tubuhnya. Sarah yang kembali memejamkan mata, saat tahu buku-buku akan menghantam badannya, dibuat kembali membuka mata saat tak ia rasakan satu buku pun mengenai tubuhnya. Ketika matanya kembali terbuka, lagi-lagi Sarah tertegun mendapati matanya bertemu pandangan dengan Rafka. Bahkan, Sarah tidak sadar kalau tangan Rafka menyentuh lengannya. “Maaf saya enggak bermaksud men
Tiga hari berlalu semenjak Sarah memberikan buku dan minuman kepada Rafka atas bantuan yang diberikan oleh lelaki muda itu. Sejak itu pula, Rafka tak pernah lagi datang ke rumahnya.Bukan tanpa sebab Rafka tiba-tiba tak datang ke rumah Sarah. Tetapi Rafka terpaksa tak datang karena ada ujian akhir semester, jadi Sarah tak memberikan izin kepada Rafka untuk memberikan les Leo sebelum ujian selesai.Sebenarnya Rafka kecewa sekali karena sekalinya habis mendapatkan pemberian dari Sarah, ia malah tak diperbolehkan datang ke rumah wanita itu. Padahal, waktu taruhannya pun tinggal sebentar lagi dan ia telah menyiapkan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Sarah.Tak peduli bagaimana tanggapan Sarah nanti atas pernyataan cintanya, Rafka akan tetap maju untuk mengungkapkan rasa sukanya pada Sarah.Walaupun Rafka mulai merasakan bingung dengan dirinya sendiri. Rafka benar-benar tak bisa mengerti apakah perasaan menggebu, untuk menyatakan cinta dari dalam hatinya, hanya sekedar untuk memenan
Berkali-kali Rafka mengoleskan gel rambut dan menyibakkan ke rambutnya agar kelihatan klimis dan rapi dari biasanya. Bajunya pun ia perhatikan supaya terlihat tampak modis dan necis.Setelah memastikan tampilannya rapi, Rafka mengambil seikat kembang yang telah ia siapkan untuk diberikan kepada Sarah. Untung saja otaknya yang mumpuni ini bisa menyelesaikan semua soal-soal ujian kali ini dengan kecepatan semaksimal mungkin. Jadi, ia bisa memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan kepada Sarah di sela-sela ujian yang berlangsung tadi.Karena ujian terakhir telah ia selesaikan dengan baik, Rafka pun bersiap untuk meluncur ke rumah Sarah. Meskipun, Rafka tahu kalau Sarah belum pulang, tetapi apa salahnya menyiapkan diri lebih awal?Toh, kalau ia sudah berusaha mempersiapkan semuanya dengan baik, siapa tahu eksekusi yang akan ia ungkapkan nanti akan berjalan dengan lancar.Semoga saja Sarah mau menerima perasaannya, di tengah jangka waktu taruhannya dengan Tyo dan Kevin
“Kenapa Bu Sarah begitu overprotective banget sama Leo? Ibu enggak kasihan sama dia karena harus melewati masa mudanya cuma dengan belajar, melarangnya buat melakukan apa yang dia suka, dan menyetujuinya tindakannya yang menarik diri dari lingkungan pertemanan sekolahnya.” Rafka mengajukan pertanyaan itu karena ia tidak habis pikir dengan para orang tua yang tega-teganya membatasi kegiatan anaknya. Menyuruh anak sepertinya dan Leo untuk selalu berprestasi, tetapi di satu sisi selalu saja mengekang mereka untuk melakukan hal yang mereka senangi.“Karena saya enggak mau Leo sampai salah pergaulan. Saya mau menjadikan dia anak yang baik dan berprestasi agar dia tidak pernah berada di jalan yang salah. Mungkin buat anak muda sepertimu, tidak akan mengerti mengenai perasaan orang tua yang ingin memberi terbaik untuk anaknya.”Tentu saja hal itu memang menjadi beberapa alasan yang membuat Sarah terlihat begitu memproteksi Leo. Namun, alasan terbesar dalam hidupnya yaitu ia tak mau Leo tumb
“Aku enggak tahu bagaimana perasaan kamu buatku? Tapi aku cuma mau mengungkapkan perasaan aja, memangnya salah. Pengakuanku ini bukan sekedar karena kamu baik. Justru karena sikap kamu yang kadang dingin, galak, tegas, dan jutek yang bikin aku kepincut sama kamu, Sar.”Rafka sengaja tak berbicara dengan nada formal dan memilih menggunakan gaya bahasa yang santai saja. Walaupun wanita dihadapannya memang memiliki rentang usia yang lebih dewasa di bandingnya, tetapi ia memilih menyatakan perasaannya dengan gayanya sendiri yang tidak dibuat-buat dan apa adanya.“Entahlah apa pun alasan kamu sampai mengaku menyukai saya, tapi saya tidak bisa mempercayai anak muda yang masih suka main-main seperti kamu. Saya yakin, kamu secepat ini menyatakan perasaan pada saya karena ingin menjadikan saya sebagai salah satu objek permainanmu saja. Sudahlah intinya saya tidak bisa menerimamu!”Seketika suasana hati Sarah menjadi campur aduk tak jelas. Ada debaran dalam hatinya ketika Rafka mengatakan kalau
“Astaga!” Sarah kaget bukan main ketika pagi-pagi ia ingin berangkat bekerja dan mengantarkan Leo ke sekolah lebih pagi dari biasanya, ia melihat Rafka yang tertidur di halaman depan rumahnya dengan beralaskan matras yang entah di dapatkan dari mana.Tak jauh berbeda dengan Sarah, Leo pun tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat melihat Rafka yang tertidur dengan beberapa bintik-bintik merah bekas gigitan nyamuk menghiasi wajah dan tangan lelaki itu. “Ini Bang Rafka perlu dibangunin atau enggak, Ma?” tanya Leo kepada Sarah.“Tidak usah. Biarkan saja dia di situ. Lebih baik kita berangkat sekarang. Bisa-bisa kamu ketinggalan bus study tour kalau Mama tidak mengantar kamu sekarang.”Hari ini memang Leo harus berangkat study tour ke Bandung selama 3 hari ke depan, sehingga Sarah sengaja bangun pagi untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk di bawa oleh anaknya itu. Leo pun hanya bisa pasrah saat harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah karena bus study tour di sekolahn