Berkali-kali Rafka mengoleskan gel rambut dan menyibakkan ke rambutnya agar kelihatan klimis dan rapi dari biasanya. Bajunya pun ia perhatikan supaya terlihat tampak modis dan necis.Setelah memastikan tampilannya rapi, Rafka mengambil seikat kembang yang telah ia siapkan untuk diberikan kepada Sarah. Untung saja otaknya yang mumpuni ini bisa menyelesaikan semua soal-soal ujian kali ini dengan kecepatan semaksimal mungkin. Jadi, ia bisa memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan kepada Sarah di sela-sela ujian yang berlangsung tadi.Karena ujian terakhir telah ia selesaikan dengan baik, Rafka pun bersiap untuk meluncur ke rumah Sarah. Meskipun, Rafka tahu kalau Sarah belum pulang, tetapi apa salahnya menyiapkan diri lebih awal?Toh, kalau ia sudah berusaha mempersiapkan semuanya dengan baik, siapa tahu eksekusi yang akan ia ungkapkan nanti akan berjalan dengan lancar.Semoga saja Sarah mau menerima perasaannya, di tengah jangka waktu taruhannya dengan Tyo dan Kevin
“Kenapa Bu Sarah begitu overprotective banget sama Leo? Ibu enggak kasihan sama dia karena harus melewati masa mudanya cuma dengan belajar, melarangnya buat melakukan apa yang dia suka, dan menyetujuinya tindakannya yang menarik diri dari lingkungan pertemanan sekolahnya.” Rafka mengajukan pertanyaan itu karena ia tidak habis pikir dengan para orang tua yang tega-teganya membatasi kegiatan anaknya. Menyuruh anak sepertinya dan Leo untuk selalu berprestasi, tetapi di satu sisi selalu saja mengekang mereka untuk melakukan hal yang mereka senangi.“Karena saya enggak mau Leo sampai salah pergaulan. Saya mau menjadikan dia anak yang baik dan berprestasi agar dia tidak pernah berada di jalan yang salah. Mungkin buat anak muda sepertimu, tidak akan mengerti mengenai perasaan orang tua yang ingin memberi terbaik untuk anaknya.”Tentu saja hal itu memang menjadi beberapa alasan yang membuat Sarah terlihat begitu memproteksi Leo. Namun, alasan terbesar dalam hidupnya yaitu ia tak mau Leo tumb
“Aku enggak tahu bagaimana perasaan kamu buatku? Tapi aku cuma mau mengungkapkan perasaan aja, memangnya salah. Pengakuanku ini bukan sekedar karena kamu baik. Justru karena sikap kamu yang kadang dingin, galak, tegas, dan jutek yang bikin aku kepincut sama kamu, Sar.”Rafka sengaja tak berbicara dengan nada formal dan memilih menggunakan gaya bahasa yang santai saja. Walaupun wanita dihadapannya memang memiliki rentang usia yang lebih dewasa di bandingnya, tetapi ia memilih menyatakan perasaannya dengan gayanya sendiri yang tidak dibuat-buat dan apa adanya.“Entahlah apa pun alasan kamu sampai mengaku menyukai saya, tapi saya tidak bisa mempercayai anak muda yang masih suka main-main seperti kamu. Saya yakin, kamu secepat ini menyatakan perasaan pada saya karena ingin menjadikan saya sebagai salah satu objek permainanmu saja. Sudahlah intinya saya tidak bisa menerimamu!”Seketika suasana hati Sarah menjadi campur aduk tak jelas. Ada debaran dalam hatinya ketika Rafka mengatakan kalau
“Astaga!” Sarah kaget bukan main ketika pagi-pagi ia ingin berangkat bekerja dan mengantarkan Leo ke sekolah lebih pagi dari biasanya, ia melihat Rafka yang tertidur di halaman depan rumahnya dengan beralaskan matras yang entah di dapatkan dari mana.Tak jauh berbeda dengan Sarah, Leo pun tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat melihat Rafka yang tertidur dengan beberapa bintik-bintik merah bekas gigitan nyamuk menghiasi wajah dan tangan lelaki itu. “Ini Bang Rafka perlu dibangunin atau enggak, Ma?” tanya Leo kepada Sarah.“Tidak usah. Biarkan saja dia di situ. Lebih baik kita berangkat sekarang. Bisa-bisa kamu ketinggalan bus study tour kalau Mama tidak mengantar kamu sekarang.”Hari ini memang Leo harus berangkat study tour ke Bandung selama 3 hari ke depan, sehingga Sarah sengaja bangun pagi untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk di bawa oleh anaknya itu. Leo pun hanya bisa pasrah saat harus bangun lebih pagi untuk berangkat ke sekolah karena bus study tour di sekolahn
Mata Rafka perlahan terbuka saat sinar matahari terasa akan menerobos masuk ke retinanya. Ketika matanya terbuka, Rafka bisa melihat Sarah yang terlihat sedang mengikat tirai jendela yang baru disingkap oleh wanita itu.Tanpa sadar Rafka berdecak kagum saat matanya menjelajahi tubuh Sarah yang ternyata terlihat lebih cantik dan jauh lebih tampak muda ketika mengenakan setelan rumahan seperti saat ini. Sebenarnya Sarah tetap cantik juga sewaktu mengenakan pakaian formal ala dosen pada umumnya. Tetapi, saat mengenakan setelan pakaian dosen wanita itu terlihat jauh lebih dewasa saja.Rafka yang sedang asyik memandangi Sarah dari belakang tampak gelagapan ketika melihat Sarah yang akan berbalik ke arahnya. Bingung dengan apa yang mau ia katakan dan lakukan saat Sarah menyadari ia telah siuman, Rafka pun memilih untuk pura-pura tidur saja. “Tidak perlu berpura-pura tidur, saya tahu kalau kamu sudah sadar,” tegur Sarah.Walaupun Sarah membelakangi tubuh Rafka, tetapi lewat sudat matanya
“Karena kamu sudah bersedia menerima syarat yang saya ajukan, saya juga tidak punya pilihan lain selain menepati janji saya padamu,” tutur Sarah. “Kalau begitu, bisa lepaskan saya sekarang?!”“Ah … Bagaimana dengan sebuah ciuman, baru aku lepasin?” goda Rafka tersenyum begitu senang seolah ia memang benar-benar bahagia bisa berpacaran dengan Sarah bukan hanya karena acara taruhan semata.Rafka sendiri sungguh tak dapat mengerti dengan perasaannya sendiri. Rasanya baru pertama kali ini ia bisa sebahagia saat berhasil mendapatkan wanita incarannya. Hilang minat dan rasa bosan yang ia harapkan datang setelah Sarah menerima perasaan sukanya pun tak kunjung datang seperti yang sempat Rafka kira. Semula ia menduga akan kehilangan minat dan perasaan menggebu pada Sarah tatkala Sarah menerimanya. Tetapi, mengapa sekarang yang terjadi malah sebaliknya? Justru saat hari ini Sarah menerimanya, timbul perasaan menggebu dan meluap-luap dalam hatinya untuk membuat Sarah kembali percaya akan kata
Sekeluarnya dari kamar tamu, Sarah merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya terjebak hubungan dengan Rafka yang kadang tingkahnya masih seperti bocah.Meskipun Sarah menyetujui untuk menjalin hubungan dengan Rafka karena terpaksa. tetapi, tak bisa ia pungkiri kalau ia merasakan seperti ada bunga-bunga yang bertebaran dalam hatinya. Juga seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dalam perutnya. Namun, tetap saja ada batasan norma yang masih terpatri dalam benaknya. Batasan itu bukan hanya karena sekedar statusnya dan Rafka sebagai dosen dan mahasiswa, tetapi juga tentang jurang umur yang sepertinya agak terlalu jauh bagi seorang wanita dewasa dan lelaki muda untuk memadu kasih.Oleh karena itu, Sarah sengaja meminta Rafka untuk merahasiakan hubungan mereka yang baru saja terjalin hari ini di hadapan khalayak umum. Sarah hanya tidak ingin diperolok-olok oleh masyarakat sekitar hanya karena menjalin hubungan dengan lelaki yang terpaut usia lebih muda daripada dirinya. Cukup sekali saja, i
“Thanks udah dianterin sampai depan rumah, Sayang,” ucap Rafka ketika Sarah benar-benar mengantarkannya sampai depan rumahnya. “Enggak mau mampir dulu ke dalam?”Sarah menggeleng sambil mengeluarkan kata-kata penolakan yang masih terdengar halus, “Lain kali saja.”Selepas manyampaikan penolakannya dan Rafka telah turun dari mobilnya, Sarah langsung melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Rafka.Ketika melihat mobil Sarah telah menghilang dari pandangan matanya, Rafka memasuki rumahnya sambil bersiul-siul penuh kesenangan. Entah mengapa hormon endorfin dalam dirinya seolah meningkat pesat, sehingga rasa bahagia yang menyertainya begitu tinggi sekali.Belum pernah Rafka merasakan sebahagia ini sebelumnya. Bahkan, sewaktu ia berhasil mendapatkan ratusan gadis dan wanita di luar sana, ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ada apakah dengan dirinya? Mungkinkah ia yang sudah menyandang status sebagai playboy selama bertahun-tahun ini, bisa sesuka ini pada makhluk bernama wanita?