Hehm.. banyak banget cara kotornya...
Di tempat lain setelah kepergian keduanya, Bima terlihat menghubungi seseorang.“Apa bisa saya bicara dengan Pak Isaac?” tanyanya melalui saluran panggilan tersebut.Tidak begitu lama, terdengar suara Isaac menyapa dengan bahasa Indonesia yang terdengar baik.“Pak, Saya sudah melakukan sesuai dengan perintah, Anda. Saya juga sudah mengusir keduanya dari kediaman Saya.” Bima berkata dengan sedikit khawatir, karena orang yang dihadapinya kali ini bukan orang biasa.“Good, tunggu saja kontrak kerjasamanya,” ucap Isaac dengan suara tenang.“Tapi sebelumnya, untuk melihat keseriusan, Anda, Saya akan menjalankan sebagian kecil dulu, Saya tidak bisa langsung memberikan semuanya, karena Saya harus tetap mengevaluasi proyek yang kamu kerjakan. Jika, proyek itu menurut saya layak, maka kita lanjutkan dengan tahap berikutnya, jika tidak Saya terpaksa akan membatalkan kelangsungannya.” Mendengar hal itu, ada terbesit sedikit rasa kecewa karena Bima tidak bisa mendapatkan proyek ini secara penuh.
Diva tidak menyangka kalau ternyata Farha memang bermulut tajam. Dia rasanya ingin sekali marah, tapi saat dirinya melihat ke arah Elvan, pandangan suaminya ini langsung menggelap, Diva menyentuh lengan Elvan untuk memperingati agar tidak melakukan apapun. Menyadari dirinya seolah terpancing amarah Elvan segera mengabaikan ucapan Farha dan melihat ke arah Diva dengan tatapan penuh makna, seolah memberikan isyarat selesaikan saja seperti yang Diva mau, tapi kalau makin menjadi-jadi maka dia siap untuk turun tangan.“Aku yakin sekali kalau kamu adalah orang yang bersama Tuan Elvan di toilet itu saat pesta pernikahan anakku. Apa kalian memiliki fetish yang sedikit liar?” Farha berkata dengan nyinyir dan melihat Diva dengan pandangan merendahkan.“Apa kamu bilang Farha?” tanya Nara pada Farha meminta penjelasan secara terang-terangan,“Begini Nyonya Nara, waktu acara pernikahan anakku, Diva ini membuat kekacauan, kemudian dia akhirnya bersama dengan Tuan Elvan ehmmm … di dalam toilet seda
Mendengar hal itu, Baskara benar-benar sudah sangat terpojok, dia tidak bisa melakukan apapun lagi, begitupun dengan Hardan yang sekarang makin ketakutan.“Berhenti menggertakku, dan katakan pada Elvan temui aku sekarang juga!!!” Baskara berteriak meluapkan emosinya, suaranya terdengar memekakkan telinga memenuhi ruangan ini.Pria itu masih bersikap datar dan melihat ke arah Baskara dan Hardan secara bergantian.“Dalam hal ini, Pak Elvan tidak perlu untuk repot-repot datang, karena semua yang akan saya lakukan sudah mendapatkan delegasi dari keluarga Wongso dan utamanya Keluarga Wennink.” ucapan Pria itu membuat Baskara mengerutkan keningnya.“Wennink?” ulang Hardan. “Siapa itu Wennink! Katakan padanya kami tidak takut!” Hardan berkata dengan nada tinggi.“Mungkin kalian tidak kenal, tapi keluarga ini sangat terkenal di luaran sana. Jangan-jangan kalian ini hanya segelintir orang kelas bawah yang sangat ingin menjadi orang kelas atas dengan cara yang sangat curang. Sehingga, kalian tid
Duh, kayaknya babnya ada yang kebalik... heheh untung ada judul babnya, ya! Mudah2an tidak pusing bacanya, duh, pasti ada yang kebalik-balik ini bacanya... Maaf ya, tadi keknya update keburu-buru sampe bikin kalian pusing... 😭😭😭Terima kasih atas pengertiannya 🙏🙏🙏Jangan lupa baca seri kedua Jodoh Salah Tarik ya! "Jerat Cinta Teman Kakakku" mudah2an ceritanya sesuai dengan genre temen2 sekalian... hehehe mohon bantuan ratenya di halaman depan ya! Heheh... Teirma kasih sekali lagi...
Benar saja, saat memasuki ruangan itu, semua tamu melihat ke arah kedatangan Elvan dan Diva yang terbilang cukup dramatis, karena diberikan pengawalan khusus akibat beberapa ulah wartawan yang dengan tidak tertib mengambil gambar dari jarak dekat. Kemudian, mata Diva langsung menangkap sosok Dion dari samping, kakak iparnya yang lengannya saat ini digandeng oleh seorang wanita. Mungkin pria ini belum menyadari kedatangannya bersama Elvan karena saat ini sepertinya dia sedang sibuk bercerita dengan tamu yang lain dan keduanya nampak sangat serius. Di sisi lain, tampak Nara dan Nyonya Farha, kedua wanita ini melihat Diva dengan tatapan sinis. Lalu tidak jauh dari mereka, sudah ada anggota keluarga Elvan lainnya. Namun, saat ini tidak terlihat sosok Hartono Wongso dan istrinya. Memang, masalah siang tadi yang berujung pada Hartono dibawa ke rumah sakit di keep sementara waktu, hal ini digunakan untuk menghindari sentimen negatif dari beberapa pihak yang ingin mencari keuntungan. Mat
Wajah Dion nampak memucat saat menerima panggilan masuk di ponselnya itu, dia melihat ke arah Diva dan Winda secara bergantian. “Kalian … apa kalian bersekongkol untuk menjatuhkanku?” Suara Dion terdengar tertahan. Diva menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap tajam. “Yang benar saja, bukankah kamu yang berusaha mencari keuntungan saat ini? Maling teriak maling!” Diva berkata dengan penekanan. “Winda, dengarkan penjelasanku dulu,” Dion berkata dengan suara bergetar mendekati Winda. “Jangan mendekatiku lagi!” bentak Winda dengan sedikit kasar. “Selama ini aku tidak sadar kalau kamu licik, sampai aku menemukan semua buktinya. Kita akhiri saja di sini, aku sudah benar-benar muak.” Winda berkata dengan nada dingin. Dion mengepalkan tangannya karena sangat kesal, lalu berjalan keluar tempat ini. “Baiklah, kalau begitu tunggu pembalasanku!” Dion yang marah ini melangkah geram ke luar tempat acara, langkahnya terburu-buru, dengan ponsel yang di rapatkan di telinganya! Malam ini h
beberapa hari sebelumnya, saat Reni menghubungi Diva untuk bertemu. Ketika itu Diva bersama Alisha menemui Reni di sebuah kafe, awalnya Reni menceritakan masalah kantornya dengan Diva secara menggebu-gebu. Lalu, Diva menunjukkan foto pacar Winda, dan ternyata Reni mengenalinya. “Ya, dia pacar Winda, tapi asal kamu tahu saja, Winda katanya baru mendapat informasi kalau pacarnya itu berbohong padanya,” jelas Reni. “Maksudmu?” tanya Diva penasaran. “Tadi pagi, aku secara gak sengaja ketemu Winda sedang nangis di rooftop kantor, kupikir dia mau bundir! Aku cepat-cepat menghampirinya. Aku tahu, sikapnya itu cukup menyebalkan dan membuat kesal, tapi melihatnya pagi tadi seperti orang yang mau mengakhiri hidup, aku menjadi kasihan padanya.” Reni memulai ceritanya. “Dia akhirnya cerita begitu saja padaku dan dia mengetahui latar belakang keluarganya, ternyata dia masih keturunan keluarga Adiwilaga, kamu tahu kan, itu ... yang punya perusahaan asuransi dan juga pialang terbesar di Indone
What?!” Reni berkata dengan membolakan matanya. “Mereka menerima suap yang tidak sedikit untuk bekerja sama memberikan proyek Pak Elvan pada Sugara Group, yaitu Dion.” Informasi Winda ini sontak membuat Diva dan juga Reni ternganga. “Sehari sebelum launching produk mereka, aku datang ke apartemen Dion untuk membawakannya makan siang. Aku tidak sengaja mendengar obrolan Dion waktu itu di telepon, setelah itu, aku juga tidak sengaja melihat file di laptop Dion yang terbuka.” Winda berkata dengan nada rendah. “Awalnya aku kurang mengerti, tapi aku memastikan sekali lagi untuk pergi ke kantor dan melihat bagianku untuk menyamakan bagian yang lain, ternyata benar, itu adalah pekerjaan kita yang diambil sama persis, intinya aku tahu itu pekerjaan kita, tapi aku masih kurang paham untuk apa file itu ada bersamanya.” Winda menarik napas menjeda kalimatnya sejenak. “Kemudian tiba-tiba mereka meluncurkan produk itu saat kita mengadakan pertemuan di ruang serba guna itu. Untuk memastikan la