Lanjut yang manis dulu, ya! Biar enak eksekusi selanjutnya, heheheh! Jangan lupa komentar cantik kalian ya!
Elvan memandang Diva dengan penuh selidik.“Apa kamu bilang?” Diva menyipitkan mata mendengar tudahan dari suaminya itu.Elvan tersenyum sekilas.“Ya siapa tahu istriku ini seorang yang bisa banyak hal dan cukup tangguh malah tidak bisa melakukan hal kecil ini,” ucap Elvan.Diva lalu mengambil dasi tersebut dan memasangkannya pada Elvan. Ini adalah hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Adegan manis yang sering dilihatnya di layar kaca dan juga ponselnya saat sedang senggang malah dia lakukan untuk suaminya sendiri.“Wah, apa memasang dasi juga semenyenangkan itu?” Elvan menggoda Diva, yang saat ini terlihat sedang senyum-senyum sendiri.Diva lalu menarik dasi yang sudah dipasangkan dengan sempurna ke leher Elvan tersebut, membuat Elvan harus menunduk dan mendekat wajahnya ke arah Diva.“Dengar Sayang, jangan banyak mengujiku!” Diva lalu mendaratkan ciuman singkat di bibir Elvan. Belum sempat Elvan menguasai dirinya karena tingkah Diva barusan, Diva sudah mengambil jas berwarna
Elvan tiba di ruang kerja kakeknya, wajah pria tua itu terlihat sangat buruk, kerutan di dahinya dan juga beban yang menekannya bisa tergambar jelas saat ini. “Kakek memanggilku kemari ada apa?” tanya Elvan dengan tenang saat memasuki ruangan Hartono. “Darimana saja kamu?” Suara Hartono terdengar berat. Elvan diam, dia tidak menjawab apapun lalu menarik kursi yang ada di depan kakeknya. “Kamu terlihat santai sekali El, apa kamu tahu masalah yang terjadi saat ini?” Hartono berkata dengan datar, tetapi suaranya terdengar bergetar. “Kakek tidak perlu khawatir, aku akan bisa mengatasinya–” “Apa kamu tahu semua gerakanmu itu sedang diawasi oleh orang lain! Sebelumnya kakek tidak mempermasalahkan urusan pribadimu, tapi El, kamu harus ingat citra dirimu sebagai seorang pemimpin di Lux Tech Group ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap perusahaan kita.” Elvan masih diam, dia belum berniat untuk menyela ucapan kakeknya. “Kakek hanya tidak ingin ada apa-apa denganmu dan juga ….”
“Keep masalahnya dulu, aku ingin memastikan keterlibatan yang lainnya. Apa kamu juga sudah menyelidiki Om Baskara dan Hardan bekerja sama dengan siapa saja selain dengan keluarga Sugara itu?” tanya Elvan cepat. “Aku sedang menuliskan laporannya ini padamu, kamu terlalu cepat bertanya. Apa laporan keterlibatan ini tidak perlu dikerjakan saja?” Ucapan Miko barusan mendapat tatapan tajam dari Elvan. “Iya-iya aku akan tetap buat dan aku juga akan menceritakannya,” ucap Miko. “Hardan menikahkan anaknya si Nico itu dengan Nadya karena keluarga Nadya adalah orang yang sangat berpengaruh di bidang keuangan negara kita, dan kita tidak bisa abai begitu saja. Dari catatan keuangan yang keluar masuk itu aku juga menemukan kejanggalannya, kamu nanti cek saja sendiri.” Miko berkata lalu mengambil air mineral yang ada di atas meja dan menjeda penjelasannya sejenak. “Anak perusahaan kita tujuh puluh persen sudah melakukan go publik dan semua anak usaha itu dikendalikan oleh Hardan atas arahan dari
Ruang rapat kali ini tampak sangat berbeda, peserta yang ada di dalam sini sangat tegang, wajah-wajah mereka kali ini cukup serius dan menampakkan pandangan tidak suka terhadap segala jenis sanggahan yang dibeberkan oleh Elvan. Para pemegang saham itu terlihat tidak puas apalagi saat Baskara menyulut api dengan membuat yang lain tampak terprovokasi.Elvan sudah memprediksi hasilnya akan menjadi seperti ini, tapi dia tidak ingin gegabah, dia masih terlihat tenang menghadapi mereka semua.“Bagaimana kamu bisa menjamin kalau kompetitor itu tidak akan berhasil?” Salah satu dari mereka mempertanyakan keyakinan Elvan itu.“Dan, kami juga sudah menemukan catatan rekam medis saudara, seharusnya dengan mental seperti ini, Anda lebih baik mundur.” Yang lain turut menimpali.Elvan masih berusaha tenang, dia tahu ini adalah awal dari semuanya, mereka juga pasti sudah mendapatkan rekam medis miliknya dan akan menyerangnya secara personal kalau sampai hal ini tidak bisa berjalan sesuai dengan rencan
Elvan memang mengatakan dengan nada tegas pada sang kakek, sebenarnya jauh dalam hatinya masih terdapat sedikit keraguan di sana, karena dia berharap rencananya bisa benar-benar terlaksana walaupun nantinya itu semua akan menguras semua aset likuid miliknya.“Baiklah El, kakek harap kamu benar-benar bisa mengatasinya, tapi … kalau seandainya kamu tidak mampu mengatasi semua ini, lakukan jalan terakhir. Ini semua demi kebaikan kita bersama dan kamu harus mempertimbangkannya.” Hartono berkata dengan suara rendah.Mendengar hal itu, Elvan memasang wajah buruk, dia tidak suka dengan cara kakeknya menyelesaikan masalah.“Kakek apapun yang akan terjadi aku tidak akan meninggalkan Diva,” ucap Elvan dengan sangat jelas dan suara yang sedikit tertahan.Hartono melihat ke arah Elvan dengan tatapan tajam lalu berkata, “Ini juga demi kebaikan Diva dan keluarganya, El, kamu harus mempertimbangkannya.”Mendengar hal itu, wajah Elvan menjadi kian menggelap.“Kakek sudah mengundangnya ke acara itu be
Elvan masih dengan wajah marahnya, dia membuka tablet yang ada di mobil Miko dan sibuk melakukan sesuatu di sana. “Apa yang sebenarnya kamu cari El?” tanya Miko. “Tunggulah sebentar sedikit lagi aku akan tahu siapa pengkhianat kecil itu.” Elvan berkata dengan suara dingin. Miko diam, tidak membantah lagi. “Pak Elvan, jadi kita sekarang benar-benar pulang ke rumah?” tanya Andi. “Ya, ke rumah saja dulu biar lebih aman.” Elvan memberikan perintahnya dengan mata tak lepas dari benda itu. Lalu tidak begitu lama Elvan tersenyum melihat apa yang ada di hadapannya itu. “Benar-benar luar biasa!” Elvan bergumam sendiri lalu tersenyum lebar. “Ada apa, El?” tanya Miko penasaran karena wajah pria itu sudah berubah menjadi lebih cerah dari sebelumnya. “Istriku memang luar biasa,” ucapnya lalu tertawa ringan. Miko mengerutkan keningnya, tapi dia tidak mau bertanya, karena saat ini Elvan sudah sibuk sendiri lagi. Pria itu terlihat mengambil ponsel khususnya untuk menghubungi Diva.
Diva berhasil membuat Dania mau menemuinya, dan dia sengaja membuat Dania menunggu dirinya. Dari kejauhan Diva melihat wanita itu sedang duduk dengan gelisah sesekali melihat ke kanan dan ke kiri.“Kakak yakin mau menemuinya sendiri?” tanya Alisha dari dalam mobil.“Tentu saja, kamu cukup awasi dari sini dan lihat saja. Ini tempat ramai kalau dia mau macam-macam dia sendiri yang rugi.” Diva berkata dengan tenang.“Beritahu aku kalau butuh bantuan apapun, aku akan menunggu kakak di sini.” Alisha berkata pada Diva.Diva lalu segera turun dari mobil dan menghampiri Dania.“Hai, Dan, maaf membuatmu menunggu.” Diva berkata dengan tersenyum sekilas lalu mengambil kursi dan duduk berhadapan dengan Dania.Kini wajah wanita itu terlihat sedikit pucat, tetapi dia tidak berani untuk bicara sedikit pun.“Aku tidak mau basa-basi, langsung saja. Apa kamu mau bekerja sama dengan kami? Pindahlah kapal, karena kapalmu saat ini sudah tidak aman, jika dia tenggelam, maka kamu tidak akan mendapatkan keunt
Dania mengatakan nomer rekeningnya tanpa keraguan, tidak lama berselang notifikasi perbankan miliknya masuk. “Cuma lima ratus juta?” Dania berkata dengan suara rendah. Hal itu jelas membuat Diva tersenyum tipis, dia akhirnya tahu kalau orang yang ada di hadapannya ini manusia yang seperti apa. “Itu hanya uang muka tanda jadi, kami sangat berbaik hati, karena kami tidak bisa mendapatkan jaminan apapun darimu untuk tidak berkhianat lagi ‘kan?” Diva kali ini menanggapi Dania dengan sedikit lebih keras dari sebelumnya. Dania terdiam. “Sekarang hubungi pacarmu dan datanglah kemari. Mari kita susun rencana untuk ke depan.” Diva tersenyum penuh makna padanya. *** Sementara itu di tempat lain. “El, apa kamu yakin semuanya akan berjalan lancar?” tanya Miko. “Ya, kali ini pasti kita bisa melakukannya, dan seperti yang kamu tahu Isaac Wennink akan membantu kita,” ucap Elvan dengan sedikit berat. “Ah, sudah kamu jangan merasa tidak berdaya seperti itu, El, ada kalanya kamu tidak bisa men