Malam ini, Chandra ditakdirkan untuk tidak tidur.Chandra adalah panglima tertinggi di Gurun Selatan, salah satu dari Lima Jenderal Someria, Dewa Perang Someria, sekaligus pahlawan semua orang. Dia merupakan sosok yang berdiri di atas piramida kekuasaan.Chandra baru berhasil merebut kembali Kota Gurun Selatan tanpa terjadinya pertumpahan darah. Para penduduk sangat mengagung-agungkannya sekarang.Namun, hanya karena laporan internet ini, dia seketika menjadi sasaran kritik publik.Para warganet mencela perbuatannya, mengatakannya serakah dan tidak beradab.[ Bunuh bajingan ini! ]Suara orang-orang yang melawan Chandra menjadi makin banyak di internet.Di Tera Pallace, Diwangsa.Tempat ini adalah tempat tinggal Raja Someria, orang dengan status tertinggi di Someria.Di dalam kediaman, terlihat Raja Someria yang mengenakan jas berwarna abu. Dia sudah berusia 50-an tahun dan bertubuh agak gendut. Meskipun demikian, dia tetap terlihat sangat bersemangat dan memiliki karisma yang luar bias
"Shadow," panggil Raja Someria.Tidak jauh dari sana, seorang pria berjubah hitam tiba-tiba muncul dan berlutut dengan satu kaki."Raja," sapa pria itu dengan hormat."Segera pergi ke Gurun Selatan." Raja Someria bangkit, lalu membisikkan sesuatu kepada pria berjubah hitam itu, "Beri tahu Chandra ....""Baik." Shadow berdiri dan bergegas berangkat ke Gurun Selatan.Pada saat yang sama, di suatu aula besar yang terletak di Diwangsa.Terlihat banyak sekali wartawan berkumpul di tempat ini.Sementara itu, orang-orang yang duduk di kursi utama adalah para petinggi Diwangsa, termasuk Havier, Bana, dan Teuku."Pak Havier, apa pendapat atasan tentang tindakan Naga Hitam yang tersebar di internet?" tanya seorang wartawan.Havier yang disorot oleh begitu banyak kamera pun menjawab dengan lantang, "Masalah seperti ini tidak akan ditoleransi. Korupsi dilarang keras oleh Someria selama ribuan tahun ini. Banyak dinasti yang hancur karena para pejabat berkhianat. Setiap dinasti pasti memiliki pengkh
Tidak ada seorang pun yang berbicara.Delapan Naga Langit mungkin masih kurang memahami karakter Chandra, tetapi Paul dan Gili tentu sangat memahaminya.Mereka sudah mengikuti Chandra selama bertahun-tahun. Mereka tahu bahwa Chandra tidak pernah melakukan kejahatan apa pun. Namun, dia malah dicelakai orang sekarang."Kenapa ekspresi kalian begini?" Chandra menatap mereka semua, lalu berkata dengan tenang, "Ini bukan masalah besar. Aku memang sudah salah karena menerima uang dari orang-orang itu. Ini bukan kesalahan orang lain."Mata Paul berkaca-kaca dan memerah. Dia bertanya, "Kak Chandra, bagaimana sekarang?"Semua orang sangat khawatir, terutama Delapan Naga Langit. Mereka baru mengikuti Chandra, tetapi sudah terjadi begitu banyak masalah.Chandra menjawab dengan tenang, "Atasan akan mengadakan penyelidikan. Hukuman paling ringan adalah jabatanku diturunkan. Hukuman paling berat adalah dipenjara atau ditembak mati.""Kak ...." Paul hendak berbicara.Chandra mengangkat tangannya untu
Chandra mengambil remot di sampingnya, lalu menekannya dengan pelan.Ruangan yang gelap seketika menjadi terang. Dia akhirnya bisa melihat sosok orang di depannya.Pendatang ini adalah seorang pria berusia 40-an tahun. Wajahnya bulat dan tegas, tatapannya sangat tajam. Sosoknya bagaikan seekor harimau ganas.Chandra merasa pria ini sangatlah mengerikan. Dia jarang merasakan perasaan seperti ini, kecuali saat bertemu dengan petarung unggul.Hal ini membuktikan bahwa pria di depannya ini sudah pasti adalah ahli bela diri yang sangat hebat.Apalagi, pria ini bisa memasuki Kediaman Naga Hitam tanpa tertangkap basah oleh para pengawal.Chandra menjawab dengan lemas, "Ada sedikit masalah.""Keterampilan medismu sangat hebat. Masa kamu nggak bisa menyelamatkan diri sendiri kalau hanya masalah kecil?" tanya pria itu dengan curiga.Chandra tidak menjawab pertanyaannya ini.Chandra tidak tahu siapa pria di depannya ini, tetapi bisa menebak identitasnya.Bagaimanapun, hanya 1 orang yang akan menc
Setelah menghadiri konferensi pers, Teuku langsung berangkat ke Rivera dan mulai mengumpulkan bukti-bukti.Selama ini, Teuku selalu mengawasi Chandra sehingga mengetahui segalanya yang dilakukan Chandra di Rivera.Teuku segera mendatangi orang-orang yang bersangkutan, yaitu Empat Keluarga Besar, Fiveprov Group, Kamar Dagang Abadi, dan lainnya.Dengan adanya kesaksian dari mereka, Teuku sudah bisa membuat Chandra kewalahan tanpa harus pergi ke Gurun Selatan untuk menyelidiki lagi.Sebelum langit terang, Teuku sudah selesai mengurus semuanya. Dia membawa Pasukan Api Merah ke Gurun Selatan untuk menangkap Chandra.Pagi harinya, Chandra terbangun dari tidurnya. Setelah tidur lelap sepanjang malam, bukannya merasa bugar, dia malah merasa sangat lelah.Kemudian, Chandra menelepon Paul untuk menyuruhnya melakukan beberapa hal.Paul juga menyuruh orang untuk mempersiapkan sarapan.Tidak lama kemudian, sarapan sudah disajikan.Keduanya makan dan minum bersama, tetapi suasana terasa agak aneh.T
"Pengkhianat terbesar Someria akhirnya tertangkap.""Berita terbaru, Perusahaan New Era telah mengonfirmasi bahwa Chandra Atmaja adalah pemilik asli. Sekarang, perusahaan telah dibubarkan dan seluruh properti Chandra telah disita.""Menurut data yang ada, Chandra telah mengumpulkan uang triliunan selama masa jabatannya."Setelah Chandra ditangkap, berbagai macam berita yang menghebohkan langsung tersebar. Chandra dikawal ke dalam pesawat khusus Pasukan Api Merah. Sesampainya di dalam pesawat, dia hanya bersandar di kursi dengan lemas. Dia sudah tidak bertenaga lagi."Teuku, kamu sudah menang," ucap Chandra tanpa tenaga."Chandra, apa maksudmu? Kamu adalah Lima Jenderal yang sudah menjadi Raja Naga. Kamu memiliki begitu banyak bawahan, tapi melakukan hal keji seperti ini. Sebagai Jenderal Pasukan Api Merah dan pemimpin Lima Jenderal, aku tentu harus menangkapmu. Jangan menyalahkanku atas masalah ini," ujar Teuku sambil tersenyum tipis."Lepaskan Nova, beri dia penawar racunnya. Dia tida
Chandra baru bangkit dari lantai. Dia benar-benar lapar hingga merasa pusing.Ketika mendengar suara, Chandra pun menoleh untuk melihat. Meskipun penjara bawah tanah sangat gelap, ada cahaya redup dari koridor di luar. Saat ini, Chandra melihat jelas pria yang berdiri di dalam penjara.Pakaian pria ini compang-camping, sementara rambutnya sangat panjang dan berantakan.Chandra tidak bisa mengenali pria ini. Namun, didengar dari ucapannya barusan, pria ini sepertinya mengenalnya."Siapa kamu?" tanya Chandra dengan lemas, seolah-olah sudah tidak makan berhari-hari."Coba lihat baik-baik," sahut pria itu sembari menyibakkan rambut di depan wajahnya. Dalam sekejap, terlihat wajahnya yang berjanggut.Chandra melihat dengan saksama. Tidak berselang lama, dia akhirnya mengetahui identitas pria itu."Alex!" teriak Chandra.Pria di penjara sebelah bukanlah orang lain, melainkan Alex yang diburu oleh ratusan petarung unggul Someria. Dia merupakan pendiri Istana Gelap.Chandra masih mengingat jel
Chandra melirik Teuku sekilas, lalu berkata dengan lemas, "Terima kasih atas perhatianmu. Di sini cukup nyaman, aku tidak akan mati."Teuku terkekeh-kekeh sembari menimpali, "Chandra, kamu akan diadili di depan umum besok. Semua kesalahanmu akan disebutkan satu per satu. Menurutmu, apa hukuman mati sudah cukup?"Chandra menatap Teuku tanpa melontarkan sepatah kata pun. Meskipun murka, dia tidak meluapkan amarahnya karena benar-benar tidak bertenaga sekarang.Teuku melanjutkan, "Masih ada 8 jam sebelum kamu diadili. Posisimu sudah terlalu tinggi, kamu adalah Jenderal Gurun Selatan sekaligus Raja Naga. Demi menjatuhkan hukuman untukmu, Empat Jenderal, kepala sekretaris, dan kepala eksekutif sampai turun tangan. Kamu ingin mati atau dikurung di tempat gelap ini selama sisa hidupmu?"Chandra menarik napas dalam-dalam sebelum bertanya, "Teuku, aku tidak pernah melawanmu atau para tokoh penting Diwangsa. Posisiku di Gurun Selatan sama sekali tidak memengaruhi kalian. Kenapa kamu terus ingin
Kali ini, karena para pesilat Bumi kurang kuat, mereka gagal mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kalau saja mereka berhasil menekan Santara, sepuluh buah itu tidak akan jatuh ke tangan mereka. Keinginan Chandra untuk menjadi lebih kuat pun semakin membara. Setelah memastikan semuanya, Chandra bersama Nova meninggalkan Gunung Bushu dan kembali ke Gurun Selatan. Setengah hari kemudian, Chandra tiba di Gurun Selatan. Di sana, Negara Naga sudah lama memulai pembangunan ulang. Dalam waktu setengah tahun, seluruh kota Gurun Selatan dibongkar habis. Istana Negara Naga yang baru kini berdiri megah. Kota ini sekarang dipenuhi gedung-gedung tinggi, bahkan dilengkapi bangunan bawah tanah—semuanya dirancang untuk persiapan menghadapi kemungkinan kiamat di masa depan. Setelah memeriksa sekilas perkembangan pembangunan, Chandra kembali pergi. Tujuannya kali ini adalah Gunung Langit untuk melanjutkan latihannya. Dia berencana menyerap Esensi Phoenix terlebih dahulu, kemudian dilanjutk
Tiga Senior Dantra berpikir sejenak, lalu menyetujui. "Dua buah juga sudah lumayan, lebih baik daripada tidak sama sekali," pikir mereka.Setelah itu, pembagian berjalan lancar. Tiga Senior Dantra mendapat dua buah, sementara Robi, Ronald, Alden, dan Titan masing-masing mengambil satu buah. Tiga puluh tiga buah pun habis terbagi. Bagi mereka yang belum mencapai Alam Kesembilan, tidak ada kebagian. Meski sedikit kecewa, mereka hanya bisa diam karena menyadari kekuatan mereka belum cukup untuk memperjuangkan bagian lebih besar.Chandra memegang buah di tangannya, sebesar kepalan tangan dan berwarna ungu. Ada kehangatan lembut yang terasa saat ia menggenggamnya. Buah itu tampak bening, memancarkan cahaya ungu berkilauan, dan di dalamnya ada kilauan samar yang bergerak, membuat buah tersebut terlihat sangat misterius dan ajaib."Wanginya harum sekali," Chandra mengendusnya sedikit. Keinginan untuk memakan buah itu langsung muncul. Namun, ini adalah Gunung Bushu, bukan tempat yang aman untu
Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti
Chandra menghitung dalam hati—ada 33 buah di pohon itu. Jika Santara benar-benar mengambil 20 buah dan Tara 6 buah, itu sudah 26 buah, hanya menyisakan 7 buah. Dengan jumlah pendekar bumi yang banyak, jelas itu tidak cukup untuk dibagi.“Bagaimana kalau kita adakan pertarungan?” usul Chandra. Mendengar ini, banyak orang langsung memandang ke arahnya. Chandra melanjutkan, “Tidak perlu dibagi dalam kelompok. Kita adakan pertarungan terbuka. Siapa yang menang dan tidak ditantang, berhak mengambil satu buah. Setiap orang hanya boleh mengambil satu buah. Bagaimana?” Chandra tahu bahwa beberapa anak buah Santara memiliki kekuatan yang lebih lemah, jadi jika dilakukan dengan sistem ini, mereka mungkin tidak akan dapat banyak buah. Di sisi lain, di pihak Suku Mistik, mungkin hanya Tara dan Wukon yang mampu bersaing.“Baik, aku setuju,” ucap Robi pertama kali mendukung. “Aku juga setuju.” “Tidak masalah.” Para pendekar bumi pun menyatakan persetujuan mereka.“Aku tidak setuju,” sahut Sa
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep