Ekspresi Chandra sangat muram dan mengerikan. Urat nadi di wajahnya bahkan menggembung.Keduanya jelas-jelas sudah bercerai. Dia benar-benar tidak menduga bahwa masih ada orang yang memanfaatkan Nova untuk mengancamnya.Namun, Chandra tidak kehilangan akal sehatnya karena masalah ini. Sebaliknya, dia menelepon Cakra yang berada di Rivera.Cakra sedang menerima tamu. Ketika melihat ponselnya berdering dan mendapati bahwa Chandra yang meneleponnya, dia bergegas bangkit dan datang ke tempat yang sepi."Jenderal Naga, kenapa tiba-tiba meneleponku?" tanya Cakra."Segera periksa lokasi Nova sekarang," perintah Chandra.Cakra pun tertegun sejenak, lalu mengangguk sambil berkata, "Oke, aku akan memberimu jawaban dalam 5 menit."Cakra tidak tahu apa yang terjadi, tetapi nada bicara Chandra terdengar agak aneh.Setelah mengakhiri panggilan tersebut, Cakra menelepon organisasi mafianya.Sesudah Johnson pergi, Cakra dan lainnya kembali mengambil alih departemen intelijen ini.Di sisi lain, Chandra
Chandra menatap beberapa pria asing yang berdiri di depan rumah kayu itu. Dia mengerutkan dahinya, lalu berjalan menghampiri."Berhenti!" Orang-orang itu menghalangi Chandra. Kemudian, salah satunya maju dan berkata dengan dingin, "Aku akan menggeledahmu dulu."Chandra tidak yakin bahwa Nova berada di sini. Dia tidak bertindak sembarangan dan membiarkan orang-orang ini memeriksanya.Chandra tidak membawa senjata, melainkan hanya membawa beberapa jarum perak dan kawat baja yang dibentuk oleh Jarum 81 Langit. Namun, semua benda ini telah disita sekarang.Chandra melirik sekilas orang yang menggeledahnya, lalu mengancam dengan dingin, "Simpan baik-baik barangku. Kalau ada yang hilang, kepalamu juga akan hilang."Selesai melontarkan ancamannya, dia pun memasuki rumah kayu.Begitu masuk, terdengar suara tepuk tangan di dalam sana.Terlihat seorang pria tua yang berdiri seraya menepuk tangan dan tersenyum. Dia berkata, "Chandra, kamu benar-benar berani datang. Aku sangat mengagumi keberanian
"Matilah kamu!" teriak Chandra dengan murka. Dia sontak berdiri dan muncul di hadapan Wisnu. Kemudian, dia mengulurkan tangan untuk mencekik Wisnu dan mengangkatnya dari tanah.Wisnu yang tercekik tidak panik meskipun wajahnya seketika memerah."Chan ... Chandra, kamu harus berpikir jernih sebelum membunuhku. Nova akan tersiksa setelah aku mati. Aku tahu kamu sangat ahli dalam ilmu medis, tapi ini adalah serangga beracun yang kupelihara selama 30 tahun. Kamu nggak akan bisa mengeluarkannya," ujar Wisnu dengan lemas."Chandra, sakit ... sakit sekali ...." Nova terus bergelinding di tanah dan menjambak rambutnya.Nova merasa ada banyak sekali serangga yang merangkak di otaknya, bahkan menggerogoti sel otaknya. Perasaan semacam ini benar-benar menyiksanya.Teriakan kesakitan Nova akhirnya membuat Chandra lebih tenang. Dia pun melepaskan Wisnu dengan perlahan.Wisnu terduduk di kursi dengan lemas. Sesudah meraba-raba lehernya, dia melirik Chandra sekilas seraya tersenyum tipis.Chandra ber
"Haha!" Wisnu tertawa terbahak-bahak."Ketua, semua ini barang-barang Chandra," kata seorang pria sambil mengeluarkan beberapa jarum perak dan kawat baja tipis yang didapatkannya saat menggeledah Chandra.Wisnu melirik sekilas. Dia memelihara serangga beracun, tetapi tidak menguasai keterampilan medis sehingga barang-barang tersebut tidak berguna baginya. Dengan demikian, dia pun tidak memahami kehebatan Jarum 81 Langit.Kemudian, Wisnu melemparkannya kepada Chandra seraya berkata dengan tidak acuh, "Kukembalikan semuanya kepadamu."Anak buah itu bertanya, "Ketua, kenapa tidak langsung membunuhnya?""Aku juga ingin membunuhnya." Wisnu menghela napas ringan, lalu menjawab, "Dia adalah anggota Keluarga Atmaja. Tubuhnya mengalir darah Keluarga Atmaja. Aku sudah berjanji pada orang itu untuk membiarkannya hidup. Lagi pula, dia bukan ancaman untuk kita lagi sekarang. Ayo, kita pergi. Biarkan mereka mati di sini."Selesai berbicara, Wisnu pun berbalik dan pergi.Saat ini, kepala Nova tidak l
Chandra tidak bisa mengerahkan tenaganya sedikit pun sehingga hanya bisa duduk di kursi untuk beristirahat.Chandra memejamkan matanya sembari merenungkan semua buku medis yang pernah dibaca. Memang ada catatan tentang serangga beracun ini.Cara memelihara serangga beracun ini sangatlah merepotkan. Seseorang harus menangkap banyak serangga beracun, lalu membiarkan mereka saling membunuh. Yang berhasil bertahan hidup baru akan digunakan untuk meracuni orang.Efek racun yang diberikan setiap serangga beracun pun berbeda-beda.Chandra tidak tahu tubuhnya terinfeksi serangga beracun apa. Namun, dia tahu bahwa kesehatannya sangat baik dan tidak ada masalah apa pun.Chandra tidak bisa mengerahkan tenaga karena ada banyak serangga beracun di dalam darah dan anggota tubuhnya. Serangga beracun ini yang memberi pengaruh buruk pada tubuhnya. Asalkan dikeluarkan, maka dia akan pulih kembali.Nahasnya, Chandra hanya pernah membaca sekilas catatan tentang serangga beracun itu. Dia tidak punya cara u
Chandra mengangkat tangannya untuk menghentikan Nova."Ma ... maaf." Nova berdiri di samping dengan ekspresi penuh penyesalan. Kemudian, dia meminta maaf, "Semua ini salahku, aku yang sudah mencelakaimu. Tolong maafkan aku ....""Paul, antar dia kembali ke Rivera," ujar Chandra dengan lemas."Aku nggak mau!" seru Nova begitu mendengar Chandra ingin dia pulang.Nova menatap Chandra dengan mata berkaca-kaca, lalu menangis seraya melanjutkan, "Mana mungkin aku bisa pergi kalau kondisimu begini? Biarkan aku menjagamu di sini, ya?""Eee ...." Paul merasa sangat bimbang. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.Chandra melirik Nova sekilas. Saat ini, rambut Nova terlihat sangat berantakan, wajahnya juga terluka karena tergores kukunya sendiri. Ditambah lagi luka pisau sebelumnya yang belum pulih, wajah Nova pun terlihat agak mengerikan.Melihat Nova yang menangis tersedu-sedu, Chandra merasa sangat kasihan padanya. Namun, dia tidak berutang budi pada Nova lagi sekarang.Chandra t
Di Kediaman Naga Hitam.Chandra melepaskan semua pakaiannya dan hanya menyisakan celana dalam.Setengah bagian tubuhnya dipenuhi jarum perak. Dia sedang berusaha untuk menyelamatkan dirinya.Chandra ingin menggunakan jarum perak untuk memaksa serangga beracun itu keluar dari tubuhnya.Namun, dia tidak mendapatkan hasil apa pun setelah mencoba untuk waktu yang lama.Serangga beracun di tubuhnya sangatlah kecil. Chandra gagal mengeluarkannya tanpa peduli seberapa keras dia berusaha.Bisa dikatakan bahwa dia akan menjadi cacat setelah serangga beracun ini tumbuh besar di tubuhnya.Obat yang diberikan Wisnu kepadanya adalah telur serangga. Di dalamnya terdapat serangga beracun yang tak terhitung jumlahnya.Chandra tahu bahwa obat itu akan meleleh di dalam perutnya setelah dikonsumsi. Kemudian, telur akan menetas dan tumbuh menjadi serangga beracun. Serangga ini akan mengalir bersama darah di sekujur tubuhnya, juga menyerap nutrisi dalam tubuhnya.Jadi, Chandra merasa sangat lemas, mungkin
"Orang itu juga bilang bahwa aliansi 28 negara memberi kompensasi sampai kuadriliunan, tapi yang diterima kas negara nggak sebanyak itu. Itu artinya, sisanya diambil oleh Raja Naga. Sekarang, semua orang sedang memaki di internet." Gili menambahkan lagi.Raut wajah Chandra tampak sangat serius setelah mendengarnya.Kemudian, Paul buru-buru mengeluarkan ponsel untuk membuka halaman web dan mencari tentang berita ini.Seperti yang dikatakan Gili, ada banyak berita sensasional yang dipublikasi dengan akun asli. Bahkan, ada banyak akun terkenal yang memberitakan surat laporan tentang Chandra.Surat ini tercatat setiap jumlah uang yang diterima Chandra, juga hal-hal yang dilakukannya di Rivera dan nama-nama orang yang dibunuhnya.Begitu melihatnya, raut wajah Paul juga menjadi sangat serius. Dia berkata, "Raja Naga, hal ini akan sangat merugikanmu. Meskipun atasan sangat menyukaimu, berita ini tetap akan membuat publik gusar. Demi menenangkan publik, atasan terpaksa melakukan sesuatu kepada
Tara pun hanya memetik dua buah saja. Pasalnya, dengan begitu banyak pesilat Bumi yang memperhatikannya, dia pun tak berani mengambil lebih banyak. Setelah mendapatkan dua buah berwarna ungu itu, Tara pergi dengan perasaan yang sedikit tidak puas. Totalnya ada tiga puluh tiga buah; Santara berhasil mendapatkan sepuluh buah, Tara mendapat dua buah, dan sekarang tersisa dua puluh satu buah."Aku hanya butuh sepuluh buah," Raja Januar berkata sambil memandang para pesilat Bumi.“Ini, rasanya tidak adil, bukan?” Titan akhirnya berbicara. Sebelumnya, dia tetap diam karena merasa tidak memiliki wewenang di hadapan Santara. Namun, setelah Santara mengambil sepuluh buah dan sekarang Raja Januar juga meminta sepuluh, Titan merasa perlu bicara. Di atasnya, masih ada kekuatan Klan Darah, juga Chandra dan yang lainnya, belum lagi Robi yang telah mencapai Alam Kesembilan. Jika Titan tidak berjuang, bisa-bisa dia tidak mendapatkan satu pun buah ajaib itu.Robi pun berkata, "Memang tidak adil. Seti
Chandra menghitung dalam hati—ada 33 buah di pohon itu. Jika Santara benar-benar mengambil 20 buah dan Tara 6 buah, itu sudah 26 buah, hanya menyisakan 7 buah. Dengan jumlah pendekar bumi yang banyak, jelas itu tidak cukup untuk dibagi.“Bagaimana kalau kita adakan pertarungan?” usul Chandra. Mendengar ini, banyak orang langsung memandang ke arahnya. Chandra melanjutkan, “Tidak perlu dibagi dalam kelompok. Kita adakan pertarungan terbuka. Siapa yang menang dan tidak ditantang, berhak mengambil satu buah. Setiap orang hanya boleh mengambil satu buah. Bagaimana?” Chandra tahu bahwa beberapa anak buah Santara memiliki kekuatan yang lebih lemah, jadi jika dilakukan dengan sistem ini, mereka mungkin tidak akan dapat banyak buah. Di sisi lain, di pihak Suku Mistik, mungkin hanya Tara dan Wukon yang mampu bersaing.“Baik, aku setuju,” ucap Robi pertama kali mendukung. “Aku juga setuju.” “Tidak masalah.” Para pendekar bumi pun menyatakan persetujuan mereka.“Aku tidak setuju,” sahut Sa
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita