Beberapa hari ini, nama Nova menjadi semakin terkenal. Dia menjadi incaran banyak wartawan hiburan yang ingin mengungkap lebih banyak berita sensasional tentangnya. Kemarin pagi di luar kompleks tempat tinggal Keluarga Kurniawan, Chandra membawa bunga dan memberikannya kepada Nova. Tapi, Nova menolak menerima bunganya dan malah mengatakan ingin bercerai. Adegan itu telah direkam dan disebarkan ke internet. Siapa pun yang memiliki ponsel atau melihat akun media sosial pasti mengetahuinya, tetapi hanya Chandra yang tidak mengetahuinya.Saat mendengar Raisa mengucapkan hal buruk tentang temannya, raut wajah Mario juga menjadi suram. Tapi, dia tidak berani meluapkan emosinya dan berbisik, "Raisa, jangan berbicara buruk tentang temanku. Dia pernah membantuku di Gading Mansion terakhir kali.""Dasar pecundang, kamu masih berani bicara?" Raisa langsung menjewer telinga Mario dan memaki, "Beruntung waktu itu aku nggak pergi, kalau nggak aku sudah habis dipermalukan olehmu. Lihatlah teman-tema
"Persetan, apa katamu? Aku datang untuk memberi dukungan, tapi kamu malah memanggilku sampah? Kamu kira seberapa hebat restoranmu ini? Restoran biasa saja sok berlagak!""Kalau memang nggak menyambut kedatangan kami, kami juga nggak akan makan di sini.""Mario, bukan aku nggak menghargaimu, tapi ucapan istrimu itu terlalu keterlaluan."Para pekerja konstruksi itu tampak sangat emosi, sementara Mario terus-menerus meminta maaf dan berkata, "Ketua, maaf. Kak Vans, maaf. Semuanya, benar-benar maaf sekali. Aku mewakili Raisa meminta maaf kepada kalian.""Mario, dasar kamu nggak berguna! Untuk apa minta maaf? Restoran kita memang nggak termasuk mewah, tapi nggak sembarang orang bisa masuk ke sini. Cepat usir mereka, jangan sampai membuat orang merasa jijik ketika melihatnya."Saat ini, seorang pria yang mengenakan setelan jas dan dasi datang. Melihatnya, wajah Raisa yang memakai riasan tebal itu seketika berubah dan menyunggingkan senyuman yang cerah. Dia lalu berkata, "Pak Ferry, kamu juga
Ada beberapa pekerja yang datang sambil membawa beberapa kotak itu. Setelah selesai membaca daftarnya, Benjamin melihat Mario yang sudah membatu dan tertegun di depan pintu restoran, lalu dia bertanya sambil tersenyum, "Pak Mario, hadiahnya mau ditaruh di mana?""Hah?" Saat ini, Mario baru bereaksi dan bergegas berkata, "Angkat … angkat ke dalam saja."Benjamin lalu memerintah, "Bawa ke dalam."Saat ini, Raisa juga sudah meresponsnya dan bergegas menunjukkan jalan sambil berkata, "Silakan masuk."Mario juga ikut masuk ke dalam.Di depan pintu, Benjamin berkata dengan penuh hormat, "Tuan, Tuan Chandra, apa ada perintah yang lain? Kalau tidak ada, aku akan pulang lebih dulu."Gilang melihat Chandra sekilas. Chandra melambaikan tangannya dengan pelan dan berkata, "Tidak ada, pergilah.""Tuan," panggil Benjamin sambil melihat Gilang. Setelah merasa ragu sejenak, dia pun berkata, "Tuan, persiapan acara Grace sudah selesai. Ada banyak tokoh ternama yang sudah tiba."Gilang melambaikan tangan
"Iya, kalau bukan aku, siapa yang bisa memberikan hadiah sebesar ini untukmu?" tanya pria paruh baya itu sambil meremas bokong Raisa."Aduh, dasar kamu ini. Ada begitu banyak orang, suamiku juga di sini," ucap Raisa.Begitu melihat adegan itu, Mario mengepalkan tinjunya hingga urat nadinya menegang, tetapi dia segera melepaskannya. Saat ini, Raisa sudah menggandeng pria paruh baya itu masuk ke dalam restoran.Chandra lalu menarik Mario ke samping dan bertanya, "Mario, ada apa ini? Kenapa kamu menikahi dia?""Kak Chandra, jangan bicarakan lagi," ucap Mario dengan ekspresi sedih."Cerita!" kata Chandra dengan ekspresi wajah yang suram.Pagi ini, ada begitu banyak orang yang datang dan semuanya memiliki hubungan yang dekat dengan Raisa."Kak Chandra, jangan tanya lagi," ucap Mario dengan ekspresi wajah yang kesulitan."Mario, kalau kamu masih menganggap aku kakakmu, beri tahu aku," pungkas Chandra.Begitu teringat Chandra pernah membantu dirinya di Gading Mansion terakhir kali, Mario mena
Naga Hitam adalah pendekar yang melindungi Negara Someria, kepercayaan seluruh prajurit, dan juga mitos di hati para pria Negara Someria. Mario juga tidak terkecuali, dia sangat mengagumi Naga Hitam. Begitu mengetahui bahwa Naga Hitam adalah teman karibnya 10 tahun yang lalu, dia menjadi bisa berjalan dengan tegak dan percaya diri. Namun, dia tidak menyangka Chandra yang membantunya di Gading Mansion adalah Chandra sang Naga Hitam, teman sekolahnya!"Kak … Kak Chandra …," panggil Mario sambil menatap Chandra dengan penuh semangat.Chandra menepuk pundaknya dan berkata, "Aku juga nggak tega melihatmu seperti sekarang ini. Sebagai seorang pria, kamu harus tegap dan kuat. Jangan hidup di bawah bayang-bayang wanita. Uang ini cukup untukmu mencari istri yang baik dan menjalani hidup dengan tenang.""Baik," jawab Mario sambil menganggukkan kepalanya dengan mantap.Dia sudah muak dengan kehidupan seperti ini. Dia dan Raisa memang suami istri, tetapi selama setahun ini, dia hanya pernah menyen
Ada banyak orang yang ada di sana mulai kebingungan dan seluruh pandangan mereka tertuju pada Mario. Sebelum Jhonny berbicara, Raisa sontak melepaskan Jhonny dan berjalan ke arah Mario dengan murka. Kemudian, dia langsung menampar wajah Mario dengan keras.Plak!Suara tamparan yang keras terdengar dan bekas tamparan seketika muncul di wajah Mario."Mario, apa kamu sudah gila? Dia adalah Bos Jhonny, cepat berlutut dan minta maaf!"Seusai berbicara, Raisa berbalik dan menatap Jhonny dengan ekspresi bersalah. Dia lalu berkata, "Kak Jhonny, benar-benar maaf sekali. Aku nggak beretika dan nggak mengajarinya dengan baik. Aku pasti akan menghukumnya ketika pulang nanti.""Heh!" Jhonny pun mendengus dingin.Raisa memukul dan memaki Mario di hadapan begitu banyak orang seperti itu. Hal ini membuat api dalam hati Mario seketika membara."Nggak kusangka ternyata posisi Mario di dalam keluarga serendah itu.""Iya, Raisa bisa memukulnya dengan sesuka hati, bahkan akan menghukumnya setelah pulang na
Raisa menunjukkan ekspresi meremehkan karena dia sangat mengerti latar belakang Chandra. Chandra hanya seorang pecundang dan menantu yang menumpang tinggal di kediaman Keluarga Kurniawan. Sekalipun Keluarga Kurniawan sendiri, mereka juga tidak mungkin mampu mengeluarkan uang sebesar ini, apalagi hanya seorang menantu yang menumpang di Keluarga Kurniawan."Ini benar-benar pemberianku," ucap Chandra dengan datar, lalu dia melihat Gilang yang berada di sampingnya sekilas.Gilang segera maju dan berkata, "Benar! Ini pemberian Tuan Chandra, aku bisa menjadi saksi."Raisa melirik Gilang sekilas dan mendapati bahwa dia hanya seorang pria berjanggut yang tidak terlihat seperti tokoh ternama sama sekali. Raisa pun menyeringai dan berkata, "Kamu bersaksi? Apa gunanya kamu bersaksi? Paman, bisa nggak jangan asal bicara?"Gilang juga tidak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka bahwa memberikan hadiah saja bisa terjadi begitu banyak masalah. Jika tahu sejak awal, dia akan menyuruh Benjamin untuk t
Raisa yang berada di depan pintu sepenuhnya tertegun begitu melihat adegan tersebut. Bukankah orang ini yang memberikan hadiah sebelumnya? Kenapa dia malah pergi menyapa Chandra? Pada saat ini, pikirannya menjadi kosong dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.Gilang lalu memerintah Benjamin, "Sebelumnya kamu nggak menjelaskan saat memberikan hadiah, sekarang pergi jelaskan kalau itu pemberian Tuan Chandra untuk Tuan Mario.""Baik," jawab Benjamin yang menghampiri Raisa.Raisa juga sudah meresponsnya dan bergegas memanggil, "Tuan yang terhormat, mari silakan masuk."Benjamin melambaikan tangan dengan pelan dan berkata, "Hadiah yang aku berikan sebelumnya itu adalah hadiah dari Tuan Chandra untuk Tuan Mario.""Hah?" Raisa langsung terkejut dan terbelalak.Setelah tertegun sejenak, dia langsung berbalik dan melihat Jhonny yang berdiri di belakangnya. Jhonny mengatakan bahwa itu pemberiannya, jadi Raisa secara khusus membawa Jhonny ke ruang privat di lantai tiga untuk berterima kasih kep
Seperti apa kekuatan yang layak disebut sebagai Penguasa Kekuatan? Para pesilat bumi bahkan tak bisa membayangkannya. Mereka hanya tahu bahwa masa depan manusia bumi akan sangat sulit. Santara berhenti bicara, dan Chandra pun tak banyak bertanya lagi. Ia duduk bersila di tanah, fokus memulihkan diri. Yang lain juga melakukan hal yang sama. Suasana pun berubah sunyi, terdiam di tengah proses pemulihan. Sambil memulihkan diri, pandangan mereka semua tertuju pada pohon besar dengan bunga ungu, berharap pada hasil akhirnya. Pohon itu memang luar biasa—buahnya tumbuh dengan cepat. Dalam sehari, bunga-bunganya mulai layu dan muncul kuncup buah. Kecepatannya membuat semua orang terkejut. Umumnya, bunga perlu bermekaran selama sebulan lebih sebelum muncul buah, tetapi kini, hanya dalam sehari, sudah ada kuncup buah yang terlihat. Pohon ini benar-benar ajaib. Semua orang menunggu dengan sabar. Satu minggu kemudian, pohon itu telah dipenuhi buah berwarna ungu, seukuran kepalan tangan, ber
“Bunganya saja sudah sewangi ini, bayangkan kalau sudah jadi buahnya nanti,” gumam salah satu pesilat. “Ini pasti benda suci,” tambah yang lain. Banyak orang berbicara dengan kagum, termasuk Chandra yang terpana dengan keharuman dan energi spiritual tempat itu. Energi di sini begitu kuat, beberapa kali lipat lebih kuat dibandingkan di luar. Tanpa banyak bicara, Chandra duduk bersila dan mulai memulihkan diri, begitu pula pesilat lain yang terluka, semuanya memanfaatkan waktu ini untuk mengobati luka mereka. Suasana di tempat itu terasa damai saat semua orang menunggu dengan tenang.Di sela-sela itu, Santara beberapa kali melirik ke arah Nova, kadang terlihat berpikir, kadang mengerutkan kening, seolah memendam sesuatu. Tatapan Santara yang berulang kali ke arahnya membuat Nova merasa tidak nyaman. Sambil duduk di samping Chandra, Nova berbisik pelan, “Sayang, Santara itu terus memandangiku.” Chandra menepuk tangannya dengan tenang dan berkata, “Jangan dipikirkan.” Nova meman
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara