Share

Bab 52

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-04 11:04:25
Tanpa terasa, cahaya kemerah-merahan di langit sebelah timur mulai muncul. Cahaya fajar secara perlahan-lahan muncul ke atas, menyingkap gelapnya malam.

Semalam Chandra pergi ke kediaman Tiga Keluarga Besar yang lain dan menghabisi kepala keluarga dari Tiga Keluarga Besar tersebut. Lalu mengambil kepala mereka dan mempersembahkannya untuk kakek dan juga keluarga Atmaja yang lainnya.

Sementara itu, hari ini akan ada sebuah acara yang sangat besar di Kota Rivera. Acara tersebut bahkan sampai melibatkan lima distrik besar.

Selama ini, belum ada pengumuman resmi mengenai pelantikan Arya. Akan tetapi, hari ini tiba-tiba muncul sebuah pengumuman, bahwa upacara tersebut akan dilakukan pada siang hari, di salah satu pangkalan militer Kota Rivera.

Setelah pengumuman resmi ini diumumkan, masyarakat langsung menjadi gempar. Banyak dari mereka yang berusaha agar bisa mendapatkan undangan resmi untuk menghadiri acara pelantikan tersebut.

Tidak berapa lama kemudian, muncul lagi sebuah berita lain ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 53

    Romy sama sekali tidak mengerti, mengapa Hindi bisa setakut itu.Namun pria itu sangat yakin, bahwa Hindi pasti sudah mengetahui siapa pembunuh ayah mereka yang sebenarnya. Juga mengetahui, siapa pembunuh kepala keluarga dari Empat Keluarga Besar yang lain.Mau tidak mau, sebuah keluarga terlintas di benak pria itu.Keluarga Atmaja! Orang yang mempunyai dendam dengan keluarga Sinaga, di saat yang sama juga mempunyai dendam mendalam dengan tiga keluarga besar yang lain. Hanya keluarga Atmaja-lah satu-satunya kandidat dalam hal ini.Keluarga Atmaja yang sepuluh tahun lalu telah dimusnahkan!Pria itu tidak bertanya lebih lanjut lagi, juga tidak mengatakan apa pun. Hanya membalikkan badannya, lalu menoleh pergi.Hindi berbaring di atas kasur di rumah sakit dengan pikiran yang kosong. Saat ini, semua harapan yang pernah dimiliki oleh perempuan itu sudah sirna dan hancur berkeping-keping.Perempuan itu pernah bermimpi, untuk membangkitkan kembali kejayaan keluarga Sinaga.Sekarang perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 54

    Di hari pelantikan Arya, kepala keluarga dari Tiga Keluarga Besar di Kota Rivera meninggal dengan tragis. Hal ini pun membuat masyarakat gempar.Sementara itu, setelah Chandra selesai memberi penghormatan di makam keluarga Atmaja, pria itu pun kembali ke Imperial Residence untuk mandi dan mengganti pakaian.Setelah selesai mandi, pria itu mengambil ponselnya, lalu menyadari ada beberapa panggilan masuk yang tidak terjawab dan pesan yang masuk.Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi hari.Di rumah keluarga Kurniawan.Nova duduk di atas tempat tidur, di dalam kamar sambil memegang ponselnya, sepasang matanya terus menerus menatap layar ponsel itu.Dari kemarin malam, perempuan itu terus menerus menunggu telepon ataupun pesan yang masuk dari Chandra.Dirinya juga sudah berusaha, untuk menahan dirinya agar tidak menghubungi pria itu duluan.Satu malam telah berlalu, akhirnya perempuan itu tidak sanggup lagi untuk terus menahan dirinya.Perempuan itu pun menelepon Chandra berka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 55

    “Chan.”Nova langsung berjalan maju menyambut pria itu. Sambil menarik tangan Chandra, perempuan itu berkata dengan raut wajah meminta maaf, “Maaf, semalam aku sudah bicara terlalu kasar kepadamu. Semalam kamu pergi ke mana?”“Aku pergi tidur di tempat Paul, semalam.”“Sampah! Masih punya muka untuk datang?” Leon berjalan ke arah mereka berdua dengan sangat angkuh. Lalu menatap Chandra dengan pandangan yang sangat menghina, kemudian melihat ke arah mobil tanpa plat nomor itu dengan pandangan jijik, “Kamu nggak mungkin mengendarai mobil itu untuk pergi ke acara pelantikan, kan? Sungguh memalukan …, kamu juga sama!”Leon menunjuk ke arah Hendro, lalu berkata dengan nada sinis, “Coba lihat, mobil apa yang kamu bawa itu! Benar-benar membuat malu keluarga Kurniawan saja!”Hardi berjalan ke depan, lalu melihat ke arah mobil Chandra dan juga Hendro. “Benar-benar buat malu! Sebaiknya kalian nggak usah bawa mobil itu, lihat mobil mana yang kosong, kalian ikut saja di dalamnya. Kalau bukan karen

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 56

    Yani pun ikut naik mobil bersama Chandra dan Nova, sementara Boni dan Hendro memilih untuk pulang.Chandra pun mulai membawa mobilnya menuju sebuah markas militer.Dengan cepat, mobil Chandra pun berhasil menyusul rombongan keluarga Kurniawan. Namun, pria itu tidak bergegas sedikit pun juga, sebaliknya malah mengikuti rombongan konvoi tersebut dari belakang dengan santai.Walaupun keluarga Kurniawan termasuk keluarga kelas menengah, mereka masih mempunyai cukup uang. Mobil yang digunakan oleh keluarga mereka pun semuanya adalah mobil mewah. Sementara, Kosim juga mengendarai sebuah mobil mewah dari rumahnya, dan menyusul iring-iringan keluarga Kurniawan.Iring-iringan mobil keluarga Kurniawan ini sangatlah mewah dan juga ramai.Belasan mobil mewah berjalan, didampingi oleh iringan dari pemain drum, benar-benar sangat istimewa.Terlebih adalah tulisan spanduk dari iringan mobil di paling depan. Banyak orang lewat atau hanya sekedar berpapasan di jalan, buru-buru mengeluarkan ponsel merek

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 57

    Mereka semua sudah mengerti tentang surat undangan, surat undangan dibagi menjadi beberapa tingkatan, umumnya undangan yang terbuka untuk umum memiliki tempat duduk biasa dan hanya bisa berdiri di belakang untuk menonton, tetapi tamu VIP berbeda, mereka duduk di barisan paling depan.Toni mengeluarkan surat undangan tamu VIP yang mengejutkan banyak orang."Keluarga Kurniawan ini hanyalah keluarga kelas dua, bagaimana mungkin ada surat undangan untuk tamu VIP?""Tidak heran jika sambutannya begitu megah, ternyata tamu VIP dari Arya."Banyak orang berdiskusi.Mereka semua merasa bahwa keluarga Kurniawan memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Arya. Jika tidak, bagaimana mereka bisa mendapatkan surat undangan tamu VIP? mereka yang bisa duduk di kursi tamu VIP adalah orang-orang hebat, duduk di kursi VIP bukanlah hal yang dapat dilakukan begitu saja walaupun kaya raya."Eh, Kak Toni, apa kabar?""Kak Toni, aku sudah tidak melihatmu selama lebih dari sepuluh tahun, kamu terlihat makin mud

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 58

    Reformasi Gabungan Lima Wilayah Militer merupakan hal penting bagi lima wilayah besar, oleh karena itu semua pejabat penting dari ke lima wilayah harus berpartisipasi.Seharusnya, hal internal seperti ini tidak dapat disaksikan oleh orang luar, tapi kali ini Arya yang berhasil terpilih sebagai pemimpin dari Gabungan Lima Wilayah Militer membuat pengecualian dan membuka banyak kursi untuk umum.Pada surat undangan yang dikirimkan tertera nomor dan masing-masing nomor mempunyai tempat yang sesuai dengan nomor tersebut.Mendengar bahwa mereka akan memasuki acara, semua orang segera membukakan jalan untuk Toni karena dia adalah tamu VIP, dia duduk di depan dan posisinya sama dengan para pemimpin daerah militer, orang seperti ini haruslah menjadi yang pertama masuk ke acara."Ini?"Toni sedikit bingung dan tidak bereaksi sampai terdengar suara, "Kak Toni, tunggu apa lagi, cepat.""Apa, aku masuk duluan?", Setelah sedikit terpana, dia tertawa terbahak-bahak, sambil memegang tongkat dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 59

    Tadi baru saja memberi hormat, kenapa sekarang malah mengusirnya?keluarga Kurniawan yang sedang mengambil video dengan ponsel mereka semuanya tercengang ketika melihat hal ini.Letnan Jenderal berkata dengan dingin, "Surat undangan Arya pun berani kamu palsukan, benar-benar tidak tahu diri. Mengingat ini adalah pelanggaran pertama, kali ini akan saya lepaskan kamu, jika tidak kamu harusnya sudah di bunuh." Toni mengabaikan rasa sakit di tubuhnya segera bangun karena malu lalu menatap Kevin dan berkata, "Kevin, tolong bantu aku, surat undangan ini dikirim secara langsung ke keluarga Kurniawan oleh Tentara Militer Barat karena bantuan darimu, kan?"Ketika Kevin mendengar sang Letnan Jenderal mengatakan bahwa Toni telah membuat surat undangan palsu, dia sama sekali tidak berani menunjukkan bahwa dia mempunyai hubungan dengan Toni, dia langsung berkata, "Toni, jangan asal bicara. Kamu membuat surat undangan palsu tidak ada hubungannya denganku."Toni panik melihat sekeliling dan menemuka

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Jenderal Naga   Bab 60

    Toni menyesali bahwa dia telah sombong dan menyebarkan berita di luar area militer yang menimbulkan ketidakpuasan dari atasan hingga dia didiskualifikasi untuk mengikuti acara.Pada saat bersamaan, klakson berbunyi, segera setelah itu dia melihat Chandra sedang mengendarai mobil.Dia yang sedang sangat kesal dan tidak dapat meluapkan kekesalannya berjalan dengan tongkat ke depan mobil, dengan marah berkata, "Sampah, apa malu ini nggak cukup? Cepat singkirkan mobil ini dari sini.""Tit."Chandra memandang Toni yang berdiri di depan mobil sambil berteriak padanya membunyikan klakson dan memberi isyarat padanya untuk pergi.Yani menjulurkan kepalanya keluar, "Pa, ada apa dengan Papa, mengapa Papa begitu berantakan? Kata Chandra Papa bisa masuk, Papa kan sudah tua, ayo masuk mobil."Kata-kata Yani membuat Toni marah sampai bergetar.Dia juga sengaja ingin Toni marah, karena dia tahu bahwa harga diri Toni tinggi, tidak mungkin dia akan masuk ke mobil ini dan tidak akan percaya apa yang dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

  • Jenderal Naga   Bab 1954

    Jayhan berdiri dengan percaya diri, memandang Chandra yang terhuyung-huyung dengan tubuh penuh luka. Meski kekuatannya jauh melampaui Santara, ketahanan Chandra berhasil membuat Jayhan terkejut.“Anak muda, aku sungguh meremehkanmu,” ujar Jayhan, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Kabarnya hari ini adalah hari bahagiamu. Kau akan menikahi tiga wanita sekaligus, bukan? Aku penasaran, seberapa lama kau bisa bertahan.”Jayhan melambaikan tangannya, memunculkan kekuatan besar yang menarik tubuh Sonia dari kejauhan. Tubuh Sonia terlempar dan jatuh di samping Chandra yang terkapar lemah. Dengan gerakan tenang, Jayhan mencabut pedang panjangnya, lalu menempatkan ujungnya di leher Sonia.“Chandra,” katanya dengan nada sinis, “apa kau akan merasa sakit hati jika aku membunuhnya sekarang?”Sonia, meski lemah, tidak gentar. Dengan suara serak tetapi penuh keberanian, dia menjawab, “Bunuh saja. Tidak perlu banyak bicara.”Mati di sisi Chandra? Itu sudah cukup bagi Sonia. Dia merangkak pelan mendeka

  • Jenderal Naga   Bab 1953

    Jayhan tertegun. Di Bumi, energi spiritual sangatlah tipis. Namun, saat ini, energi itu berkumpul dengan luar biasa kuat di satu titik. Fenomena seperti ini hanya mungkin terjadi jika seseorang menggunakan teknik kultivasi tingkat tinggi. Dengan satu lambaian tangan, Jayhan menciptakan kekuatan besar yang menyapu puing-puing. Chandra, yang tengah menggunakan Sembilan Transformasi Tubuh Emas, tak mampu melawan kekuatan itu. Tubuhnya terangkat dan terlempar ke hadapan Jayhan sebelum jatuh dengan keras ke tanah. “Kau masih hidup?” Santara tampak terkejut. Dia tahu betapa mematikannya serangan yang dilancarkannya tadi. Tidak ada seorang pun di bawah Alam Mahasakti yang seharusnya bisa bertahan. Namun, Chandra ternyata masih bernapas.Chandra terbaring di tanah. Tubuhnya menggigil hebat, dan darah segar kembali keluar dari mulutnya, membasahi tanah di sekitarnya. “Chandra ....” Sonia yang melihat itu segera mencoba mendekatinya. Tetapi, sebelum sempat mencapai Chandra, kekuatan tak

DMCA.com Protection Status