Semua orang pun tenang setelah mendengar penjelasan Dion.Chandra dan Nova yang baru turun juga mendengar ucapan Dion."Sayang, tolong Sandra ...." Nova menarik pergelangan tangan Chandra.Chandra melambaikan tangan. "Dia muridnya Dokter Santo, 'kan? Biar saja dia periksa, kita tunggu dulu."Dion memperhatikan Sandra yang berbaring di atas sofa. Paha Sandra merah dan bengkak akibat digigit ular berbisa. Secara perlahan-lahan, bekas gigitan ular tampak berubah menjadi warna hitam. Artinya racun ular sedang menyebar ke seluruh pembuluh darah.Dion mengulurkan tangan dan memencet sekitar bekas gigitan ular."Ah!" Sandra berteriak kesakitan."Sandra, tahan dulu. Ada aku, tenang saja! Kamu nggak akan mati, kok. Aku harus mengeluarkan racun di dalam tubuhmu. Begini saja, aku akan mengobatimu di kamar. Di sini terlalu banyak orang, aku nggak bisa fokus," kata Dion.Kepala Sandra terasa pusing, dia seperti orang yang setengah sadar. Jika bekas gigitan ular tidak segera diobati, Sanedra bisa ma
"Chandra, kamu nggak usah ikut campur!"Beberapa wanita menarik dan mengusir Chandra."Memangnya kamu siapa? Kamu bisa mengobatinya?""Kamu bukan dokter, jangan berlagak hebat!""Nova, urus suamimu! Menantu pecundang seperti dia bisa apa?"Nova menatap mereka semua sambil berkata, "Suamiku memiliki keterampilan medis. Dia adalah dokter yang hebat, aku memercayai kemampuannya. Dia pasti bisa menyelamatkan Sandra.""Kamu yakin?""Kalau terjadi apa-apa, kamu mau bertanggung jawab?""Tutup mulut kalian!" Suara Chandra terdengar mengerikan.Semua orang langsung terdiam ....Chandra memeriksa luka Sandra dan gejala yang dialaminya. Pupil Sandra terlihat memutih, denyut nadinya juga berdetak cepat."Ular pucuk?" Chandra menyipitkan mata.Ular pucuk memang sangat beracun, korban bisa tewas dalam waktu satu jam setelah digigit.Setahu Chandra, biasanya ular pucuk dikembangbiakkan untuk dikombinasikan bersama beberapa jenis tanaman herbal yang diracik menjadi ramuan obat.Chandra sontak menoleh
Dion sangat kesal, Chandra telah merusak semua rencananya.Dion tidak akan tinggal diam, dia ingin menghancurkan nama baik Chandra."Fitnah!" Nova maju dan membela Chandra. "Suamiku bukan orang kayak gitu. Dia nggak memelihara ular seperti yang kalian tuduhkan.""Nova, rambut mungkin sama hitam, tapi hati orang siapa yang tahu?""Iya, kamu dan Chandra juga baru menikah. Memangnya kamu tahu tabiat suamimu?"Sekelompok orang malah menyerang Nova.Sandra sudah sadar sepenuhnya, dia bangkit dari sofa dan duduk menatap Chandra. Suara Sandra terdengar lemas, "Aku percaya Chandra, dia nggak mungkin memelihara ular."Chandra menatap Sandra dengan penuh kekaguman. Walaupun arogan, Sandra adalah wanita yang rasional.Dion panik dan berkata, "Sandra, jangan mau dibohongi bajingan ini. Kamu digigit ular berbisa, nggak mungkin sembuh secepat ini. Mana mungkin beberapa jarum itu bisa menyembuhkanmu? Bahkan guruku pun nggak punya kemampuan sehebat itu. Nova memang sahabatmu, tapi bukan berarti suamin
Chandra membuka pintu, lalu menyalakan lampu kamar.Begitu membuka pintu, Chandra pun merasa ada yang janggal. Dia melihat sebuah kotak kecil asing yang terletak di atas meja.Chandra yakin, kotak itu bukanlah miliknya. Kenapa tiba-tiba bisa ada di kamarnya?"Jangan bergerak!" Tiba-tiba Dion berteriak.Chandra berdiri di tempat, sedangkan Dion membawa yang lainnya untuk menggeledah kamar. Dion berpura-pura menggeledah, akhirnya dia membuka kotak kecil yang terletak di atas meja dan tampak seekor ular yang melata keluar."Ah ...." Semua orang menjerit ketakutan.Dion langsung menangkap ular itu, lalu melemparnya ke tembok dan menginjaknya sampai mati.Setelah ular dibunuh, Dion menoleh ke arah Chandra dan bertanya, "Kamu masih ingin mengelak?""Ini ...." Nova menatap Chandra.Sebelum meninggalkan kamar, Nova yakin tidak melihat kotak itu di atas meja. Kenapa tiba-tiba kotak itu berada di kamarnya?"Ternyata memang Chandra pelakunya.""Menjijikkan!""Manusia jahat! Kamu tahu itu ular ber
Nova tampak gelisah. Kenapa acara reuni malah merusak persahabatannya dengan Sandra?Berbeda dengan Sandra, Janice sudah menjadi bagian Keluarga Kosasih. Wajar saja Janice membela keluarga suaminya.Namun untuk masalah ini, Sandra sudah salah paham kepada Nova. Jelas-jelas Nova dijebak."Sayang, bagaimana? Lakukan sesuatu." Nova mendesak.Chandra duduk sambil merokok. "Jangan cemas, serahkan saja padaku. Aku akan membereskannya, kamu tunggu saja di kamar. Aku mau memeriksa apakah pelayan di vila ini memiliki kartu cadangan."Jendela dikunci dari dalam, orang suruhan Dion tidak mungkin menyelinap lewat jendela. Hanya ada satu jalan masuk, yaitu pintu utama ...."Cepat, cepat periksa," kata Nova.Chandra harus memeriksa apakah Dion menyuap salah satu pelayan di vila ini. Jika memang pelayan di vila ini terlibat, Dion bisa mendapatkan kunci cadangan dengan mudah.Di saat bersamaan, Sandra masuk ke dalam kamar dengan masih mengenakan bikininya yang seksi. Sehelai thong tipis yang menutupi
Sandra membuka matanya secara perlahan-lahan.Pandangan Sandra agak kabur. Dia bisa melihat seseorang yang berdiri di hadapannya, tetapi dia tak dapat melihat wajahnya."Chandra?" Sandra mulai berhalusinasi. Dia mengira Dion adalah Chandra, mantan kekasih yang masih dicintainya selama 10 tahun ini."Benar, ini aku ...." Dion menyeringai licik.Ini adalah salah satu khasiat obat yang diracik Dion. Obatnya mampu membuat korban berhalusinasi dan membayangkan sosok yang dicintainya. Dengan begitu korban rela memberikan dirinya secara sukarela.Dion langsung memeluk Sandra. Tak disangka, ternyata Sandra juga membalas pelukan Dion.Di saat bersamaan, seseorang berdiri di luar jendela dan menyaksikan perbuatan Dion.Ternyata Chandra ....Chandra mengerutkan alis. Sebenarnya dia tidak mau ikut campur, tetapi perbuatan Dion terlalu menjijikkan.Ditambah, Sandra adalah mantan kekasih Chandra. Chandra tidak tega melihat kesucian Sandra dirusak oleh bajingan seperti Dion.Chandra menendang pintu j
"Aku akan menghabisimu!" Dion mengangkat sebuah kursi kayu, lalu melemparnya ke kepala Chandra.Respons Chandra sangat cepat, dia bergegas membalikkan badan dan menahan serangan Dion.Kursi kayu yang kokoh hancur seketika, sedangkan Dion terpental hingga tubuhnya menabraknya dinding. Sekujur tubuh Dion terasa sangat sakit, dia hanya bisa merintih kesakitan, "Ah ...."Chandra mengabaikan Dion yang kesakitan, lalu berjalan ke tempat tidur dan memapah Sandra untuk duduk. Sekujur tubuh Sandra seperti tidak memiliki tulang, dia lemas dan tidak bisa duduk.Chandra memegang bahu Sandra agar dia tidak terjatuh. Kemudian, Chandra menggosok tulang punggung sampai ke bokong Sandra, dia mengulang gerakan ini sebanyak beberapa kali.Setelah selesai, Chandra membaringkan Sandra ke atas tempat tidur, lalu menggosong sekujur tangannya sebanyak beberapa kali.Punggung, tangan, kaki, semua digosok secara berulang kali ....Teknik totok akupunktur dan jarum perak berhasil mengeluarkan semua racun yang ad
"Bajingan!" Sekelompok pria memarahi Chandra.Mereka semua adalah orang-orang munafik. Di saat memaki Chandra, mereka masih sempat menatap tubuh indah Sandra. Mereka bahkan bisa memaklumi kenapa Chandra ingin merebut Sandra dari tangan Dion.Sandra sangat seksi dan memesona. Semua pria di sini juga ingin mendapatkan Sandra, bedanya mereka cuma bisa berkhayal, tetapi tidak punya keberanian untuk melakukan apa-apa.Nova tidak memercayai ucapan Dion. Nova memapah Sandra dan bertanya, "Sandra, katakan sesuatu ....""Aku, aku juga nggak tahu." Sandra masih linglung, dia tidak bisa mengingat semua yang terjadi.Sandra hanya ingat Dion memapahnya ke kamar, tetapi di belakang malah Chandra yang membelai tubuhnya.Sandra menggelengkan kepala, suaranya terdengar masih lemah. "Aku benar-benar nggak tahu. Aku nggak ingat semuanya. Aku hanya ingat Chandra meraba punggung, kaki, dan tanganku.""Cih ...." Chandra terkikik.Chandra menggosok tubuh Sandra untuk mengeluarkan semua sisa racun di dalam tu
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd