"Bajingan!" Sekelompok pria memarahi Chandra.Mereka semua adalah orang-orang munafik. Di saat memaki Chandra, mereka masih sempat menatap tubuh indah Sandra. Mereka bahkan bisa memaklumi kenapa Chandra ingin merebut Sandra dari tangan Dion.Sandra sangat seksi dan memesona. Semua pria di sini juga ingin mendapatkan Sandra, bedanya mereka cuma bisa berkhayal, tetapi tidak punya keberanian untuk melakukan apa-apa.Nova tidak memercayai ucapan Dion. Nova memapah Sandra dan bertanya, "Sandra, katakan sesuatu ....""Aku, aku juga nggak tahu." Sandra masih linglung, dia tidak bisa mengingat semua yang terjadi.Sandra hanya ingat Dion memapahnya ke kamar, tetapi di belakang malah Chandra yang membelai tubuhnya.Sandra menggelengkan kepala, suaranya terdengar masih lemah. "Aku benar-benar nggak tahu. Aku nggak ingat semuanya. Aku hanya ingat Chandra meraba punggung, kaki, dan tanganku.""Cih ...." Chandra terkikik.Chandra menggosok tubuh Sandra untuk mengeluarkan semua sisa racun di dalam tu
Tindakan Ken sontak membuat semua orang membelalak.Ken adalah artis besar yang sangat dihormati. Sepertinya tak ada wanita yang sanggup mengabaikan ketampanan Ken.Ken terpaksa mengesamping semua harga dirinya, tak ada pilihan lain, dia tidak mau mati.Ken berlutut dan meminta maaf, "Nona Nova, aku salah, maafkan aku. Tolong maafkan aku."Salah satu penggemar Ken tidak terima melihat idolanya berlutut di hadapan Nova. Penggemar itu menghampiri Ken dan memapahnya untuk bangkit berdiri."Ken, kamu kenapa? Kamu adalah artis papan atas, idola banyak orang. Ngapain berlutut sama dia?""Nova, apa yang kamu lakukan kepada Ken?"Semua idolanya Ken langsung mencerca Nova. Mereka murka melihat Ken yang berlutut kepada Nova. Sandra juga menatap Nova dengan keheranan. Hanya Nova yang tahu apa yang terjadi. Katanya Chandra cuma memberikan penjelasan, kenapa Ken malah datang dan berlutut meminta maaf?"Sayang?" Nova melirik Chandra.Chandra mengangkat kedua bahunya dan berkata, "Ngapain lihat aku?
Chandra menguap, dia sudah ngantuk. Akhirnya Chandra menyimpan ponselnya dan bersiap-siap tidur.Di saat bersamaan, Chandra merasakan sepasang mata yang memperhatikannya dari luar jendela. Chandra mengerutkan alis, dia berjalan secara perlahan-lahan ke arah jendela, lalu membuka tirainya.Chandra melihat sebuah sosok yang melompat dari satu balkon ke balkon lain dan akhirnya kabur ke belakang gunung.Chandra langsung melompat keluar dari jendela dan berlari mengejar sosok itu. Sosok tersebut sangat cepat dan lincah, dia berlari sangat cepat.Chandra mengejar sosok tersebut hingga ke belakang Gunung Geo.Di depan sana terdapat sebuah hutan pegunungan yang luas. Chandra memperlambat langkah dan meningkatkan kewaspadaannya.Sembari berjalan, Chandra juga memperhatikan situasi di sekelilingnya."Swoosh ...." Angin berembus meniup dedaunan pohon."Siapa di sana? Keluar!" teriak Chandra.Chandra sontak mengangkat kepala, lalu melemparkan beberapa jarum perak ke atas.Tampak sebuah sosok berp
Sosok bertopeng adalah lawan yang kuat, tetapi Chandra juga bukan orang lemah.Chandra memberikan serangan secara tiba-tiba, sosok bertopeng terkejut dan bergegas menghindar.Meskipun tidak mengenai kepalanya, Chandra berhasil menendang sosok bertopeng hingga membentur sebuah pohon besar.Sosok bertopeng jatuh ke tanah, lalu memuntahkan seteguk darah. "Uhuk!"Sosok bertopeng berusaha bangkit berdiri, tetapi Chandra bergegas mendekat dan menginjak tubuhnya sekuat mungkin. Kemudian Chandra berjongkok dan hendak membuka topeng sosok ini.Diam-diam sosok bertopeng mencabut belati yang ada sepatunya dan menusuk dada Chandra. Namun Chandra sudah menebaknya sejak awal, Chandra melemparkan beberapa jarum perak dan belati yang dipegang pun terjatuh tak berdaya.Chandra tersenyum sambil membuka topek sosok ini. Tebakan Chandra benar, sosok ini adalah seorang wanita.Chandra mengeluarkan beberapa batang jarum dan menusuk kaki wanita ini. Setelah itu Chandra menyeretnya untuk bersandar di sebuah p
Chandra menghentikan gerakannya, lalu menyingkir dan lanjut merokok.Menyadari tangan yang berhenti membelainya, wanita ini pun membuka matanya secara perlahan-lahan dan melirik ke samping."Setahu aku Naga Hitam adalah orang yang kejam dan berdarah dingin. Kayaknya gosip itu nggak benar," kata wanita ini."Pergi!" Chandra meliriknya sambil melambaikan tangan.Wanita ini tertegun, Chandra melepaskannya begitu saja?Sebelum melaksanakan tugas ini, wanita ini tahu betul konsekuensi dari kegagalannya adalah kematian. Di luar dugaan, wanita ini tidak menyangka kalau Chandra akan melepaskannya dengan mudah."Ka-kamu melepaskanku?" Wanita ini kembali memastikan."Pergi!" teriak Chandra.Pembunuh wanita berusaha bangkit berdiri, dia terlihat agak menyedihkan. Setelah memastikan Chandra tidak menyerangnya lagi, pembunuh wanita ini pergi sambil menyeret tubuhnya.Setelah berjalan beberapa langkah, pembunuh wanita menoleh dan menatap Chandra yang sedang duduk di bebatuan. Pembunuh wanita terliha
Chandra tetap bersembunyi, dia tidak berani bergerak sembarangan.Namun satu hal yang Chandra tahu, wanita itu akan mati karena gagal membunuhnya. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mendapatkan simpati wanita itu.Wanita itu bersembunyi di balik sebuah pohon besar yang terletak tak jauh dari sana. Dia memegang dadanya yang berlumuran darah.Wanita itu tertembak dan kondisinya lumayan parah. Dia tidak akan bisa bertahan terlalu lama.Pria bertopeng berjalan mengikuti jejak darah dan tiba di pohon tempat wanita itu berlindung."Lia, kamu tahu aturan organisasi, gagal berarti mati. Sebenarnya kamu nggak perlu dibunuh, tapi kenapa kamu membiarkan musuh membuka topeng dan melihat wajahmu? Identitasmu sudah terungkap, kamu harus dibunuh sesuai aturan organisasi," kata pria bertopeng.Akhirnya pembunuh wanita keluar dari persembunyiannya, dia terlihat sangat pucat.Pembunuh wanita menatap pria bertopeng, lalu berkata, "Selama ini aku selalu setia dan bekerja keras untuk organisasi. Lantas
"Istana Gelap adalah organisasi pembunuh bayaran misterius yang tersebar di seluruh dunia. Istana Gelap juga merupakan organisasi yang berspesialisasi dalam melatih para pembunuh bayaran."Chandra tidak banyak tahu menahu soal pembunuh bayaran. Dia pun penasaran dan bertanya, "Katanya kamu salah satu dari 5 pembunuh level 3 Istana Gelap? Aku nggak tahu apa-apa soal Istana Gelap, tapi dari ceritamu, berarti masih ada 2 pembunuh level 3 yang sekuat dirimu?""Bisa dibilang begitu." Dahlia mengangguk."Siapa mereka?" Chandra lanjut bertanya.Dahlia menggelengkan kepala. "Aku juga nggak tahu. Berdasarkan aturan Istana Gelap, kami semua harus mengenakan topeng. Kami nggak pernah melihat wajah satu sama lain. Aturan Istana Gelap bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas. Istana Gelap tidak mengenal kata gagal, setiap yang mengambil misi harus berhasil menyelesaikan tugasnya. Konsekuensi gagal menyelesaikan misi adalah mati, wajah asli terekspos juga harus mati.""Lalu apa rencanamu selanj
"Plak!" Dandi menampar anak buahnya.Memang ada banyak wanita cantik di sini, tetapi Dandi tidak boleh menyentuh mereka. Dandi tidak mau memperbesar masalah, lagi pula yang lain tidak menyinggung Dandi.Dandi hanya ingin memberikan pelajaran kepada Chandra, Nova, dan Sandra.Selain mereka bertiga, Dandi tidak akan menyentuh yang lainnya. Jika sampai orang-orang murka dan menuntutnya, bahkan Dousen pun tidak bisa berkutik."Nyalakan saklar listrik!" Dandi memerintahkan."Baik." Anak buahnya bergegas pergi menyalakan listrik.Begitu listrik nyala, Dandi terpesona melihat Sandra dan Nova yang sedang tidur. Dandi menelan air liur, dia sudah lama mengagumi kecantikan kedua wanita ini.Dandi berjalan mendekat sambil tersenyum penuh hasrat. Nova berpakaian tertutup, sedangkan Sandra mengenakan gaun tidur seksi yang sangat menggoda.Dandi mengeluarkan sebuah botol kecil, lalu membuka dan meletakkannya di depan hidung Sandra."Uhuk, uhuk ...." Sandra tersedak dan sadar setelah mencium aroma bus
Jamal memanfaatkan Tara sebagai sandera untuk mengancam Santara. Santara menggenggam pedangnya erat-erat, wajahnya suram. Sambil bertarung dengan Raja Januar, dia memperhatikan jalannya pertempuran Tara dan melihat bahwa orang yang mengalahkan Tara ternyata adalah seorang wanita. Dia melirik Nova dengan penuh perhatian. Saat ini, mata Nova sudah kembali normal, dan darah yang mendidih di tubuhnya perlahan mereda, mengurangi aura kuat yang menyelimutinya. “Darah Iblis, ya?” gumamnya pelan. Akhirnya, Santara memilih untuk menghentikan pertarungan. Kekuatan para pesilat kalangan manusia bumi ternyata jauh melebihi dugaannya. Setelah dia menyarungkan pedangnya, Raja Januar pun menghela napas lega. Raja Januar turun ke tanah terlebih dahulu, berhenti di depan Jamal. Nova juga telah keluar dari kondisi transformasinya, wajahnya pucat dan tubuhnya lemas seolah semua energi telah terkuras habis dalam pertarungan sebelumnya. Dengan langkah pelan, dia berjalan menghampiri Chandra. Chan
Saat Tara ragu, Nova sudah menyerang dengan cepat. Dentuman keras terdengar saat pedang mereka bertemu, memicu ledakan energi sejati yang mengguncang ruang di sekitarnya. Nova terlempar ke belakang, tetapi Tara juga terdorong beberapa langkah mundur. Dalam hatinya, Tara terkejut, “Kekuatan yang mengerikan.” Darah dalam tubuh Nova mendidih, seperti gunung berapi yang akan meletus, melepaskan kekuatan besar yang memperkuat tubuhnya. Meski baru mencapai Alam Kesembilan, kekuatan ini membuatnya mampu mengimbangi, bahkan mendorong mundur Tara. “Mati!” Mata Nova yang merah menyala menatap Tara dengan penuh amarah. Ia mengerahkan energi sejati Bintang Iblis, mengalirkannya ke dalam Pedang Keji Sejati, lalu menggunakan jurus Pedang Iblis. Jurus ini kuat dan agresif, penuh dengan energi yang dahsyat, menambah kehebatan serangannya. Dalam wujud yang sudah berubah ini, kekuatan Nova meningkat berkali-kali lipat. Bahkan Tara, yang berada di Alam Mahasakti, mulai kesulitan menahan seranga
Chandra memusatkan seluruh energi sejati semesta, kekuatan darah, dan ototnya, membuat auranya seketika meningkat pesat. Tara mendekat dengan pedang terhunus. TRANG! Kedua pedang saling beradu. Dalam sekejap, Chandra cepat-cepat mengubah jurusnya, langsung mengincar titik lemah di tubuh Tara. Tara terkejut. Ia tidak menyangka bahwa teknik pedang Chandra begitu tidak terduga. Dia dengan cepat mengubah posisinya, berusaha menangkis serangan Chandra. Dengan mengerahkan seluruh kekuatannya, Chandra sementara ini mampu menahan serangan Tara. Ia juga menggunakan Jurus Pedang Pertama dan jurus Pedang Kilat Semesta, sehingga bisa sejenak bertahan melawan Tara. Hal ini memberi Jamal kesempatan untuk mundur. Jamal segera menarik diri ke kejauhan, mengeluarkan sebotol pil dan menelannya. Melihat Chandra yang bertarung sengit dengan Tara, Jamal tak bisa menahan kekagumannya, “Kuat sekali! Bahkan meski baru melepas dua belenggu, energi sejatinya sudah setara denganku. Kalau berhasil melep
Kedua sosok itu beradu telapak tangan, sehingga Raja Januar terpental jauh ke belakang, sementara Santara hanya mundur beberapa langkah. Dari bentrokan pertama ini, semua orang bisa melihat bahwa kekuatan Raja Januar masih di bawah Santara. Namun, Raja Januar tak gentar. Setelah menstabilkan tubuhnya, dia menghunus pedangnya dan kembali menyerbu ke arah Santara. Pertarungan sengit pun pecah di udara.Jamal, dengan wajah serius, berkata, “Kita harus cepat mengalahkan Tara, agar bisa membantu Ayah nanti.” Chandra mengangguk dan dengan cepat mencabut Pedang Naga Pertama. Bersama Jamal dan Sesepuh Klan Darah, Victor, mereka bertiga menyerbu ke arah Tara. Melihat mereka mendekat, Tara mendengus dingin, “Kalian benar-benar tak tahu diri!” Dia mencabut pedangnya, dan seberkas energi pedang menyebar seperti riak di permukaan air.Ketiganya segera menghindar dan bergerak mengelilingi Tara. Chandra, dengan Pedang Naga Pertama di tangan, melancarkan serangan pedang yang mengerikan. Setelah ber
Suasana hening, semua orang terdiam tanpa seorang pun yang berani bicara. Mereka paham, sekalipun Raja Januar mampu menahan satu sosok Alam Mahasakti, masih ada satu lagi yang menjaga Gunung Bushu. Sosok kedua ini cukup kuat untuk menghabisi semuanya. “Aku sudah melepas belenggu ketiga.” Saat semua orang tenggelam dalam keheningan, Jamal angkat bicara. Perkataan Jamal membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Setengah tahun lalu, Raja Januar membunuh Phoenix dan membawa pulang Esensi Phoenix serta Darah Phoenix. Esensi Phoenix diberikan kepada Chandra, namun masih ada sisa Darah Phoenix yang mengandung energi kuat. Dalam enam bulan ini, Jamal berlatih keras dalam pertapaannya, hingga berhasil melepas belenggu ketiga dan kini hanya selangkah lagi menuju Alam Mahasakti. Jamal berkata, “Aku, ditambah Chandra dan Sesepuh Klan Darah, kita bertiga mungkin tidak bisa mengalahkan satu Alam Mahasakti, tapi setidaknya kita bisa menahannya untuk sementara.” “Kalau begitu, ayo kita
"Jadi sekarang di Gunung Bushu, selain Santara, ada juga Suku Mistik Dewi?" "Iya," jawab Chandra sambil mengangguk, "Memang begitu." Raja Januar termenung sejenak. Kalau hanya satu orang kuat di sana, mungkin Raja Januar berani naik dan melihat-lihat. Tapi sekarang, Gunung Bushu dijaga dua sosok kuat dari Alam Mahasakti. Jika dia naik sendiri, jelas sulit baginya menghadapi dua orang sekaligus. “Apa Basita sudah datang?” Raja Januar melirik sekeliling, tapi tak melihat tanda-tanda Basita. Chandra menggeleng, "Aku sudah sampai sejak kemarin siang dan menunggu di kaki gunung. Tapi Basita belum juga muncul." “Kalau begitu kita tunggu saja,” ujar Raja Januar. “Gunung Bushu ini terkait dengan segel kuno. Aku yakin, Basita pasti akan datang.” Semakin banyak pesilat berdatangan dan bergabung untuk menunggu di sana. Tak lama, terdengar suara tawa dari kejauhan. Tampak Kadir berjalan mendekat sambil tertawa lebar, “Chandra! Sudah setengah tahun kita tidak bertemu. Kudengar kamu be
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd