Toni mengadakan acara ulang tahunnya di Imperial Residence. Ini adalah sebuah acara megah yang membuat sensasi di kota Rivera. Banyak orang-orang besar yang ikut memeriahkan acara ini. Beberapa dari mereka pergi ke tempat Nova, tetapi sebagian besar pergi ke Imperial Residence.Imperial Residence bukanlah tempat yang biasa. Keluarga Kurniawan mampu mengadakan pesta ulang tahun di tempat ini menunjukkan bahwa mereka memiliki hubungan dengan seseorang berlatar belakang luar biasa. Tidak satu pun yang menyangka Keluarga Kurniawan akan punya koneksi hebat lagi.Saat ini semua orang tahu alasannya adalah karena Keluarga Kurniawan memiliki menantu yang merupakan wakil ketua Polisi Khusus di Kota Rivera Utara. Kemudian seorang lagi dari Keluarga Sinaga yang bekerja sebagai sekretaris di Militer Rivera Utara.Sekretaris itu menggunakan koneksinya untuk membantu Keluarga Kurniawan mengadakan pesta ulang tahun di Imperial Residence.Hanya saja, sebagai penanggung jawab acara, Sekretaris Yvonne
Paul melaporkan situasinya.Dengan wajah mengerut, Chandra bertanya, "Bagaimana dengan persiapan Arya?""Saya sudah bertanya, katanya semua sudah lengkap berkumpul. Seratus pesawat tempur, tiga ratus tank, lima ratus kendaraan lapis baja, dan seribu kendaraan militer lainnya berkumpul di wilayah militer. Saya menunggu perintah dari Anda. Arya juga bilang, ini terakhir kalinya dia membantu Anda dan dia nggak ingin menyebabkan keributan yang terlalu besar."Chandra membalas dingin, "Biarkan mereka yang nggak berhubungan, tapi jangan biarkan yang berhubungan hidup."Paul merasakan intensitas hawa membunuh Chandra melalui layar telepon.Chandra keluar pergi ke Klinik Mortal. Dia berganti mengenakan jas serta luaran lengan panjang, tak lupa memakai masker yang sudah disiapkan terlebih dulu.Kesedihan sepuluh tahun lalu akan terselesaikan hari ini juga.Pinggir Kota Rivera, di dekat Danau Moonlight.Empat Keluarga Besar berkumpul di sini. Jalanan di kejauhan dipenuhi pria-pria dengan rompi h
Ini adalah pedesaan. Memang ada yang tinggal di daerah ini, tapi kebanyakan hanyalah petani lokal biasa. Lagi pula, di Perayaan Musim Gugur, tiap-tiap keluarga berkumpul dengan sanak saudara mereka masing-masing.Sejak pagi hari, ribuan orang bergerombol memenuhi area ini. Mereka semua turut membawa anak buah masing-masing.Pemandangan tak lazim ini mengejutkan para penghuni yang tinggal di sekitar. Semuanya membisu di dalam rumah masing-masing, tidak berani mengambil satu langkah pun keluar. Saking menakutkannya, beberapa bahkan sudah mengevakuasi diri lebih awal.Di kedua sisi jalan, banyak pria mengenakan jas hitam membawa teropong tangan. Tampang mereka garang tiada dua.Chandra dan Paul mendekat. Mereka menyuruh bawahan mereka tidak berbuat apa-apa untuk sementara waktu. Tak lama, Chandra tiba di kuburan Keluarga Atmaja. Tak jauh dari sana, tampak ada segerombolan orang, lalu di sisi gunung di kejauhan, ada beberapa lubang telah tergali, peti-peti mati disiapkan, dan rangkaian bun
Orang-orang dari Empat Keluarga Besar berbicara satu demi satu. Akan tetapi, Hindi sudah tidak berdaya lagi. Sekarang dia tidak mungkin menghentikannya. Satu yang dia harap, agar tidak ada terlalu banyak korban hari ini. Juga kesedihan Chandra benar-benar terobati.Selagi semua mata tertuju padanya, Chandra perlahan melepas topeng di wajahnya. Paul pun mengikuti. Ketika mereka terpampang jelas pada dunia luar."....""Ini Chandra Atmaja?""Chandra Atmaja? Menantu dari Keluarga Kurniawan?""Betul, Nova yang menyelamatkan, wajar kalau dia jadi anak tiri Keluarga Kurniawan. Si sampah sungai nggak berguna itu.""Hahaha, aku kira orang yang datang tamu spesial betulan, rupanya bukan.Sosok Chandra Atmaja membuat semua orang sesaat terkejut, tapi kemudian mereka menertawainya. Duma berkedip sesaat. Anak buahnya langsung mengerti. Mereka bergegas datang sambil menodong pistol ke kepala Chandra dan Paul.Meski demikian, dari awal hingga Chandra tampak tetap tenang."Hahaha.""Chandra, apa yang
Di langit, ratusan helikopter tempur terbang memutar.Di tanah, ratusan tank, kendaraan lapis baja, dan kendaraan militer lainnya bergulir maju.Boom! Boom! Boom!Tanah bergetar seiring tank mendekat.Pemandangan ini mengubah drastis ekspresi wajah anggota Empat Keluarga Besar, Duma, dan Tristan."Apa yang terjadi?""Bagaimana bisa ada tentara datang kemari?""Apa-apaan ini?"Semuanya saling menatap satu sama lain, melongo layaknya orang dungu."Mungkin saja latihan.""Iya, bisa saja latihan. Kita masih bisa melanjutkan agenda kita, asal jangan bertindak gegabah saja. Jumlah kita banyak karena ada acara adat keluarga-keluarga besar. Asal kita nggak bertindak gegabah, tentara-tentara yang berlatih itu nggak akan mengganggu kita.""Cepat, sembunyikan senjata kalian!"Preman-preman itu satu demi satu bergegas menyembunyikan senjata mereka.Jangan terburu-buru menyerang Chandra sekarang.Tunggu para tentara lewat terlebih dulu.Hindi terkejut melihat pemandangan ini. Dia tidak pernah menya
Paul berdiri lalu masuk ke dalam mobil dengan membawa setumpuk uang kertas, dupa, dan beberapa persembahan lain yang sudah disiapkan terlebih dulu. Chandra mendekati makam Robi Atmaja dan berlutut di tanah. Ujung matanya lembab karena air mata. Sepuluh tahun lalu, tepat pada hari ini, orang-orang dari Empat Keluarga Besar muncul di rumah Keluarga Atmaja, mengikat dan menyiksa mereka dengan segala cara yang keji.Saat itu, dia masih berusia delapan belas tahun. Mana mungkin dia melupakan pemandangan seisi anggota keluarganya diikat dan dibakar hidup-hidup. Teriakan mereka yang memekik dan menyayat telinga masih terdengar jelas hingga sekarang."Kalian, kalian semua ...."Chandra seketika berdiri, menunjuk beberapa orang yang tengah berjongkok. Sambil sedikit terisak, dia berseru, "Kalian semua yang sepuluh tahun, hewan-hewan liar berkulit manusia, kalau kalian punya sedikit saja hati nurani, tidak mungkin akan melakukan hal sekeji itu."Seruan itu bak suara guntur yang teredam.Anggota
Chandra berlutut di depan makam, lalu berseru ke arah langit hingga suaranya serak. Tangisannya begitu hebat, sampai-sampai suaranya hilang.Sepuluh tahun. Sudah sepuluh tahun.Sepuluh tahun lalu dia hanyalah seorang bocah berusia delapan belas tahun yang baru lulus SMA.Dirinya yang dulu penuh dengan visi dan harapan terhadap masa depan.Namun kemudian, sebuah tragedi menimpa, Keluarga Atmaja dihancurkan."Huaa .....""Brengsek, kalian monster, putriku hanya tiga tahun, kalian tega melakukannya!""Biarkan aku mati saja, kamu sudah membiarkan cucuku pergi ...."Bayangan anggota Keluarga Atmaja terbakar di dalam api yang membara masih sangat jelas tersisa. Chandra tidak mungkin melupakannya. Tepat di saat dirinya tersiksa karena tubuhnya termakan api dan dia menangis histeris, seorang perempuan muncul. Perempuan itu bergegas menembus api, menyelamatkannya, dan menariknya ke sungai.Terdorong oleh keinginan untuk tetap bertahan hidup, Chandra pun melompat ke dalam sungai. Dia mengapung m
Seusai mengucapkan dua kata itu, Chandra menoleh ke arah perempuan yang memegang tangan Kusuma. "Pak Kusuma, ini ....""Tuan, ini Selena Rejo, cucu saya.""Oh." Chandra mengangguk. "Dalam tiga hari ke depan, kamu pergi ke Empat Keluarga Besar, lalu ambil alih semua properti milik Keluarga Atmaja.""Tuan, ini ...." Kusuma sedikit terkejut.Chandra tahu Kusuma mengetahui banyak cerita-cerita terpendam. Sekarang dia tahu, kalau tiga puluh tahun lalu Keluarga Atmaja berpindah dari ibu kota kemari. Kusuma Rejo sudah mengikuti kakeknya sejak masa itu. Jadi seharusnya, pria tua itu tahu asal-muasal Keluarga Atmaja, mengenai kediaman milik keluarganya di Gunung Merabu, dan bahkan siapa saja yang menargetkan Keluarga Atmaja."Arya, bereskan urusan di sini. Lain kali aku akan mengundangmu makan bersama," ucap Chandra kepada Arya.Arya mengangguk sedikit, lalu memberi perintah tegas, "Semuanya bubar!"Setelah para tentara membubarkan diri, Arya menatap anggota-anggota Empat Keluarga Besar, juga p
Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara
Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma
Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd
Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie
Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba
Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.
Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l
Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.
Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete