Share

Bab 209

Author: Angin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Seusai mengucapkan dua kata itu, Chandra menoleh ke arah perempuan yang memegang tangan Kusuma. "Pak Kusuma, ini ...."

"Tuan, ini Selena Rejo, cucu saya."

"Oh." Chandra mengangguk. "Dalam tiga hari ke depan, kamu pergi ke Empat Keluarga Besar, lalu ambil alih semua properti milik Keluarga Atmaja."

"Tuan, ini ...." Kusuma sedikit terkejut.

Chandra tahu Kusuma mengetahui banyak cerita-cerita terpendam. Sekarang dia tahu, kalau tiga puluh tahun lalu Keluarga Atmaja berpindah dari ibu kota kemari. Kusuma Rejo sudah mengikuti kakeknya sejak masa itu. Jadi seharusnya, pria tua itu tahu asal-muasal Keluarga Atmaja, mengenai kediaman milik keluarganya di Gunung Merabu, dan bahkan siapa saja yang menargetkan Keluarga Atmaja.

"Arya, bereskan urusan di sini. Lain kali aku akan mengundangmu makan bersama," ucap Chandra kepada Arya.

Arya mengangguk sedikit, lalu memberi perintah tegas, "Semuanya bubar!"

Setelah para tentara membubarkan diri, Arya menatap anggota-anggota Empat Keluarga Besar, juga p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Jenderal Naga    Bab 210

    "N-Naga Hitam?" Kusuma kaget sekali mendengar ucapan Chandra. Salah satu dari Lima Jenderal di Someria. Naga Hitam Gurun Selatan yang mengguncang dunia di Perang Dunia setahun lalu?Cucunya secara tidak sadar memandang lama Chandra. Tidak ada yang mengetahui rupa Naga Hitam Gurun Selatan seperti apa. Siapa sangka, sosok legendaris itu rupanya datang dari Keluarga Atmaja.Chandra memandang Kusuma lalu bertanya, "Pak Kusuma, sekarang bisakah Bapak memberitahuku sesuatu tentang keluargaku?" Meski posisinya tinggi dan hak istimewanya banyak, tetapi selama ini dia tidak bisa menanyakan tentang sejarah Keluarga Atmaja.Dia merasa bahwa keluarganya tidak biasa.Dia merasa, lukisan warisan milik keluarganya tidak biasa.Kusuma menarik napas panjang.Karena Chandra adalah Naga Hitam, seharusnya dia bisa menghadapi musuh-musuh Keluarga Atmaja."Tuan Muda, Anda tahu Empat Keluarga Besar Someria?""Apa?"Chandra mengernyit. Empat Keluarga Besar Someria? Dia tidak pernah tahu tentang hal ini. Dia t

  • Jenderal Naga    Bab 211

    Sambil memegang kunci biasa itu, dia terus berpikir. "Apa hubungan antara makam kuno Raja Januar di perbatasan Gurun Selatan dengan Lukisan Gunung Merabu?" gumam Chandra pelan.Kemunculan Mawar membawa kunci rasanya bukan sebuah kebetulan belaka. Saat bertemu dengan perempuan itu, dia sedang mengejar keinginan membunuh seseorang. Keinginan itu tiba-tiba berhenti saat sampai di tempat parkir dan dia bertemu dengan Mawar.Artinya, Mawar bukan pemilik keinginan membunuh ini.Chandra merasa, semua ini sengaja diatur oleh seseorang.Pasti ada perancang di balik layar yang mengatur. Mulai dari kasus pencurian makam kuno. Yaitu membunuh semua orang, dan membiarkan Mawar datang ke sungai sambil membawa kunci, kemudian membiarkan kotak itu jatuh ke dalam air.Chandra terdiam sesaat, mengembuskan napas panjang.Untuk bisa memecahkan semua mister ini, satu-satunya cara adalah dengan mencari kotak itu terlebih dulu, membukanya, lalu melihat apa isinya. Baru mencari tahu apa koneksinya dengan Lukis

  • Jenderal Naga    Bab 212

    Jalan Nantaboga, sebuah restoran kecil.Chandra memesan beberapa masakan rumahan, ditemani beberapa botol alkohol berkualitas premium. Dia mengobrol, makan, dan minum dengan Paul hingga mabuk. Membahas hal-hal kecil dan besar yang mereka lalui selama sepuluh tahun terakhir.Setengah hari berlalu. Sekitar pukul tiga atau empat sore, keduanya sudah dalam kondisi mabuk. mabuk.Nova tiba-tiba menelepon. "Chandra, kamu di mana? Ada sesuatu yang terjadi."Suara mengkhawatirkan Nova membuat Chandra merinding. Seketika itu juga, mabuknya hilang. "Ada apa? Ada masalah apa?""Ada masalah di Pusat Medis Yorda milik Keluarga Kurniawan, cepat kemari.""Oke, aku segera ke sana." Chandra menutup telepon."Kak Chandra, ada apa?" tanya Paul.Chandra menggeleng. "Aku pun nggak tahu, Nova hanya bilang ada sesuatu terjadi di Pusat Medis Yorda milik Keluarga Kurniawan. Aku harus pergi melihat kondisi di sana.""Biar kuantar." Paul ikut berdiri."Kamu pulang saja. Jangan mengemudi, kita sudah minum banyak.

  • Jenderal Naga    Bab 213

    Setelah itu, barulah petugas keamanan membiarkan Chandra lewat.Chandra mendorong pintu dan melangkah masuk menuju aula. Banyak anggota Keluarga Kurniawan berkumpul di sana. Semuanya tampak khawatir setengah mati."Ada apa?" tanya Chandra sambil melangkah mendekat.Nova bergegas mendekati Chandra. "Kita juga nggak tahu," jawabnya terisak. "Tiba-tiba sekelompok orang datang berbuat onar di depan, mereka bilang ada pasien meninggal karena kita dan meminta ganti ruginya. Sekarang semuanya kacau. Bahkan wartawan pun sudah turun tangan langsung. Mau nggak mau, kita harus menutup tempat ini."Toni Kurniawan mendengarkan melalui telepon, sembari menelepon orang-orang berkuasa untuk membantu meredakan masalah ini."Kamu bau alkohol! Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu kira di sini masih belum cukup berantakan?" Yani Sanjaya menyembur ketika mencium bau alkohol di tubuh Chandra."Papa, Kakek, kabar buruk! Banyak orang di luar lagi-lagi datang dan memprotes kalau ada pasien yang sakit setelah me

  • Jenderal Naga    Bab 214

    Lobi yang awalnya begitu berisik seketika hening.Beberapa detik kemudian, seorang pria berusia tiga puluhan berbadan kekar menunjuk Chandra dengan tongkat logam di tangannya sambil mengeluarkan ekspresi mengancam. "Kamu siapa? Apa hakmu berbicara di sini?" serunya marah.Nova yang takut dipukul bersembunyi di balik Chandra."Betul, nggak perlu banyak bicara, ganti rugi uang kami!""Kalau kalian nggak mau ganti rugi, Pusat Medis Yorda akan kami porak-porandakan!""Ada-ada saja dokter gadungan kalian. Kalau memang nggak punya kemampuan, jangan buka praktik di Jalan Medis. Keluar saja dari sini!"Banyak orang ikut memprotes.Tidak satu pun dari Keluarga Kurniawan berani maju karena kerumunan itu saling menyahut. Akan sangat merepotkan kalau situasi ini terus berlanjut hingga tidak dapat dikendalikan lagi."Sudah, sudah, silakan satu per satu utarakan keluhan kalian." Chandra berteriak kencang. Kesabarannya mulai habis. Kalau bukan karena pusat medis ini milik Nova, dia tidak mungkin memb

  • Jenderal Naga    Bab 215

    Chandra berdiri, lalu berbalik badan dan memandang Nova. "Kamu presiden direkturnya, suruh bagian keuangan menyiapkan uangnya.""Chandra, ini ...." Nova sedikit terkejut. Dia kira Chandra akan menyelesaikan masalahnya, tapi setelah pura-pura mengamati, laki-laki itu malah menyuruh Keluarga Kurniawan memberi kompensasi?Dari dalam lobi, terdengar suara keras menggema, "Chandra, apa yang kamu lakukan? Dua puluh miliar? Bagaimana mungkin? Aku curiga kamu bersekongkol dengan orang-orang ini untuk memeras kami!"Itu suara Yani mengutuki Chandra.Chandra lalu berbisik di telinga Nova. "Memang ada yang salah dengan obatnya.""K-kalai begitu, bagaimana kamu bisa yakin obat ini dari Yorda? Bagaimana kalau ada orang yang sengaja menuduh kita?" Nova memandang Chandra dengan wajah pucat. Apakah dia harus memberi kompensasi sebelum masalahnya diselesaikan? Bukankah ini seolah-olah mengakui ada yang salah dengan Pusat Medis Yorda?Chandra cepat membalas, "Dengarkan aku, yang mati menjadi yang teruta

  • Jenderal Naga    Bab 216

    Suara Chandra cukup keras.Kerasnya cukup untuk sekali lagi menenangkan kerumunan di pintu masuk Pusat Medis Yorda. Orang-orang bermulut besar itu segera mengunci rapat mulut mereka.Kemudian, Chandra menunjuk pria dengan wajah membengkak. "Kamu duduk sini. Aku akan mengambil denyut nadimu."Pria itu bergegas mendekat lalu duduk di depan Chandra sambil memaki-maki. "Aku akan kehilangan banyak uang untuk hari ini. Kamu nggak tahu apa pekerjaanku? Aku ini manajer perusahaan besar dengan gaji sebulan seratus juta. Aku bekerja normal selama beberapa hari terakhir dan nggak diberi kompensasi. Ini nggak bisa dihitung selesai."Chandra menatap pria itu.Tatapan itu membuat kepercayaan diri si pria menciut. "B-beri kami d-dua miliar saja nggak apa-apa.""Kemarikan tanganmu."Pria itu mengulurkan tangannya.Chandra menyentuh titik nadi si pria."Alergi kulit, kamu datang ke Yorda meminta obat tradisional. Apa hubungan penyakitmu dengan Yorda?""Iya, aku sedikit alergi, tapi setelah mengonsumsi

  • Jenderal Naga    Bab 217

    "Gila, ada orang sesakti ini?""Sepertinya memang ada.""Kalau begitu, orang ini dokter jenius, lebih baik daripada Dokter Sakti Cakra."Banyak penonton mulai bergosip.Terutama setelah gosip mengenai Chandra dan Nova mencuat. Semua tampak kaget.Sementara Chandra terus merawat para pembuat onar. Seorang wanita berusia lima puluhan tahun. Wanita itu melepaskan topinya segera setelah duduk. Dengan wajah serius, dia berkata, "Lihat ini, awalnya aku hanya sakit kepala, tapi setelah mengonsumsi obat dari kalian, sebagian besar rambutku rontok.""Diam!" seru Chandra keras. Dia sengaja mengeraskan suaranya untuk mengejutkan orang-orang ini. Benar saja, raungannya mendiamkan si wanita tua."Tangan."Wanita itu mengulurkan tangannya.Sekali lagi, Chandra merasakan denyut nadinya."Penyakitmu ini sudah lama. Kamu sakit kepala lebih dari sepuluh tahun dan masih sering insomnia sampai sekarang. Terutama sakit kepala dan insomnia berat akhir-akhir ini yang menyebabkan rambut rontok. Ini nggak ada

Latest chapter

  • Jenderal Naga    Bab 1901

    Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara

  • Jenderal Naga    Bab 1900

    Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma

  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

DMCA.com Protection Status