Share

Bab 214

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Lobi yang awalnya begitu berisik seketika hening.

Beberapa detik kemudian, seorang pria berusia tiga puluhan berbadan kekar menunjuk Chandra dengan tongkat logam di tangannya sambil mengeluarkan ekspresi mengancam. "Kamu siapa? Apa hakmu berbicara di sini?" serunya marah.

Nova yang takut dipukul bersembunyi di balik Chandra.

"Betul, nggak perlu banyak bicara, ganti rugi uang kami!"

"Kalau kalian nggak mau ganti rugi, Pusat Medis Yorda akan kami porak-porandakan!"

"Ada-ada saja dokter gadungan kalian. Kalau memang nggak punya kemampuan, jangan buka praktik di Jalan Medis. Keluar saja dari sini!"

Banyak orang ikut memprotes.

Tidak satu pun dari Keluarga Kurniawan berani maju karena kerumunan itu saling menyahut. Akan sangat merepotkan kalau situasi ini terus berlanjut hingga tidak dapat dikendalikan lagi.

"Sudah, sudah, silakan satu per satu utarakan keluhan kalian." Chandra berteriak kencang. Kesabarannya mulai habis. Kalau bukan karena pusat medis ini milik Nova, dia tidak mungkin memb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga    Bab 215

    Chandra berdiri, lalu berbalik badan dan memandang Nova. "Kamu presiden direkturnya, suruh bagian keuangan menyiapkan uangnya.""Chandra, ini ...." Nova sedikit terkejut. Dia kira Chandra akan menyelesaikan masalahnya, tapi setelah pura-pura mengamati, laki-laki itu malah menyuruh Keluarga Kurniawan memberi kompensasi?Dari dalam lobi, terdengar suara keras menggema, "Chandra, apa yang kamu lakukan? Dua puluh miliar? Bagaimana mungkin? Aku curiga kamu bersekongkol dengan orang-orang ini untuk memeras kami!"Itu suara Yani mengutuki Chandra.Chandra lalu berbisik di telinga Nova. "Memang ada yang salah dengan obatnya.""K-kalai begitu, bagaimana kamu bisa yakin obat ini dari Yorda? Bagaimana kalau ada orang yang sengaja menuduh kita?" Nova memandang Chandra dengan wajah pucat. Apakah dia harus memberi kompensasi sebelum masalahnya diselesaikan? Bukankah ini seolah-olah mengakui ada yang salah dengan Pusat Medis Yorda?Chandra cepat membalas, "Dengarkan aku, yang mati menjadi yang teruta

  • Jenderal Naga    Bab 216

    Suara Chandra cukup keras.Kerasnya cukup untuk sekali lagi menenangkan kerumunan di pintu masuk Pusat Medis Yorda. Orang-orang bermulut besar itu segera mengunci rapat mulut mereka.Kemudian, Chandra menunjuk pria dengan wajah membengkak. "Kamu duduk sini. Aku akan mengambil denyut nadimu."Pria itu bergegas mendekat lalu duduk di depan Chandra sambil memaki-maki. "Aku akan kehilangan banyak uang untuk hari ini. Kamu nggak tahu apa pekerjaanku? Aku ini manajer perusahaan besar dengan gaji sebulan seratus juta. Aku bekerja normal selama beberapa hari terakhir dan nggak diberi kompensasi. Ini nggak bisa dihitung selesai."Chandra menatap pria itu.Tatapan itu membuat kepercayaan diri si pria menciut. "B-beri kami d-dua miliar saja nggak apa-apa.""Kemarikan tanganmu."Pria itu mengulurkan tangannya.Chandra menyentuh titik nadi si pria."Alergi kulit, kamu datang ke Yorda meminta obat tradisional. Apa hubungan penyakitmu dengan Yorda?""Iya, aku sedikit alergi, tapi setelah mengonsumsi

  • Jenderal Naga    Bab 217

    "Gila, ada orang sesakti ini?""Sepertinya memang ada.""Kalau begitu, orang ini dokter jenius, lebih baik daripada Dokter Sakti Cakra."Banyak penonton mulai bergosip.Terutama setelah gosip mengenai Chandra dan Nova mencuat. Semua tampak kaget.Sementara Chandra terus merawat para pembuat onar. Seorang wanita berusia lima puluhan tahun. Wanita itu melepaskan topinya segera setelah duduk. Dengan wajah serius, dia berkata, "Lihat ini, awalnya aku hanya sakit kepala, tapi setelah mengonsumsi obat dari kalian, sebagian besar rambutku rontok.""Diam!" seru Chandra keras. Dia sengaja mengeraskan suaranya untuk mengejutkan orang-orang ini. Benar saja, raungannya mendiamkan si wanita tua."Tangan."Wanita itu mengulurkan tangannya.Sekali lagi, Chandra merasakan denyut nadinya."Penyakitmu ini sudah lama. Kamu sakit kepala lebih dari sepuluh tahun dan masih sering insomnia sampai sekarang. Terutama sakit kepala dan insomnia berat akhir-akhir ini yang menyebabkan rambut rontok. Ini nggak ada

  • Jenderal Naga    Bab 218

    Nova dengan cepat memberikan uang kepada anggota keluarga pasien meninggal. Mereka membawa pergi pria tak bernyawa itu dari pintu masuk Pusat Medis Yorda dengan perasaan puas.Chandra pun menjalankan tugasnya dengan cekatan. Dengan kemampuan medis tingkat dunia dan lidah setajam silet, dia dengan mudah membungkam orang-orang yang datang untuk mencari masalah."Oke, sudah semuanya, kalian semua silakan pulang." Chandra berdiri mengatakannya sambil melihat orang-orang yang berdiri di sekitar.Pusat Medis Yorda merupakan salah satu yang terbesar di Jalan Medis. Berita kecelakaan di sini menarik perhatian banyak sekali orang. Dokter-dokter tradisional di jalan itu pun datang untuk menonton keributan yang sedang terjadi.Meski demikian, lebih banyak pejalan kaki biasa."Tunggu sebentar ...."Tiba-tiba, sebuah suara menggema.Apa ini?Chandra memutar kepalanya ke arah suara itu. Ada seorang dokter tradisional berusia lima puluhan tahun mengenakan jaket putih berjalan mendekatinya."Ada apa?"

  • Jenderal Naga    Bab 219

    "Aku kira dokter di Yorda yang membunuh, rupanya hanya obat mereka saja yang bermasalah.""Aku juga mengira ada Dokter Sakti muda di Rivera. Dokter Sakti yang mengalahkan Dokter Sakti Cakra.""Cih, rupanya hanya sensasi belaka.""Cara yang dipakai Yorda itu terlalu menjijikkan."Semua orang pergi, satu demi satu, meninggalkan apa yang terjadi di Pusat Medis Yorda.Lobi Pusat Medis Yorda."Chandra, apa yang kau lakukan? Ini kesempatan bagus untuk mempromosikan Yorda, tapi kamu malah melewatkannya. Sensasi apa maksudmu? Ini yang namanya sensasi?" seru Hardi mengomel.Chandra duduk menyalakan sebatang rokok.Toni maju bertanya, "Chandra, apa-apaan ini? Apa kamu benar merancang semua ini untuk mencari sensasi?""Sensasi?" Ekspresi Chandra menggelap. "Aku nggak sepeduli itu. Ada banyak orang yang tiba-tiba bermasalah. Apa ini sensasi? Jangan bilang ini sensasi. Apa jangan-jangan memang ada yang salah dengan obat-obatan dari Yorda? Kalau kalian nggak mengakuinya sebagai sensasi, media pasti

  • Jenderal Naga    Bab 220

    Toni meninggalkan ruang dengan amarah tersulut.Leon tampak diam-diam bahagia karena rencananya sukses.Nova sekeluarga pergi meninggalkan Pusat Medis Yorda."Aku mau meledak rasanya." Itu kalimat pertama yang diucapkan Hendro dengan penuh emosi ketika sampai di rumah. "Mereka jelas-jelas memojokkan Kak Nova. Ini pasti dilakukan oleh keluarga Hardi. Mereka ingin menyingkirkan Kak Nova karena semenjak Kak Nova jadi presiden direktur, mereka nggak bisa mencari uang ekstra lagi di dalam perusahaan."Chandra duduk lalu berkata lembut, "Semua orang juga tahu soal itu."Nova mendekati Chandra, memandang laki-laki itu dengan mata lebar dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu ada yang salah dengan obatnya?""Aku ini dokter. Aku bisa melihat gejala-gejala orang-orang itu. Semuanya disebabkan oleh obat yang sama. Jadi, ini bukan orang luar menargetkan Pusat Medis Yorda, tapi konflik di dalam keluarga. Mereka juga nggak mau membuat kekacauan, jadi yang digantikan hanya bahan-bahan baku minor. Oba

  • Jenderal Naga    Bab 221

    Dia memandang Hardi dan berkata, “Hardi, kamu harus menyelidiki masalah bahan obat itu secepat mungkin. Jika memang Nova dalang di balik semua itu, jangan lepaskan dia begitu saja.”“Oke.” Hardi mengangguk.Mendengar itu, Leon langsung tahu rencananya berhasil. Dia tersenyum penuh kemenangan pada Listya.Toni berdiri, berjalan dengan tongkatnya dan naik ke atas untuk beristirahat.Di ruang tengah lantai satu.Hardi menatap Leon, “Apa hal ini ada hubungannya denganmu?”Leon kaget dan buru-buru berkata, “Pa, Papa ngomong apa, sih? Bagaimana mungkin hal ini ada hubungannya denganku?”Hardi berkata dengan dingin, “Ini bukan masalah sepele. Kalau sampai ada masalah, hal ini bisa menghancurkan Yorga Group. Nova nggak bodoh. Dia nggak akan pernah melakukan hal seperti itu.”Hari ini, ada keluarga korban yang datang membuat onar. Leon benar-benar panik.Sebab, dia melakukan itu dengan sangat rapi, tanpa sedikit celah pun yang bisa membuatnya ketahuan. Dia hanya ingin menimbulkan sedikit masala

  • Jenderal Naga    Bab 222

    Setelah mengatur semuanya, Hardi pulang ke rumah keluarga Kurniawan.“Pa, aku sudah menyelidiki semuanya. Pusat Medis Yorga memang memiliki obat-obatan yang berkualitas rendah dan palsu, dan Nova adalah dalang di balik semua itu. Dia mengancam untuk memecat Arif dan memasukkan obat palsu, diam-diam mengambil selisih profitnya,” ujar Hardi dengan hati-hati pada Toni.Dia sebenarnya juga tidak ingin berbuat sampai sejauh ini.Namun, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan bisnis keluarga besar keluarga Kurniawan diserahkan kepada Nova begitu saja?Putranya, Leon, hanya ingin membuat sedikit masalah untuk Nova. Jadi, dia pun melakukan apa yang dia bisa.“Aku juga sudah mengeceknya. Orang yang datang membuat onar hari ini semuanya adalah keluarga Yani. Mereka sudah bersekongkol dari awal untuk memanfaatkan kesempatan dan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dari perusahaan kita.”“Buk!”Toni memukul meja.Pukulan itu membuat jantung Hardi bergetar.Kalau Toni sampai tahu masalah ini seben

Bab terbaru

  • Jenderal Naga    Bab 1901

    Fenomena aneh di Gunung Bushu menandakan bahwa kemungkinan besar ada benda ajaib yang lahir di sana. Dewi Tara menyadari bahwa sebenarnya dirinya bukan tandingan Santara, tetapi Dewi Tara tetap nekat datang. Dewi Tara menduga bahwa Santara tak akan berani bertarung mati-matian dengannya. Jika Tara kalah atau tewas, maka Santara pun akan terluka parah, yang justru membuka peluang bagi manusia Bumi.Di hadapan Santara, Tara sama sekali tidak menunjukkan rasa takut. Dengan sikap penuh keberanian, Tara memegang pedangnya erat-erat, menatap tajam ke arah Santara sambil berkata, “Ayo, serang. Pertarungan kita yang sebelumnya tidak memuaskan. Kali ini, mari kita bertarung sungguh-sungguh. Aku ingin melihat seberapa kuat dirimu sebenarnya.”Santara memandang Tara dengan wajah serius. Ia tak menyangka Tara akan kembali ke Gunung Bushu setelah pertemuan mereka sebelumnya. Meski Tara sedikit lebih lemah darinya, perbedaannya tak terlalu besar. Jika bertarung mati-matian, meskipun mungkin Santara

  • Jenderal Naga    Bab 1900

    Meski tahu bahwa kekuatannya mungkin belum cukup, Chandra merasa ia harus pergi melihat situasi di Gunung Bushu. Mungkin saja Chandra bisa mendapatkan beberapa keuntungan di sana.“Ya, aku ke sana,” katanya dengan tekad kuat. “Bagaimanapun, aku harus melihat keadaan di sana.”Nova mengangguk. Keduanya segera berangkat. Chandra kembali ke Negera Naga di Gurun Selatan untuk menyimpan sisa Esensi Phoenix dengan aman, lalu ia dan Nova berangkat dengan pesawat pribadi menuju Gunung Bushu.Pesawat mereka sangat cepat, hanya memerlukan tiga jam untuk mencapai Gunung Bushu. Ketika mereka tiba di kaki gunung, waktu baru menunjukkan pukul 11 pagi. Di kejauhan, kabut putih mengelilingi puncak-puncak gunung, dan di antara kabut itu, cahaya lima warna memancar terang. Chandra tahu bahwa cahaya itu berasal dari patung misterius yang memancarkan energi.Di sisi lain, cahaya ungu terang meliputi sebagian besar Gunung Bushu. Walaupun mereka masih cukup jauh dari sana, Chandra sudah bisa mencium aroma

  • Jenderal Naga    Bab 1899

    Nova memutuskan untuk tidak lagi menyerap Esensi Phoenix. Ia ingin menyimpannya untuk Chandra agar Chandra bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi. Setelah beberapa hari menyerap Esensi Phoenix, Maggie juga merasakan energi sejatinya semakin kuat. Kini, Maggie merasa bisa menembus Alam Kesembilan, dan itu sudah cukup baginya. Maggie pun tak ingin menyerap lebih banyak Esensi Phoenix.“Kak Chandra, aku juga tidak akan menyerap lagi,” kata Maggie.“Baik,” jawab Chandra dengan anggukan.Semakin tinggi tingkatannya, semakin banyak energi yang dibutuhkan. Sisa Esensi Phoenix yang setengah ini mungkin hanya cukup untuk membantu Chandra melewati belenggu ketiga. Chandra segera melanjutkan latihannya, sementara Nova dan Maggie memilih untuk pergi menuju Gurun Selatan, ke negara Naga.Dua bulan pun berlalu, dan Chandra masih berlatih dengan tekun di Gunung Langit, Gurun Selatan, selama setengah tahun penuh. Kekuatan Chandra terus meningkat dari waktu ke waktu.Suatu malam, di Gunung Bushu, terd

  • Jenderal Naga    Bab 1898

    Nova telah berhasil menembus Alam Kesembilan berkat kekuatan dari Esensi Phoenix. Ia juga mulai merasakan keberadaan kunci pertama dalam tubuhnya.Di puncak Gunung Langit, Chandra duduk bersila, dengan aura yang menyala terang seperti dewa sejati. Tiba-tiba, Chandra berhenti berlatih.Nova pun berhenti, memandang Chandra dan bertanya, “Kenapa?”Chandra menjawab, “Aku merasakan kunci kedua.”“Selamat!” Nova tersenyum gembira.Chandra menghela napas dan berkata, “Esensi Phoenix memang luar biasa. Kalau hanya mengandalkan latihan biasa, aku akan butuh sepuluh tahun untuk mencapai tahap ini dari kunci pertama ke kunci kedua.”Nova menyemangati Chandra, “Tetap semangat.”Di saat itu, Maggie datang mendekat. Selama tiga bulan terakhir, Maggie berkeliling pegunungan mencari buah yang mengandung energi alam, tetapi dia belum menemukannya. Sambil mencari, Maggie tetap rajin berlatih. Meskipun tidak menyerap Esensi Phoenix, energi alam yang tersedia cukup melimpah, sehingga energi sejati Maggie

  • Jenderal Naga    Bab 1897

    Chandra sama sekali tidak menyangka bahwa Nova akan datang ke Gunung Langit.“Anak kita bagaimana? Kamu pergi, siapa yang menjaga anak kita?” tanya Chandra.Nova menjawab, “Chaca dititipkan ke Mama. Aku benar-benar khawatir padamu dan tak ingin kamu sendirian berjuang di luar sana. Aku datang untuk membantumu.”Setelah mendengar itu, hati Chandra terasa hangat. Memiliki istri seperti ini, apa lagi yang diinginkan seorang suami?“Oh iya, bagaimana perkembangan latihanmu?” tanya Nova.“Cukup lancar,” Chandra mengangguk ringan. “Aku sudah berhasil melepaskan diri dari belenggu pertama dan sedang berusaha untuk yang kedua. Dengan kecepatan latihanku sekarang, mungkin dalam waktu sekitar tiga bulan lagi, aku bisa melepas belenggu kedua.”“Baguslah,” Nova merasa lega.Setelah Nova tiba, Chandra mengajaknya untuk bersama-sama menyerap kekuatan Esensi Phoenix. Karena Nova juga seorang jenius dan kuat, semakin cepat dia mencapai Alam Kesembilan, semakin besar kekuatan yang dimiliki manusia.“Ba

  • Jenderal Naga    Bab 1896

    Alam Mahasakti adalah yang terkuat di sini? Masih terlalu lemah.“Prabu, selanjutnya kita harus bagaimana?” tanya seorang pria berbaju hitam.Prabu berpikir sejenak, lalu berkata, “Aku membawa Batu Sakti Lima Warna. Ini akan memperkuat segel agar orang luar tak bisa melewati segel dan datang ke bumi. Kita akan pergi ke Gunung Bushu, menghabisi Suku Mistik, merebut Gunung Bushu, memperkuat segel, dan mencari empat segel lainnya. Saat waktunya tiba, aku akan membuka segel itu. Sementara itu, aku akan menguasai bumi untuk mempersiapkan kedatangan kita ke sini.”“Baik.”“Berdirilah dan bicaralah.”Puluhan pria berbaju hitam yang tadi berlutut kini berdiri. Prabu pun membawa para pengikutnya meninggalkan tempat itu dan menuju wilayah Someria. Pada saat yang sama, Nova telah meninggalkan Rivera dan sedang dalam perjalanan menuju Gurun Selatan di Negeri Naga.Sementara itu, di sebuah pesawat di Someria, seorang pria tampan dengan jas putih tengah memegang ponsel, menatap sebuah foto di layar.

  • Jenderal Naga    Bab 1895

    Di puncak Pegunungan Siberia yang terpencil di kutub utara, tanah abadi berselimut salju. Di tempat sunyi ini, sekumpulan pria berjubah hitam tampak berlutut, seolah menanti kehadiran seseorang yang penting.Mendadak, suara angin tajam mengoyak keheningan. Langit di atas mereka bergetar dan retak seperti kaca, menciptakan celah misterius di udara. Dari celah itu, seorang pria melangkah keluar, berjalan seolah tanpa beban di atas kekosongan. Pria itu mengenakan jubah putih, wajahnya tampan dan terukir tajam, dengan mata yang dalam dan penuh wibawa.Aura kekuatan yang memancar dari tubuhnya begitu kuat hingga seketika menyebabkan salju yang menyelimuti pegunungan meleleh, mengalir deras ke bawah dan membentuk sungai es yang menggelora."Selamat datang, Prabu," serempak pria-pria berjubah hitam itu menyambutnya, suara mereka penuh hormat.Prabu turun ke tanah dengan tenang, kedua tangannya bersilang di belakang punggung. Ia memandang pria-pria yang berlutut di hadapannya dengan tenang, l

  • Jenderal Naga    Bab 1894

    Penghalang itu seperti rantai tak kasatmata yang mengunci sel-sel darah, menciptakan sensasi unik dan sulit digambarkan dengan kata-kata.“Oh iya, bagaimana denganmu? Bagaimana latihannya?” tanya Chandra.Maggie mengangguk, “Cukup baik. Aku sudah mulai menyerap energi alam, dan perlahan-lahan energinya mengubah tubuhku. Tapi energi sejatiku masih stagnan. Sepertinya masih butuh waktu panjang untuk mencapai Alam Kesembilan.”Chandra tersenyum, “Sekarang dunia sudah berubah, energi alam semakin melimpah. Di beberapa hutan belantara, ada buah-buahan mutasi yang sangat langka. Gunung Langit ini adalah hutan yang masih asli. Coba saja berjalan-jalan di sekitar sini, mungkin saja kamu beruntung menemukan buah itu. Siapa tahu, cukup memakan satu buah saja, kamu bisa langsung mencapai Alam Kesembilan.”“Oke, tapi aku sudah sebulan di sini. Aku juga penasaran dengan kondisi di markas militer. Jadi, aku akan pulang sebentar,” balas Maggie.Chandra mengangguk memahami, “Tentu, hati-hati di jalan.

  • Jenderal Naga    Bab 1893

    Maggie memiliki kemampuan pemahaman yang luar biasa. Dalam waktu singkat, dia sudah memahami inti dari Metode Semesta dan mulai bisa menyerap energi alam. Chandra pun tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Kini, dia sendiri harus segera memulai latihan tertutupnya.Di Gurun Selatan, semua urusannya di sudah selesai. Gunung Bushu pun sementara dalam keadaan aman. Sebelum masuk ke dalam latihan tertutup, Chandra menelepon Nova yang berada Rivera.“Nova, kakek memberiku Esensi Phoenix. Aku akan menjalani latihan tertutup untuk beberapa waktu, mungkin tiga sampai lima bulan, atau bisa saja lebih cepat, satu atau dua bulan. Kalau ada hal mendesak, telepon aku. Jika tidak ada jawaban, datanglah ke Gurun Selatan, Gunung Langit,” ucap Chandra sambil menjelaskan lokasinya.Di ujung telepon, Nova menjawab, “Jangan khawatir. Semuanya aman di sini. Aku juga akan menjaga anak kita dengan baik. Kamu fokus saja pada latihanmu.”“Oke, kalau begitu kututup, ya,” kata Chandra sebelum menutup telepon.Sete

DMCA.com Protection Status