Perjalanan Chandra ke Rivera berjalan dengan lancar, tanpa hambatan apa pun. Sesampainya di Rivera, ia langsung menuju keluarga Kurniawan.Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga Kurniawan berkembang dengan sangat pesat. Sebagian besar anggota keluarga Kurniawan telah menempuh jalan bela diri, dan keluarga tersebut telah mengalami restrukturisasi dan pembagian.keluarga Kurniawan terbagi menjadi dua bagian. Satu bagian tinggal di pusat kota, mengelola bisnis duniawi, sementara yang lain tinggal di pinggiran kota, menikmati kehidupan sambil berlatih bela diri. Nova sendiri kembali ke bagian keluarga Kurniawan yang tinggal di pinggiran kota.Setelah mengantar Nova ke rumah keluarga Kurniawan, Chandra segera kembali ke desa kecil. Saat hendak berangkat, Nova berulang kali mengingatkan Chandra untuk tidak pergi ke mana-mana dan segera kembali ke Rivera setelah buah di kebun mereka matang.Chandra pun setuju dan mengangguk.Satu hari kemudian, Chandra berada di dekat desa kecil itu, mengemu
“Tidak perlu,” jawab pria itu sambil melancarkan serangan lagi, kali ini dengan tendangan menyapu.Chandra segera bergerak menghindar, muncul sekitar dua puluh meter dari posisi sebelumnya. Dia pikir sudah berhasil menghindari tendangan tersebut. Namun, begitu dia berhenti, tendangan pria itu kembali menyapu ke arahnya. Wajah Chandra berubah sedikit, dan dia dengan cepat mengangkat lengannya untuk menahan.Begitu lengan Chandra bersentuhan dengan tendangan itu, dia merasakan kekuatan yang luar biasa menghantam tubuhnya. Untuk sesaat, dia tidak bisa menahan serangan tersebut dan tubuhnya terlempar beberapa meter jauhnya. Energi yang dahsyat menyelimuti seluruh tubuhnya, membuat darah di dalamnya bergejolak.Tenggorokannya terasa panas, dan darah mulai memenuhi mulutnya. Namun, Chandra menelan darah itu kembali dengan paksa, lalu menggunakan energi sejatinya untuk menenangkan darahnya yang mengamuk. Baru setelah itu tubuhnya kembali tenang.“Bagus,” kata pria berjubah biru sambil berdiri
Chandra awalnya tidak ingin bertarung dengan orang luar, tapi pria berjubah biru itu terus memaksanya. Chandra segera mengaktifkan energi sejatinya, bersiap menghadapi serangan pria itu.Selama bertahun-tahun, Chandra telah mempelajari berbagai teknik bela diri. Baik itu jurus pukulan, tinju, tendangan, maupun gerakan tubuh lainnya. Semuanya telah dia pelajari. Hanya saja, selama ini dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertarung dalam situasi nyata. Kini, akhirnya kesempatan itu datang.Lokasi pertempuran ini sudah mendekati desa kecil tempat Chandra tinggal. Akan tetapi, di daerah ini tidak ada orang yang tinggal dalam radius seratus kilometer. Di atas tanah yang tandus, kedua sosok itu bergerak dengan cepat, menciptakan pusaran angin dari setiap pukulan dan tendangan yang mereka luncurkan.BOOM! Kembali terjadi benturan keras antara keduanya. pria berjubah biru itu terlempar jauh. Tangannya terasa mati rasa akibat benturan tersebut, bahkan untuk mengangkat tangan saja dia me
Pria berjubah biru itu mundur selangkah demi selangkah hingga akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon besar, bersandar padanya sambil terus mengawasi Chandra dengan penuh waspada.Chandra menatapnya dengan tajam dan bertanya, "Aku beri kamu satu kesempatan. Siapa kamu sebenarnya?"Pria berjubah biru itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya meskipun jelas terlihat ketakutannya. Sambil menatap Chandra yang masih tampak tenang, dia berkata, "Chandra, kamu tidak akan berani membunuhku."“Kamu mau coba?” Chandra menjawab dengan dingin, penuh dengan niat membunuh yang semakin nyata.Merasa bahwa Chandra tidak main-main, pria itu akhirnya menyerah. "Namaku Landra, aku dari Suku Mistik.""Suku Mistik?" Chandra terkejut.Sebelumnya, dia pernah mendengar dari Kadir bahwa Suku Mistik baru muncul beberapa hari yang lalu. Meski baru saja dikenal, murid-murid Suku Mistik sudah menantang banyak petarung bela diri kuno di Someria, dan banyak sekte telah dikalahkan oleh mereka. Awalny
Suku Mistik ini benar-benar mengerikan, bahkan orang yang muncul begitu saja bisa sekuat itu.Chandra tampak bingung dan bergumam, "Apa sebenarnya asal-usul Suku Mistik ini?"Kadir menggeleng, "Aku juga nggak tahu. Kalau kamu penasaran, coba tanya Basita. Dia sudah hidup lama dan selalu muncul dalam sejarah. Dia pasti tahu soal Suku Mistik.""Baiklah," Chandra mengangguk.Memang, dia sempat berpikir untuk mencari tahu. Tapi, untuk saat ini Suku Mistik belum melakukan sesuatu yang mencurigakan, jadi dia belum merasa perlu khawatir.Keduanya berjalan beriringan kembali ke desa kecil. Begitu sampai, Chandra langsung menuju kebun obat di belakang rumah.Selama dua hari dia pergi, buah misterius itu belum tumbuh besar. Ukurannya masih seukuran ibu jari, tapi warnanya makin cerah, merah menyala, terlihat sangat menggoda seperti siap untuk dimakan."Chandra, dua hari ini aku jaga tanaman ini baik-baik, takut ada yang berniat mencurinya," kata Kadir sambil tersenyum."Terima kasih," balas Chan
Kadir yang mendengar kegaduhan segera bergegas menuju halaman belakang. Saat tiba di sana, Kadir terkejut melihat Chandra melayang di udara, tubuhnya memancarkan cahaya merah terang, seperti sosok pahlawan kuno yang penuh kekuatan."Apa ini?" gumam Kadir, matanya terbelalak melihat pemandangan itu.Sementara itu, Chandra menutup matanya dan mulai mengaktifkan Metode Semesta, dengan cepat menyerap energi dari dalam tubuhnya. Buah kecil misterius yang baru saja Chandra makan ternyata menyimpan energi alam yang luar biasa dahsyat. Chandra sampai terkejut dibuatnya.Jika biasanya energi yang Chandra serap setiap pagi hanya sebesar setetes air hujan, maka energi dari buah merah kecil ini bagaikan samudra luas yang tak berujung. Chandra terus memproses energi tersebut, menyerapnya perlahan untuk memperkuat kekuatan dalam dirinya.Di sisi lain, di Negara Akasa, seorang pria mengenakan jubah emas sedang duduk di atas singgasananya di dalam istana. Di hadapannya berdiri seorang wanita yang luar
Di pinggiran Rivera, berdiri sebuah vila megah milik keluarga Kurniawan. Vila ini dibangun di atas tanah yang khusus dibeli oleh keluarga Kurniawan, dan beberapa kerabat dekat mereka tinggal di sana. Saat ini, di halaman vila, Nova sedang duduk di kursi santai dengan sebuah buku panduan kehamilan di tangannya, membacanya dengan serius sambil sesekali membacakan isinya dengan suara lembut.Tiba-tiba, suara keras terdengar. Pintu gerbang vila didobrak dengan kasar. Nova mendongak, terkejut, dan segera bangkit berdiri. Sejumlah orang asing menyerbu masuk, diikuti oleh seorang pria yang tampak panik dan terhuyung-huyung memasuki halaman.Pria itu adalah Hendro. Wajahnya memar dan bengkak, terlihat jelas habis dipukuli. Begitu masuk, dia berlari menuju Nova dan bersembunyi di belakangnya, sambil memohon, "Kak, tolong aku, kak, selamatkan aku."Nova menenangkan Hendro dengan isyarat tangan agar tetap tenang. Dia lalu berdiri tegap, menatap para tamu tak diundang dengan tatapan tajam. Lima p
Namun, baru beberapa langkah melangkah, tubuh orang itu tiba-tiba terlempar ke belakang dengan keras dan jatuh ke tanah. Darah segar mengalir dari mulutnya. Sementara itu, Nova sudah mengikuti Titan meninggalkan vila keluarga Kurniawan.Dengan panik, Toni segera meraih ponselnya dan menelepon Chandra. Sambungan telepon terhubung, tapi tak ada jawaban dalam waktu yang cukup lama. Toni terus mencoba, berkali-kali, hingga puluhan kali, tapi tetap saja tak ada yang mengangkat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengirim pesan singkat ke Chandra, "Chandra, ada masalah besar. Nova sudah dibawa pergi oleh seseorang. Segera kembali ke Rivera."Di kediaman keluarga Kurniawan, seluruh anggota keluarga sudah berkumpul."Kakek, siapa sebenarnya orang yang membawa Kak Nova pergi?" tanya Leon penasaran.Toni terlihat sangat serius. Kini, dia sudah menjadi bagian dari dunia seni bela diri kuno, dan dalam beberapa tahun terakhir, dia mulai memahami betapa rumitnya dunia itu. Dia tahu betapa besar pengaruh
Klan Guno adalah sebuah klan yang sangat besar, sekalipun bangunan yang mereka bangun tampak cukup aneh. Chandra dan Tosan mendapatkan sebuah bangunan beserta halaman sendiri untuk mereka tinggali sementara waktu. Di saat yang bersamaan, Verda pergi memberikan laporan kepada tetuanya. Terdapat banyak gunung di belakang desa yang terdapat banyak bangunan di puncaknya. Orang-orang yang tinggal di atas gunung adalah orang-orang penting dan berkuasa di Klan Guno. Saat ini, ayah Verda sedang mengasingkan diri, jadi semua urusan Klan Guno diurus oleh Tetua Trada. Verda memanjat gunung di mana Trada tinggal. Di puncak gunung, seorang laki-laki tua berusia 70 tahunan sedang duduk di atas tanah sambil bermain dengan serangga di sekitarnya. “Tetua,” sapa Verda.“Ya, Verda,” balas orang tua itu.Dia menatap Verda yang berjalan menghampirinya lalu mengambil jangkrik dari atas tanah dan bertanya, “Ada apa?”Verda berkata tanpa daya setelah melihat penampilan Trada yang berantakan, “Bukan masalah
Suara Verda kembali bergema. Yosan baru sadar. Dia melihat ke arah Verda dengan ekspesi malu di wajahnya. “Sebenarnya, kali ini aku datang ke Klan Guno untuk minta setetes Darah Guno.”“Darah Guno?”Verda langsung berdiri. Dia menatap Yosan dengan ekspresi heran di wajahnya dan berkata, “Tetua mungkin nggak tahu. Darah Guno diciptakan oleh leluhur kami dengan menggunakan kultivasi seumur hidupnya sebelum dia meninggal. Itu hanya berguna bagi kami para Klan Guno. Bukan orang Klan Guno, maka kamu nggak bisa pakai Darah Guno. Selain itu, kekuatan Darah Guno sangat dahsyat. Jika dipakai orang yang bukan dari Klan Guno, tubuhnya akan meledak dan dia akan mati seketika.”“Nggak separah itu kali,” celetuk Chandra.Verda melirik Chandra sekilas. Yosan langsung berkata, “Muridku terlalu banyak bicara. Jangan hiraukan dia.”Verda mengibaskan tangannya. Dia terlalu malas untuk mempermasalahkan hal seperti ini dengan Chandra. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Chandra sebelumnya. Oleh karena
Chandra semakin bingung ketika mendengar percakapan Yosan dan perempuan bernama Verda itu. Dia melihat ke arah Verda yang berdiri di depan beberapa pengawal Klan Guno dan berpikir dalam hati, “Jangan-jangan, dia juga murid Sekte Dayan?”“Silakan, Tetua.”Verda memberi isyarat mempersilakan dan mengundang Yosan untuk masuk. Yosan menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah Chandra dan berkata, “Ayo, kita masuk dulu.”Verda membawa Yosan dan Chandra masuk ke daerah Klan Guno. Di depan mereka terbentang barisan pegunungan. Namun, begitu mereka melangkah ke depan, pemandangan seketika berubah. Mereka masuk ke sebuah tempat dengan pegunungan indah dan danau yang jernih seperti dunia khayalan dengan energi spiritual yang melimpah.Daerah terluar ada beberapa lahan spiritual. Ada banyak orang yang menanam di ladang. Di depan ada beberapa bangunan. Bangunan-bangunan itu tidak mewah, malah tampak sederhana. Chandra merasa dirinya seperti datang ke desa kecil di pegunungan.Dalam perjalanan, Chan
Yosan dan Chandra melakukan perjalanan selama beberapa hari. Seminggu kemudian, Yosan dan Chandra tiba di hutan yang luas.“Guru, Klan Guno ada di hutan ini?” tanya Chandra yang tampak bingung, seperti meragukan.Yosan mengangguk pelan. “Pegunungan ini namanya Gunung Sanguna. Markas besar Klan Guno berada di sini. Klan Guno selalu merendah. Orang-orang Klan Guno jarang ke dunia luar.”Yosan menunjuk ke arah pegunungan di depan dan berkata, “Gunung Sanguna dilindungi oleh formasi yang sangat kuat. Prajurit kuat mana pun yang masuk tanpa izin dari Klan Guno akan mati dengan mengenaskan dalam formasi itu.”Chandra mengangguk pelan. Yosan sudah berjalan lebih dulu. Chandra pun segera mengikuti di belakang. Sesaat kemudian, mereka tiba di sebuah tempat terbuka. Di tempat itu terdapat tiga tugu batu yang tingginya lebih dari 30 meter. Diatas tugu batu terukir beberapa patah kata dengan huruf yang besar.Gunung Sanguna merupakan kawasan terlarang. Orang luar tidak boleh masuk atau kalian akan
Chandra pergi bertarung dengan Harimau Langit lagi. Bertarung dalam artian Chandra hanya menerima pukulan secara pasif. Karena tingkat kekuatannya sangat lemah. Chandra sama sekali tidak mampu melukai Harimau Langit yang super besar itu.Lebih dari satu jam kemudian, Chandra terluka lagi. Dia mencoba menyerap kekuatan Pil Enam Yang lagi. Setelah menyerap kekuatan itu, luka-luka di tubuhnya pun sembuh.Yosan hanya memperhatikannya dengan tenang di samping. Sungguh menakjubkan. Chandra terluka sangat parah. Biasanya, butuh waktu lama untuk pulih dari luka separah itu. Namun, Chandra bisa menyembuhkan luka-lukanya sembari menyerap kekuatan Pil Enam Yang.Tubuh Chandra benar-benar ajaib. Bahkan Yosan yang merupakan tetua Sekte Dayan pun merasa takjub. Selanjutnya, Chandra terus bertarung dengan Harimau Langit di hutan Primordial. Dia memanfaatkan kekuatan Harimau Langit untuk memukul tubuhnya sendiri dan merangsang kekuatan Pil Enam Yang di dalam tubuhnya. Kekuatan fisik Chandra pun terus
Setelah mendengar pertanyaan Yosan, Chandra tertegun sejenak. Belum sempat dia menjawab, Yosan mengajukan pertanyaan lagi.“Selain itu, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu berasal dari keluarga mana? Setahu aku, nggak ada keluarga Atmaja di Primordial.”Yosan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Chandra juga berpikir keras. Dia bukan orang dari Primordial, tapi dari Bumi. Saat ini, dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu apakah dia harus mengungkapkan identitasnya. Chandra khawatir, karena orang-orang di 3000 dunia tersegel sangat memusuhi manusia di Bumi. Chandra khawatir kalau dia mengungkapkan identitasnya, sikap Yosan terhadapnya akan berubah.“Kenapa? Ada yang nggak bisa kamu ceritakan padaku?” tanya Yosan. “Kalau nggak nyaman untuk diceritakan, aku nggak akan paksa kamu.”Chandra berpikir sejenak. Menurutnya, Yosan adalah orang yang baik. Dia juga merasa kalau dia tidak seharusnya menyembunyikan identitasnya dari Yosan. Jika sikap Yosan terhadapnya berubah setelah dia mengu
“Chandra, ini Harimau Langit, penguasa hutan ini. Kekuatannya setara dengan prajurit tingkat kelima Alam Kesucian. Sangat bagus kalau kamu pakai dia untuk latih tubuhmu.”Suara Yosan bergema dari kejauhan. Chandra tampak tak berdaya. Tingkat kelima Alam Kesucian memang tidak termasuk kuat. Jika dia menggunakan Jurus Langkah Melawan Langit, Chandra bisa membunuh Harimau Langit itu dalam hitungan menit.Akan tetapi, Harimau Langit itu terlalu besar. Chandra tampak terlalu kecil ketika berdiri di depan monster itu. Sebelum Chandra sadar, Harimau Langit sudah melancarkan serangan. Harimau Langit membuka mulutnya dan menyemburkan sinar energi hitam.Chandra sedang berpikir bagaimana caranya menghindar. Namun jika dia menghindar, efek latihan tubuhnya akan hilang. Jadi dia tidak menghindar, melainkan memilih menghadapi Harimau Langit secara langsung.Cahaya hitam menyerang ke arah Chandra dan menghantam dadanya, hingga membuat dada Chandra menjadi cekung ke dalam. Chandra sengaja mengendali
Yosan juga terkejut dengan tekad Chandra. Kekuatan Pil Enam Yang terus disempurnakan, kekuatan fisik Chandra juga terus tumbuh menjadi lebih kuat.Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, rasa sakit di tubuh Chandra jauh berkurang. Dia pun berhenti berlatih. Yosan yang berada di sampingnya bertanya, “Bagaimana?”“Setelah berlatih semalaman, aku merasa kekuatan fisikku jadi jauh lebih kuat, tapi aku baru menyempurnakan kurang dari satu persen kekuatan Pil Enam Yang. Masih ada kekuatan yang sangat kuat di tubuhku yang nggak bisa aku serap,” jawab Yosan.“Seperti itulah Pil Enam Yang. Kalau kamu ingin serap kekuatan ini, kamu butuh bantuan dari luar,” ujar Yosan.“Iya,” kata Chandra sambil menganggukkan kepala.Chandra tahu apa maksud bantuan dari luar yang Yosan katakan. Chandra harus menerima pukulan.“Sini, aku bantu kamu,” kata Yosan sambil tersenyum.Sebelum Chandra sadar, Yosan tiba-tiba menyerangnya. Saat Yosan mengangkat tangannya, energi sejati yang sangat kuat keluar d
Yosan menyetujui semua persyaratan yang diajukan keluarga Lowen agar Chandra bisa meraih hasil baik dalam kompetisi besar sekaligus membuat para tetua dan ketua sekte terkesan. Duno membawa Yosan pergi keluar ruangan bersama, sedangkan Chandra tetap menunggu di dalam kamar. Kurang lebih satu jam kemudian, Yosan akhirnya kembali dengan raut wajah yang tidak terlihat terlalu baik. “Master,” sapa Chandra penuh hormat. “Chandra, aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Aku mengorbankan berbagai hal yang kukumpulkan selama bertahun-tahun. Aku akan sangat menyesal telah menjadi gurumu kalau sampai kamu tidak berhasil meraih hasil yang baik dalam kompetisi besar nanti,” ujar Yosan pasrah. Raut wajah Chandra seketika tampak malu. Bagaimanapun juga, dia tidak yakin bisa mendapatkan hasil baik dalam kompetisi besar nanti. “Ayo, kita tetap harus pergi ke Klan Guno malam ini juga. Kamu bisa minum Pil Enam Yang di perjalanan nanti,” ujar Yosan yang memilih untuk tidak tinggal terlalu lama di