Share

Bab 1822

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-16 18:00:00
Chandra awalnya tidak ingin bertarung dengan orang luar, tapi pria berjubah biru itu terus memaksanya. Chandra segera mengaktifkan energi sejatinya, bersiap menghadapi serangan pria itu.

Selama bertahun-tahun, Chandra telah mempelajari berbagai teknik bela diri. Baik itu jurus pukulan, tinju, tendangan, maupun gerakan tubuh lainnya. Semuanya telah dia pelajari. Hanya saja, selama ini dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertarung dalam situasi nyata. Kini, akhirnya kesempatan itu datang.

Lokasi pertempuran ini sudah mendekati desa kecil tempat Chandra tinggal. Akan tetapi, di daerah ini tidak ada orang yang tinggal dalam radius seratus kilometer. Di atas tanah yang tandus, kedua sosok itu bergerak dengan cepat, menciptakan pusaran angin dari setiap pukulan dan tendangan yang mereka luncurkan.

BOOM!

Kembali terjadi benturan keras antara keduanya. pria berjubah biru itu terlempar jauh. Tangannya terasa mati rasa akibat benturan tersebut, bahkan untuk mengangkat tangan saja dia me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1823

    Pria berjubah biru itu mundur selangkah demi selangkah hingga akhirnya berhenti di bawah sebuah pohon besar, bersandar padanya sambil terus mengawasi Chandra dengan penuh waspada.Chandra menatapnya dengan tajam dan bertanya, "Aku beri kamu satu kesempatan. Siapa kamu sebenarnya?"Pria berjubah biru itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya meskipun jelas terlihat ketakutannya. Sambil menatap Chandra yang masih tampak tenang, dia berkata, "Chandra, kamu tidak akan berani membunuhku."“Kamu mau coba?” Chandra menjawab dengan dingin, penuh dengan niat membunuh yang semakin nyata.Merasa bahwa Chandra tidak main-main, pria itu akhirnya menyerah. "Namaku Landra, aku dari Suku Mistik.""Suku Mistik?" Chandra terkejut.Sebelumnya, dia pernah mendengar dari Kadir bahwa Suku Mistik baru muncul beberapa hari yang lalu. Meski baru saja dikenal, murid-murid Suku Mistik sudah menantang banyak petarung bela diri kuno di Someria, dan banyak sekte telah dikalahkan oleh mereka. Awalny

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Jenderal Naga   Bab 1824

    Suku Mistik ini benar-benar mengerikan, bahkan orang yang muncul begitu saja bisa sekuat itu.Chandra tampak bingung dan bergumam, "Apa sebenarnya asal-usul Suku Mistik ini?"Kadir menggeleng, "Aku juga nggak tahu. Kalau kamu penasaran, coba tanya Basita. Dia sudah hidup lama dan selalu muncul dalam sejarah. Dia pasti tahu soal Suku Mistik.""Baiklah," Chandra mengangguk.Memang, dia sempat berpikir untuk mencari tahu. Tapi, untuk saat ini Suku Mistik belum melakukan sesuatu yang mencurigakan, jadi dia belum merasa perlu khawatir.Keduanya berjalan beriringan kembali ke desa kecil. Begitu sampai, Chandra langsung menuju kebun obat di belakang rumah.Selama dua hari dia pergi, buah misterius itu belum tumbuh besar. Ukurannya masih seukuran ibu jari, tapi warnanya makin cerah, merah menyala, terlihat sangat menggoda seperti siap untuk dimakan."Chandra, dua hari ini aku jaga tanaman ini baik-baik, takut ada yang berniat mencurinya," kata Kadir sambil tersenyum."Terima kasih," balas Chan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Jenderal Naga   Bab 1825

    Kadir yang mendengar kegaduhan segera bergegas menuju halaman belakang. Saat tiba di sana, Kadir terkejut melihat Chandra melayang di udara, tubuhnya memancarkan cahaya merah terang, seperti sosok pahlawan kuno yang penuh kekuatan."Apa ini?" gumam Kadir, matanya terbelalak melihat pemandangan itu.Sementara itu, Chandra menutup matanya dan mulai mengaktifkan Metode Semesta, dengan cepat menyerap energi dari dalam tubuhnya. Buah kecil misterius yang baru saja Chandra makan ternyata menyimpan energi alam yang luar biasa dahsyat. Chandra sampai terkejut dibuatnya.Jika biasanya energi yang Chandra serap setiap pagi hanya sebesar setetes air hujan, maka energi dari buah merah kecil ini bagaikan samudra luas yang tak berujung. Chandra terus memproses energi tersebut, menyerapnya perlahan untuk memperkuat kekuatan dalam dirinya.Di sisi lain, di Negara Akasa, seorang pria mengenakan jubah emas sedang duduk di atas singgasananya di dalam istana. Di hadapannya berdiri seorang wanita yang luar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Jenderal Naga   Bab 1826

    Di pinggiran Rivera, berdiri sebuah vila megah milik keluarga Kurniawan. Vila ini dibangun di atas tanah yang khusus dibeli oleh keluarga Kurniawan, dan beberapa kerabat dekat mereka tinggal di sana. Saat ini, di halaman vila, Nova sedang duduk di kursi santai dengan sebuah buku panduan kehamilan di tangannya, membacanya dengan serius sambil sesekali membacakan isinya dengan suara lembut.Tiba-tiba, suara keras terdengar. Pintu gerbang vila didobrak dengan kasar. Nova mendongak, terkejut, dan segera bangkit berdiri. Sejumlah orang asing menyerbu masuk, diikuti oleh seorang pria yang tampak panik dan terhuyung-huyung memasuki halaman.Pria itu adalah Hendro. Wajahnya memar dan bengkak, terlihat jelas habis dipukuli. Begitu masuk, dia berlari menuju Nova dan bersembunyi di belakangnya, sambil memohon, "Kak, tolong aku, kak, selamatkan aku."Nova menenangkan Hendro dengan isyarat tangan agar tetap tenang. Dia lalu berdiri tegap, menatap para tamu tak diundang dengan tatapan tajam. Lima p

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Jenderal Naga   Bab 1827

    Namun, baru beberapa langkah melangkah, tubuh orang itu tiba-tiba terlempar ke belakang dengan keras dan jatuh ke tanah. Darah segar mengalir dari mulutnya. Sementara itu, Nova sudah mengikuti Titan meninggalkan vila keluarga Kurniawan.Dengan panik, Toni segera meraih ponselnya dan menelepon Chandra. Sambungan telepon terhubung, tapi tak ada jawaban dalam waktu yang cukup lama. Toni terus mencoba, berkali-kali, hingga puluhan kali, tapi tetap saja tak ada yang mengangkat. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengirim pesan singkat ke Chandra, "Chandra, ada masalah besar. Nova sudah dibawa pergi oleh seseorang. Segera kembali ke Rivera."Di kediaman keluarga Kurniawan, seluruh anggota keluarga sudah berkumpul."Kakek, siapa sebenarnya orang yang membawa Kak Nova pergi?" tanya Leon penasaran.Toni terlihat sangat serius. Kini, dia sudah menjadi bagian dari dunia seni bela diri kuno, dan dalam beberapa tahun terakhir, dia mulai memahami betapa rumitnya dunia itu. Dia tahu betapa besar pengaruh

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Jenderal Naga   Bab 1828

    "Siapa kalian?"Kemunculan Robi dan rombongannya langsung menarik perhatian para penjaga istana Negara Akasa. Puluhan penjaga bersenjata berat segera mendekat dan mengelilingi mereka. Cahaya pedang berkilauan, bayangan tubuh bergerak cepat. Ronald bergerak sekejap. Dalam sekejap, puluhan penjaga bersenjata lengkap itu terjatuh ke tanah, berlumuran darah. Kecepatan Ronald saat menghunus pedang begitu cepat hingga para prajurit Negara Akasa itu tak sempat bereaksi sebelum leher mereka terkena tebasan, membuat mereka jatuh dan tak bangun lagi.Sirene alarm segera berbunyi di seluruh istana. Pintu gerbang istana terbuka dengan cepat. Sejumlah besar prajurit menyerbu keluar. Namun Ronald, dengan pedang panjangnya, langsung menyerang balik. Dalam sekejap, semua yang menyerbu langsung tertebas mati.Di bagian belakang istana, di dalam sebuah ruangan, Titan sedang asyik bercumbu dengan seorang wanita cantik."TOK-TOK-TOK," terdengar ketukan pintu yang tergesa-gesa.Titan mengumpat keras, mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Jenderal Naga   Bab 1829

    Ini adalah situasi yang sama sekali tidak diinginkan oleh Titan. Negara Akasa memang hanya sebuah negara kecil, tapi Titan punya rencana besar untuk menjadikannya sebagai batu loncatan guna menaklukkan wilayah-wilayah lain. Tujuannya adalah memperluas Negara Akasa hingga menjadi negara terbesar di dunia, bahkan mungkin menjadi satu-satunya negara di planet ini suatu hari nanti."Robi, jika kamu berani bergerak, percaya atau tidak, dengan satu perintah dariku, Nova dan anak dalam kandungannya akan tewas seketika," ucap Titan dengan nada licik, matanya tajam menatap Robi.Titan baru saja membawa Nova pergi, dan kini Robi sudah tiba di sini, menunjukkan betapa pentingnya Nova bagi Robi, terutama anak yang sedang dikandung Nova. Titan sebenarnya enggan berhadapan dengan Robi saat ini, terlebih lagi di wilayahnya sendiri, karena dia tidak ingin merusak negaranya. Negara Akasa yang baru berkembang ini hanya memiliki populasi sekitar sejuta orang. Jika terjadi pertumpahan darah besar-besaran,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Jenderal Naga   Bab 1830

    Melihat Nova baik-baik saja, Robi akhirnya bisa bernapas lega. Dia berjalan mendekati Nova dan bertanya, "Nova, kamu baik-baik saja?"Nova menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "Aku baik-baik saja.""Raja Januar yang menyelamatkanmu?" Robi bertanya dengan penasaran.Nova mengangguk kecil. "Iya, Raja Januar yang menemukanku."Sambil berbicara, dia melirik ke arah Titan yang wajahnya tampak sangat muram. Dia melihat langsung bagaimana Raja Januar bertindak, dan dia sama sekali tidak menyangka bahwa kekuatan Raja Januar bisa sehebat itu. Bahkan Titan, yang berada di Alam Tingkat Sembilan, tidak mampu melawan sama sekali.Titan menatap Nova dengan ekspresi yang gelap dan penuh amarah. Awalnya, dia berniat menggunakan Nova untuk memaksa Chandra, tetapi dia tidak menduga bahwa bukan hanya Robi yang datang, tetapi Raja Januar juga muncul. Pada titik ini, Titan tidak lagi memiliki keberanian untuk menahan Nova."Nova, kamu boleh pergi," kata Titan sambil membalikkan badan dan pergi.Robi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1963

    Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar

  • Jenderal Naga   Bab 1962

    Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

DMCA.com Protection Status