Share

Bab 1808

Penulis: Angin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-09 18:00:00
Robi mengangguk lalu berkata, “Sonia, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Bukankah cukup menyenangkan menjadi kepala keluarga Atmaja? Lalu kenapa kamu memisahkan diri dari kami dan membangun Istana Gugur Bunga?”

Sonia langsung menundukkan kepalanya lalu berbisik, “Aku bosan dengan keluarga Atmaja. Aku ingin mencari hal lainnya untuk membunuh kebosananku, makanya aku membangun Istana Gugur Bunga. Aku tidak menyangka, ternyata aku semakin bosan setelah selesai membangunnya.”

Kemudian Sonia mengangkat kepalanya lalu bertanya sambil menatap Robi, “Oh iya, apa Kakek pernah bertemu dengan Chandra selama beberapa tahun ini? Kakek mendirikan Dinasti Atmaja pasti dengan bantuan Chandra, kan?”

Robi tampak sedih ketika mendengar nama Chandra. Dia sudah berusaha membujuk Chandra tiga tahun yang lalu. Namun, Chandra tetap bersikeras untuk tidak membantunya.

“Kakek belum pernah bertemu dengan Chandra beberapa tahun belakangan,” jawab Robi.

“Apa? Kakek benar-benar belum pernah bertemu dengannya? Bagai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jenderal Naga   Bab 1809

    Robi melihat Chandra dari kejauhan, lalu berjalan mendekat bersama para pengikutnya. Nova yang lebih dulu menyadari kedatangan Robi segera menatapnya dengan hormat dan meyapa, "Kakek." Sambil menarik lengan Chandra.Chandra yang tersadar menatap Robi dengan ekspresi datar, lalu berkata, “Selamat, akhirnya kamu menjadi penguasa sebuah negara.” Namun, nada bicaranya mengandung sedikit ketidakramahan.Dalam hati, Chandra sebenarnya tidak pernah mendukung ambisi sang kakek untuk mendirikan negara dan mengejar kekuasaan. Sejak dulu, orang-orang yang memilih jalan itu jarang berakhir dengan baik. Apalagi sekarang dunia dalam kedamaian. Chandra tidak ingin munculnya negara-negara baru itu hanya akan membuat kekacauan demi memperebutkan wilayah."Nova, selamat, ya," kata Robi dengan tersenyum saat melihat perut Nova yang besar. "Keluarga Atmaja sebentar lagi akan memiliki darah baru. Jika anakmu laki-laki, aku pasti akan membimbingnya menjadi calon kaisar Dinasti Atmaja di masa depan.""Terima

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • Jenderal Naga   Bab 1810

    Chandra hanya bisa mengucapkan terima kasih mendengar ucapan selamat dari Raja Januar dan Jamal. Mereka berkumpul bersama.Raja Januar tiba-tiba bertanya, “Ngomong-ngomong, Chandra, kamu sudah pensiun, tapi kenapa sekarang muncul lagi? Kamu punya rencana apa ke depannya? Bagaimana kalau kamu bergabung dengan Negara Januar?” Raja Januar mengundang Chandra.“Negara Januar mungkin sekarang belum bisa dibandingkan dengan Someria, tapi aku memiliki umur yang tak terbatas. Nanti jika aku sudah mengembangkan negaraku selama puluhan bahkan ratusan tahun, Negara Januar pasti akan menjadi salah satu negara terkuat di dunia ini. Bahkan dalam waktu dekat, bisa jadi negara terkuat satu-satunya.”Raja Januar sendiri berasal dari keluarga kerajaan. Hanya saja, seribu tahun yang lalu, dia kalah dalam perebutan kekuasaan. Demi bangkit kembali, dia mengumpulkan para pejuang terkuat di dunia.Pada puncak kekuasaannya, Raja Januar menyadari keberadaan Basita. Dia merasa takut pada Basita, dan karena itu b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Jenderal Naga   Bab 1811

    “Selain itu, ada juga yang disebut hasrat.”“Apa itu hasrat?”“Hasrat adalah menjadi yang terkuat di dunia, sebuah ambisi yang sangat kuat. Ketika hasrat itu mencapai puncaknya, ditambah dengan kekuatan Naga Yu, dia akhirnya berhasil menembus batas dan mencapai Alam Sembilan.”“Kakekmu, Robi, juga sama. Hasratnya sangat kuat dan dia juga sangat licik. Dengan bantuan Naga Yu, dia berhasil mencapai setengah tahap suci.”“Hasrat manusia itu sangat mengerikan.”Sambil berkata begitu, Raja Januar menatap Chandra dan tersenyum, “Kamu, yang tidak memiliki hasrat atau ambisi, tidak bisa menggunakan cara ini. Satu-satunya jalan untukmu adalah menggunakan kekuatan alam.”“Hm?” Chandra bertanya, “Apa itu kekuatan alam? Tolong jelaskan,” lanjut Chandra. Raja Januar menjelaskan, “Kekuatan Alam adalah kekuatan yang sangat luar biasa, kekuatan dari alam semesta itu sendiri. Kamu harus bebas dari keinginan, hatimu tenang, memahami alam, merasakan energi alam, menyerap kekuatan dari alam untuk menguba

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Jenderal Naga   Bab 1812

    Malam berlalu dengan tenang, tanpa suara. Keesokan harinya, hari pertarungan antara Titan dan Basita telah tiba. Keduanya adalah sosok yang telah mencapai Alam Sembilan. Banyak orang belum tahu kekuatan sejati dari Alam Sembilan. Oleh karena itu, pertarungan ini menarik banyak perhatian.Lebih dari seribu orang, tua maupun muda, berkumpul untuk menyaksikan. Mereka semua adalah petarung hebat, baik yang terkenal maupun yang tidak.Saat matahari baru saja terbit di ufuk, Titan muncul. Ia berdiri di puncak Gunung Gurlu dengan pakaian santai berupa setelan jas. Tangannya diletakkan di belakang punggung. Ekspresi wajahnya tenang dan penuh percaya diri. Melihat orang-orang yang berkumpul di sekitarnya, Titan tersenyum tipis.Tak ada yang tahu dari mana asalnya, dan tak ada yang tahu siapa gurunya. Dia memilih menantang Basita, bukan Raja Januar. Karena Titan ingin, setelah mengalahkan Basita, mengklaim bahwa Basita adalah gurunya. Dengan cara ini, reputasinya akan meningkat pesat dalam waktu

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Jenderal Naga   Bab 1813

    Wajah Nova menunjukkan sedikit rasa tak nyaman, lalu berkata, “Aku tidak selemah itu.”Di Gunung Gurlu, pertarungan terus berlangsung. Setelah satu serangan telapak tangan, Basita segera mundur, sedangkan Titan terus mengejarnya tanpa henti. Serangan Titan sangat agresif. Dia berkali-kali mencoba menyerang titik vital Basita. Namun, Basita dengan tenang menangkis serangan-serangan itu, mempertahankan diri dari serangan bertubi-tubi dari Titan.Beberapa kali, Basita sebenarnya bisa menyerang balik. Namun, pada saat-saat genting, dia hanya menahan diri. Basita tidak melancarkan serangan balasan, hanya dengan tenang bertahan.Gemuruh terus terdengar. Keduanya adalah pesilat Alam Sembilan, sehingga aura pertarungan mereka sangat kuat. Hanya aura mereka saja sudah menghancurkan Gunung Gurlu. Puncak gunung setinggi ribuan meter itu, dalam waktu singkat, berubah menjadi puing-puing.“Ah!” Titan berteriak marah.Dengan gerakan cepat, dia mencabut pedangnya. Ujung pedang menyentuh tanah, dan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Jenderal Naga   Bab 1814

    Pertarungan yang awalnya diperkirakan akan menjadi salah satu pertempuran paling sengit dan bersejarah, ternyata berakhir dengan begitu cepat. Basita kalah, Titan menang. Setelah pertarungan itu, nama Titan langsung menggema ke seluruh penjuru dunia, menjadikannya yang tak terbantahkan sebagai pesilat nomor satu.Meskipun dia belum bertarung melawan Raja Januar, di mata banyak orang, mengalahkan Basita sudah cukup untuk menjadikan Titan yang terkuat. Alasannya sederhana: Basita telah hidup lebih lama dari Raja Januar. Semakin lama hidupnya, maka orang itu semakin dianggap lebih kuat. Namun, para pesilat yang lebih kuat dapat melihat keanehan dalam pertarungan itu. Basita sengaja mengalah kepada Titan. Apa motif di balik tindakan Basita, tak ada yang tahu.Setelah pertarungan, semua orang mulai berangsur-angsur meninggalkan lokasi. Chandra dan Nova juga pergi lebih dulu, tak ingin diganggu oleh siapa pun. Kadir pun ikut bersama mereka. Dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan C

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Jenderal Naga   Bab 1815

    "Hehe," Basita tersenyum tipis dan berkata, "Kamu tidak perlu terlalu banyak bertanya. Yang perlu kamu lakukan hanyalah membantuku mendapatkan stempel kerajaan dari Raja Januar."Chandra tampak berpikir. Sekilas, dia tidak bisa memahami apa sebenarnya yang diinginkan Basita. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya, “Pak Basita, mengapa Anda sengaja mengalah kepada Titan? Titan memang sudah mencapai Alam Sembilan, dan kekuatannya sangat hebat, tapi belum sampai pada tingkatan yang luar biasa. Saya sendiri merasa mampu menahan serangannya, apalagi Anda.”“Kamu tidak perlu bertanya tentang itu,” Basita tidak menjawab pertanyaan Chandra."Kalau begitu, mengapa Anda membutuhkan stempel kerajaan dari Raja Januar? Mengapa Anda tidak mengambilnya sendiri? Jika Anda yang turun tangan, mungkin Raja Januar bukanlah tandingan Anda. Sementara saya bahkan belum mencapai Alam Sembilan, saya jelas bukan tandingan Raja Januar."Basita menjawab, “Itu urusanmu. Saya sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-12
  • Jenderal Naga   Bab 1816

    "Ya, tiga ratus tahun," Basita menghela napas panjang.Dulu, dia butuh tiga ratus tahun penuh untuk menciptakan metode menyerap energi spiritual alam. Dia menatap Chandra dengan penuh kekaguman dan berkata, "Kamu sangat luar biasa. Di zaman seperti sekarang, kamu adalah yang terbaik yang pernah kulihat. Aku awalnya berpikir kamu harus melalui banyak hal dan memahami segalanya sebelum bisa merasakan keberadaan energi spiritual alam. Tapi ternyata, kamu sudah bisa merasakannya sekarang. Aku bisa memberimu metode untuk menyerap energi spiritual alam ini."Mendengar itu, Chandra mengangkat tangan pelan dan berkata, "Tidak perlu.""Eh?" Basita terkejut.Ini adalah teknik yang diimpikan oleh semua orang, sebuah teknik yang dia ciptakan sendiri. Selama lebih dari dua ribu tahun, dia belum pernah mengajarkannya kepada siapa pun, karena tidak ada yang mampu mencapai tahap seperti Chandra. Kini, ketika dia dengan sukarela ingin mengajarkannya kepada Chandra, justru Chandra menolaknya.Chandra te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-13

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 1963

    Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar

  • Jenderal Naga   Bab 1962

    Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak

  • Jenderal Naga   Bab 1961

    Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb

  • Jenderal Naga   Bab 1960

    Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi

  • Jenderal Naga   Bab 1959

    Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere

  • Jenderal Naga   Bab 1958

    "Bagaimana mungkin? Kenapa ada aura yang begitu kuat?" Semua orang merasakan kehadiran aura menakutkan dari puncak gunung. Mereka semua diliputi rasa ngeri yang membuat bulu kuduk merinding. Krak... Krak... Krak. Di bawah tekanan aura tersebut, pegunungan tempat Istana Bunga berdiri mulai menunjukkan tanda-tanda keretakan. Orang- orang di kaki gunung berubah wajah seketika. "Celaka! Cepat lari!" Dengan panik dan wajah pucat pasi, mereka bergegas melarikan diri. Di puncak gunung. Chandra sedang menggabungkan dua aliran energi murni di dalam tubuhnya. Kedua energi tersebut menyatu menjadi kekuatan baru yang sangat luar biasa. Dia berusaha keras mengendalikan kekuatan itu, tetapi kekuatan tersebut terlalu besar, terlalu mengerikan. Begitu besar hingga hampir tidak mampu Chandra kendalikan. "Hahaha!" Jayhan tertawa terbahak-bahak, penuh kegilaan. Kekuatan ini luar biasa. Seseorang yang bahkan belum mencapai tingkat Alam Mahasakti mampu menunjukkan teknik sehebat ini. Ini bu

  • Jenderal Naga   Bab 1957

    Jayhan sangat cemas. Dia sangat ingin tahu tentang ilmu yang dipelajari Chandra. Dia tahu, nenek moyang Bumi pernah melahirkan banyak pesilat hebat, dan para pesilat itu meninggalkan ilmu-ilmu luar biasa. Jayhan curiga Chandra telah mendapatkan salah satu ilmu tertinggi itu. Sementara itu, Chandra tampak berpikir serius. Dia belum mengambil keputusan. Melihat Chandra ragu-ragu, Jayhan segera berkata, “Tenang saja, aku selalu menepati janji. Setelah kau memberikan ilmu itu kepadaku, aku akan melindungimu. Bahkan setelah segel Bumi terbuka, aku pastikan kau akan hidup dengan baik.” Namun, kekhawatiran Chandra bukan tentang memberikan ilmu itu, melainkan apakah ia bisa menggunakan ilmu pamungkasnya untuk membunuh Jayhan. Jayhan sangat kuat, bahkan terlalu kuat. Jika Jayhan sedikit saja waspada, rencananya pasti gagal. Untuk membunuh Jayhan, Chandra butuh membuatnya benar-benar lengah. Dia sadar, menggunakan Sangkar Kosmik begitu saja tidak akan berhasil. Jayhan pasti akan bers

  • Jenderal Naga   Bab 1956

    "Silakan, katakan."Jayhan benar-benar menginginkan ilmu yang dikuasai oleh Chandra. Bukan hanya satu atau dua pertanyaan—puluhan pun akan ia jawab tanpa ragu.Chandra menatap Jayhan dengan serius, lalu bertanya, “Apakah di Alam Niskala ada celah dalam segel yang memungkinkan makhluk-makhluk dari sana masuk ke Bumi?”Jayhan mengangguk sambil berkata, “Benar. Di Alam Niskala memang ada celah pada segelnya. Siapa pun yang berhasil melewati celah itu, bisa langsung muncul di Bumi.”“Jadi, tidak lama lagi akan ada lebih banyak makhluk dari Alam Niskala yang muncul di Bumi?” Chandra melanjutkan.Jayhan kembali mengangguk. “Ya, benar. Tapi melewati celah itu bukan perkara mudah. Dari seratus orang yang mencoba, mungkin hanya satu yang berhasil. Sisanya akan mati dalam prosesnya.”Mendengar jawaban itu, Chandra menarik napas lega. Namun, ia segera mengajukan pertanyaan lain, “Saat ini, level kekuatanmu ada di tahap apa?”“Mahasakti Sempurna, hanya satu langkah lagi menuju Transenden,” jawab J

  • Jenderal Naga   Bab 1955

    Jayhan berdiri di depan Chandra dengan senyum penuh ancaman, matanya menatap tajam ke arah pria yang sedang berjuang untuk tetap hidup.“Chandra, aku sudah membiarkan semua orang pergi. Sekarang, serahkan teknik kultivasi yang kau gunakan,” katanya tegas. “Jangan coba mempermainkanku. Jika aku mau, aku bisa menangkap mereka kembali, dan kali ini, mereka pasti mati.”Chandra perlahan membuka matanya. Wajahnya datar, nyaris tanpa emosi. Dengan suara lemah, dia berkata, “Aku terluka parah dan bisa mati kapan saja. Setidaknya beri aku waktu untuk pulih. Setelah aku sembuh, aku akan memberikannya padamu.”Setelah itu, Chandra kembali terdiam. Ia menutup mulutnya rapat-rapat, tak ingin berbicara lebih banyak. Jayhan hanya mendengus, tidak terlihat tergesa-gesa. Dalam pikirannya, Chandra hanyalah seekor semut—mudah dihancurkan kapan saja.Di Kaki Gunung Istana BungaSejumlah pesilat berkumpul di kaki gunung, wajah mereka penuh kecemasan. Suasana tegang menyelimuti mereka.“Apa yang harus kita

DMCA.com Protection Status