Saat ini, Chandra kembali ke pulau di mana Lethran berada. Chandra bisa merasakan kalau sebenarnya, manusia berbulu itu tidaklah jahat. Namun kemungkinan besar, orang itu sudah dirasuki oleh sesuatu yang membuat dirinya seperti itu, sama halnya seperti Nova yang dirasuki oleh Darah Kura. Namun, Nova masih bisa menekan kekuatan jahat di dalam tubuhnya karena dia memiliki metode pemeliharaan tubuh, sedangkan manusia berbulu ini sepertinya tidak menguasai ilmu tersebut. Oleh karena itu, Chandra kembali datang ke pulau terpencil untuk memeriksa analisanya ini. Selain itu, dia juga ingin menanyakan perihal naga kepada orang tersebut. Karena Chandra yakin, orang berbulu itu pasti mengetahui tentang keberadaan naga. Kemampuan Chandra untuk bisa menyelamatkan nyawa Nova sekarang, berada di tangan orang berbulu itu. Chandra berhasil memulihkan setengah dari energinya setelah dua hari berlalu. Chandra juga tidak terburu-buru untuk menemui manusia berbulu itu sesampainya dia di pulai terpencil
“Darah Phoenix? Apa ini Darah Phoenix asli?” tanya Nova terkejut. “Benar, itu adalah Darah Phoenix asli,” jawab Jamal sambil mengangguk. “Lalu, siapa kamu? Kenapa Darah Phoenix bisa ada di tanganmu? Selain itu, kenapa kamu memberikan Darah Phoenix yang berharga ini padaku?” tanya Nova lagi bingung. “Sebenarnya, aku tidak ingin memberikan Darah Phoenix itu kepadamu. Darah Phoenix adalah hal yang sangat langka dan hanya tersisa sedikit saja di dunia ini. Selain itu, Darah Phoenix bisa membuat orang yang meminumnya hidup dalam keabadian. Sebenarnya, aku tidak ingin memberikannya padamu, tapi ayahku yang menyuruhku untuk melakukannya,” jawab Jamal jujur. “Memangnya siapa ayahmu?”“Namaku Jamal dan kamu bisa memanggil ayahku sebagai Raja Januar.”“Apa?”Nova kembali terkejut ketika Jamal menyebutkan nama Raja Januar lalu dia kembali bertanya, “Apa yang kamu katakan tadi? Jadi, ayahmu adalah Raja Januar yang berhasil membunuh Kura Sakti ribuan tahun yang lalu?”Bagaimana mungkin Nova tid
Di sebuah pulau terpencil di mana Lethran berada. Chandra membutuhkan waktu beberapa hari untuk memulihkan seluruh energi sejati yang dihabiskannya untuk menggunakan Rahasia 14 Pedang. Proses pemulihan ini membuatnya cukup tertekan karena dia tidak bisa melakukannya hanya dalam sekejap mata. Proses ini tentu saja tidak membutuhkan waktu selama ini kalau saja dia memiliki pil pemulihan diri. Kejadian ini membuat Chandra memutuskan kalau dirinya akan mempelajari ilmu pengobatan kuno dengan lebih mendalam guna menyempurnakan ramuan untuk memulihkan energi dengan cepat setelah dia kembali ke Rivera, Someria. Chandra mengambil Pedang Naga Pertamanya setelah dia selesai memulihkan kekuatan lalu berjalan dengan hati-hati menuju Lethran. Tidak lama kemudian, dia pun sudah berada di Lethran. Namun kali ini, Chandra tidak berani bersikap gegabah dengan langsung masuk ke dalam gua yang berada di sana. Dia belajar dari pengalaman sebelumnya dan mulai mencari cara untuk memancing manusia berbul
“Oh, iya!” seru Chandra teringat akan sesuatu. Manusia berbulu yang membawanya ke sini pasti familier dengan tulisan yang ditulis ribuan tahun ini. Selain itu, Chandra juga mengerti makna dari tulisan ini. Jadi, kenapa Chandra tidak berkomunikasi menggunakan tulisan ini dengan si manusia berbulu itu? Chandra bergegas mengeluarkan Pedang Naga Pertama miliknya. Namun, si manusia berbulu langsung melangkah mundur dan seketika aura penuh keganasan terlihat memancar keluar dari dalam tubuhnya. Rambut panjangnya tampak berdiri tegak diikuti dengan matanya yang berubah warna menjadi merah darah. Chandra terpana ketika melihat perubahan tubuh si manusia berbulu. Sebenarnya, tujuan Chandra mengeluarkan pedangnya adalah untuk menulis kata-kata di atas tanah. Namun, dia tidak menyangka kalau si manusia berbulu akan salah paham padanya dan menganggap kalau Chandra ingin menyerangnya. Chandra tidak lagi berani untuk tetap tinggal di tempat setelah terakhir kali dirinya diserang oleh manusia ber
Chandra memperhatikan seni bela diri yang tertulis di atas dinding batu dengan serius. Seni bela diri di sini terbagi atas dua bagian, bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas secara garis besar terdiri dari kekuatan batin dan mental. Seni bela diri ini disebut dengan Langit dan Bumi. “Metode ini dikenal dengan sebutan metode Semesta yang terdiri dari energi langit dan bumi.”“Siapa pun yang ingin mempraktikkan metode ini harus mempelajari kedua energi tersebut, yaitu energi langit dan bumi. Karena energi itu adalah dua energi yang saling melengkapi satu sama lain dan akan membentuk satu kesatuan yang utuh.”Chandra memperhatikan seni bela diri yang tertulis di atas dinding batu dengan raut wajah serius. Sayangnya, apa yang tertulis di sini sudah terlalu dalam. Chandra hanya bisa memahami perkenalan singkat di bagian awal saja dan dia sama sekali tidak paham tentang apa yang tertulis di tingkat selanjutnya. Sebenarnya, bukan karena Chandra tidak mengerti akan arti dari tulisan itu.
Robi datang menghampiri Nova lalu berkata, “Besok, Akasa akan memanggil seluruh praktisi bela diri yang ada di seluruh dunia. Sekarang, seluruh praktisi bela diri sedang pergi menuju Gunung Enam Kaisar. Aku rasa, Akasa pasti sedang berencana untuk menjadi pemimpin dari Aliansi Seni Bela Diri di dunia ini. Bagaimanapun juga, Akasa sekarang sudah menjadi sosok yang sangat kuat dan sulit untuk dikalahkan karena dia sudah berada di puncak Tangga Langit Sembilan. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa menghentikannya.”Nova menatap Robi dengan raut wajah bingung lalu berkata, “Tapi, sekarang kekuatanku belum sampai Tangga Langit Kesembilan. Kekuatanku paling besar hanya bisa mencapai Tangga Langit Ketujuh. Kekuatanku sangat berbeda jauh dengan kekuatan Akasa saat ini.”“Apa benar kekuatanmu hanya sampai di Tangga Langit Ketujuh?” ujar Robi sambil mengerutkan keningnya. Kemudian dia menghela napas lalu berkata, “Sekarang, waktunya terlalu singkat. Sebenarnya, kamu bisa mencapai puncak Tan
“Aku setuju!”“Aku juga setuju!”“Akasa! Akasa! Akasa!” Satu orang maju untuk mendukung Akasa dan yang lainnya mengikuti. Semua orang di sana setuju untuk menjadikan Akasa sebagai pemimpin Aliansi Seni Bela Diri. Akasa mengangkat tangannya lalu merendahkannya sedikit. Dalam sekejp mata, suara riuh langsung berubah tenang. Akasa sempat berusaha menenangkan diri sejenak lalu berkata, “Semuanya, tolong dengarkan! Aku merasa tidak pantas untuk memimpin aliansi ini karena masih ada senior-seniorku yang lebih pantas untuk menjadi pemimpin, seperti Moho dari Shaolin, Bhadra dari Butang, Empat keluarga kuno, para senior dari Panca Pedang serta para ahli seni bela diri dari luar negeri. Mereka semua adalah pemimpin dari berbagai kelompok hebat di dunia ini, jadi aku merasa tidak pantas untuk memimpin kalian.”Akasa berusaha untuk merendahkan dirinya. Namun sebenarnya, dia merasa bahagia di dalam hatinya. Lagi pula, penolakannya ini hanya sebagai sebuah simbolis. Bagaimanapun juga, dia adalah
“Maaf,” ujar Akasa sambil membungkuk serendah mungkin.“Aku tidak bisa menyelamatkan Chandra karena keterbatasan kekuatanku. Akibatnya, Someria sudah kehilangan pelindung sekaligus orang paling kuat di dunia ini,” ujar Akasa dengan penuh ketulusan. Sonia tidak bisa menemukan cela dari permintaan maaf Akasa. Dia juga masih sangat terkejut dengan kenyataan ini.“Jadi … Chandra benar-benar sudah mati?” tanya Sonia lagi penuh ketidakpercayaan. “Benar, dia sudah benar-benar mati,” jawab Akasa sambil mengangguk. Kemudian Akasa berbalik dan memperhatikan para praktisi seni bela diri di sekitarnya lalu berkata dengan suara lantang, “Semuanya, di pulau terpencil itu terdapat manusia yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun dan Naga yang kita cari. Jadi kali ini, kita harus membawa senjata dengan teknologi tinggi untuk meledakkan pulau dan membunuh Naga. Dengan begitu, kita bisa menciptakan perdamaian di muka bumi ini.”“Kita adalah praktisi ilmu seni bela diri.”“Kita jauh lebih kuat dari manu
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar
Chandra terdiam sejenak, lalu berkata, “Apa ini tentang suku di dalam tempat penyegelan?” Penjaga menggeleng pelan. “Lupakan. Kalau aku jelaskan sekarang, kamu tidak akan mengerti. Nanti aku akan memberitahumu. Untuk sekarang, aku membawamu ke sini karena aku berniat menggunakan Teratai Iblis ini untuk membentuk kembali tubuhmu.” “Apa?” Chandra tertegun. Ia memandang bunga teratai yang mengeluarkan kabut hitam di depannya, lalu bertanya, “Menggunakan bunga ini untuk membentuk kembali tubuhku?” “Benar.” Penjaga itu mengangguk. “Bunga ini didapatkan dengan susah payah oleh leluhur Bumi. Bunga ini terkait dengan rencana besar yang luar biasa. Namun, aku belum bisa memberitahumu banyak sekarang. Terlalu banyak yang kukatakan hanya akan membebani pikiranmu. Yang bisa kukatakan adalah kamu mendapatkan peluang besar dan keberuntungan yang luar biasa.” Dia berbalik menatap Teratai Iblis. “Bunga ini dulu milik seorang ahli super yang kekuatannya melampaui bayanganmu. Jika aku menggunak
Tugas seorang prajurit adalah melindungi rakyat. Itulah tanggung jawab dan kewajiban yang telah terasah selama lebih dari sepuluh tahun Chandra menjalani kehidupan sebagai seorang pejuang. Jika semua orang hanya memilih mundur dan tidak ada yang berani maju, dunia ini akan hancur. “Ya,” Sang Penjaga mengangguk pelan. Dia setuju dengan apa yang dikatakan Chandra. Sejak zaman purba, berkat keberadaan orang-orang seperti itu lah, Bumi bisa tetap terjaga hingga sekarang. “Penjaga, apakah aku masih punya harapan untuk hidup?” Chandra, yang kini hanya berupa tubuh astral, memandang sang Penjaga dengan penuh harap. Dia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dia lakukan, masih banyak hal yang belum selesai. “Masih ada harapan,” ujar Penjaga dengan suara pelan. “Namun, dengan hidupmu yang baru nanti, tanggung jawabmu akan menjadi lebih besar, dan tekanan yang kau rasakan akan jauh lebih berat.” Chandra, tanpa ragu, berkata, “Aku siap menanggung semuanya.” Sang Penjaga melamb
Orang itu adalah Penjaga Pustaka Agung. Dia menyaksikan kondisi Istana Bunga yang kini telah menjadi puing-puing. Pada wajahnya yang samar dan tak nyata, tersirat sebuah ekspresi penuh keikhlasan bercampur pilu. “Demi bangsa dan rakyat, dengan semangat leluhur bumi, dunia ini membutuhkan orang-orang seperti dirimu. Jika semua orang hanya memikirkan keselamatan dirinya, bumi ini tak akan disegel di masa lalu, tetapi benar-benar lenyap,” gumam sang Penjaga dengan suara pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. “Tiga jiwa, tujuh roh, berkumpullah.” Tangannya yang samar mulai bergerak, menciptakan formasi tanda yang misterius. Seketika, sebuah kekuatan tak kasat mata terpancar dari tangannya, menyebar ke seluruh penjuru bumi hingga mencapai area Istana Bunga. Di tengah puing-puing itu, titik-titik cahaya putih perlahan berkumpul di udara, membentuk sebuah bayangan yang tak nyata. Bayangan itu melesat cepat, meninggalkan area tersebut, bergerak menuju arah Gunung Langi
Gunung tempat Istana Bunga berdiri hancur dalam sekejap, lenyap menjadi abu. Puluhan kilometer di sekitarnya berubah menjadi puing-puing tanpa ada tanda-tanda kehidupan yang tersisa. “Apakah Chandra sudah mati?”“Apakah dia menggunakan teknik pamungkas untuk membasmi musuh?” Bisikan penuh kebingungan terdengar di antara orang-orang yang selamat. Setelah keadaan mulai tenang, para pesilat yang sebelumnya melarikan diri kembali ke lokasi, berharap menemukan Chandra di tengah reruntuhan. Di antara puing-puing, terdengar suara batu yang bergerak. Sosok seorang pria yang bersimbah darah perlahan bangkit. Dia duduk di atas batu besar, terengah-engah sambil memegangi luka-lukanya. “Sialan! Hampir saja aku mati karenanya,” gumam Jayhan dengan nada berat. Wajahnya muram. Jayhan tidak pernah menyangka Chandra akan menyerangnya tiba-tiba. Jarak yang terlalu dekat dan kurangnya kewaspadaan membuatnya terkena serangan langsung. Meski kekuatan Jayhan luar biasa, serangan itu hampir mere