Chandra sudah mencari Nova selama satu tahun penuh. Tepat ketika dia akan menyerah, tiba-tiba saja dia mendengar kabar tentang Nova. “Bos, berita itu benar. Aku juga sudah melihat CCTV dan Nova memang benar-benar ada di rumah keluarga Kurniawan,” jawab Paul.Chandra benar-benar bersemangat dengan informasi yang sudah dikonfirmasi oleh Paul. Jadi, dia buru-buru berbalik dan hendak pergi menuju kediaman keluarga Kurniawan. Paul buru-buru mengejarnya seraya berkata, “Bos, biar aku antar kamu ke rumah keluarga Kurniawan.”“Oke,” jawab Chandra cepat sambil mengangguk lalu dia pergi menuju ke rumah keluarga Kurniawan dengan pengawalan dari Paul. Kediaman keluarga Kurniawan. “Kakek, Papa! Gawat! Ada masalah!” seru Leon panik ketika seluruh anggota keluarga Kurniawan sedang berkumpul sambil menatap Nova yang sedang makan. “Kenapa kamu bertingkah aneh begitu? Apa kamu tidak lihat kalau Nova sedang makan?” “Bukan ....”Kemudian Leon menunjuk ke arah luar lalu berkata, “Ada banyak kendaraan
Namun, Nova tetap saja tidak bisa menemukan sosok seperti Chandra dalam ingatannya, sekalipun dia sudah berusaha mengingatnya sekeras mungkin. Entah apa benar yang dikatakan keluarganya kalau laki-laki ini adalah suaminya? “Bukan! Dia bukan suamiku! Pergi kamu dari sini!” seru Nova sambil menunjuk ke arah Chandra penuh amarah. Hal ini tentu saja membuat Chandra sangat terkejut. Bahkan dia sampai terpaku di tempat. “Ada apa ini sebenarnya?”Sampai akhirnya, Chandra kembali tersadar. Dia pun menatap ke arah anggota keluarga Kurniawan yang lain. Hendro bergegas menghampiri Chandra lalu berbisik, “Kak, kami juga nggak tahu apa yang terjadi. Tapi, Kak Nova sepertinya sudah kehilangan ingatannya ketika dia kembali ke sini. Ingatannya hanya sampai 11 tahun yang lalu. Dia juga sempat bilang kalau dia harus segera mengulang pelajaran karena dia harus mengikuti ujian.”Chandra tercengang ketika mendengar perkataan Hendro. Dia pun langsung menatap Nova dengan perasaan tidak karuan. Amnesia?C
Setahun yang lalu, Sonialah yang terus mendorong Nova untuk pergi. Dia berpikir kalau dirinya akan memiliki kesempatan untuk memiliki Chandra selama Nova tidak ada. Namun, dia tidak pernah mendengar berita tentang Chandra selama satu tahun menunggu. Sampai akhirnya, dia mendengar tentang kemunculan Nova di Rivera. Jadi, dia buru-buru datang ke Rivera dengan panik. “Chandra, sudah lama kita nggak bertemu,” sapa Sonia sambil berjalan menghampiri Chandra dan mengembangkan senyuman menawan di wajahnya. “Ya, sudah setahun,” balas Chandra bingung. Entah mengapa, Chandra merasa kalau waktu berjalan sangat panjang, sekalipun baru berjalan setahun. Mungkin karena dia sudah mengunjungi banyak tempat dan menemui banyak orang baru yang tidak dikenalnya selama masa pencariannya terhadap Nova. “Bukankah kamu seharusnya berada di kediaman keluarga Atmaja di Diwangsa? Kenapa kamu justru berada di sini?” tanya Chandra heran. “Memangnya kenapa kalau aku di sini? Apa aku nggak boleh menemuimu? Bagai
Chandra terus menatap Nova yang saat ini tampak sangat polos dan suci. Bahkan dia terlihat sangat manis ketika membuka mulutnya. “Aku tidak mau mengenalmu!” tolak Nova. Nova kembali mengerutkan mulutnya lalu bertanya, “Apa kamu benar-benar mengenalku?”“Ya, aku sangat mengenalmu,” jawab Chandra cepat. “Kalau begitu, katakan padaku apa hubungan kita sebelumnya?” tanya Nova. Dia merasa aneh, kenapa dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi selama 11 tahun belakangan? Dia terus bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Namun, tidak ada satu orang pun yang bisa memberitahukan jawaban dari pertanyaannya ini. “Kamu adalah istriku,” jawab Chandra dengan bersungguh-sungguh. “Kamu pikir aku bodoh, ya? Jangan coba-coba mempermainkanku! Bagaimana mungkin aku menikah denganmu? Siapa pun pasti tidak akan mau menikah denganmu,” balas Nova tidak percaya dengan jawaban Chandra. Nova sama sekali tidak mengenal ataupun mengetahui identitas laki-laki yang ada
Chandra kembali ke klinik Mortal dengan perasaan sedih. Dia mendengar seseorang sedang menelepon di ruang belakang klinik tepat ketika dia melangkah masuk ke dalam klinik. “Aku mencintaimu. Sudah dulu, ya. Aku dengar ada yang buka pintu. Sepertinya, Bos sudah pulang,” pungkas Paul dan bergegas menutup teleponnya dan Chandra pun masuk.Paul dengan cepat langsung berdiri dan bertanya, “Bos, bagaimana? Apa kamu berhasil bertemu dengan Kak Nova?”“Aku memang berhasil bertemu dengannya, tapi dia justru mengusirku,” jawab Chandra lalu duduk dengan perasaan tertekan. “Bos, kamu nggak perlu terburu-buru begitu. Bos, kamu jangan marah, ya. Tapi, sepertinya citramu di hadapannya saat ini memang kurang baik,” ujar Paul berusaha memberikan masukan kepada Chandra. “Oh, begitu, ya?” tanya Chandra. “Benar sekali, Bos. Coba Bos pikirkan kembali. Istri Bos itu kehilangan ingatannya selama beberapa tahun ke belakang. Ingatannya kembali ke usianya yang masih 18 tahun. Itu artinya dia masih seorang g
“Raja Naga, Jenderal Teuku, apalah itu semua? Semua terdengar sangat kacau bagiku,” ujar Nova sambil mengerutkan keningnya. Sekarang, Nova hanya memiliki ingatan tentang masa sekolahnya. Saat itu, dia memang tidak tahu tentang Raja Naga, Jenderal Naga, apalagi Jenderal Teuku. Semua itu terdengar sangat asing di telinganya. Namun, dia tahu tentang Raja. Dia pun menatap Chandra lalu tertawa dan berkata, “Haha, apa benar orang sepertinya bisa menjadi Raja?”Bukannya Nova tidak percaya, tapi semua itu terdengar terlalu aneh baginya. Raja apa maksud mereka? Bukankah Raja adalah pejabat tertinggi di Someria? Bagaimana mungkin orang di depannya ini bisa menjadi seorang Raja? Nova tidak akan mempercayai semua itu, sekalipun mereka memukulinya sampai mati. “Sudahlah, aku lapar. Aku mau makan ayam goreng saja di luar. Aku mau ganti baju dulu,” ujar Nova lalu berbalik dan menuju ke lantai atas. Keluarga Kurniawan tampak malu dan tidak enak hati kepada Chandra. Toni menatap Chandra dengan tata
Chandra selalu membawa surat ini bersamanya. Dia mengeluarkan surat itu dan menyerahkannya kepada Nova. Nova dengan cepat mengambilnya dan membacanya dengan serius. Dia sadar kalau tulisan ini adalah tulisan tangannya sendiri. Namun, apa yang Chandra katakan terasa sangat aneh baginya. Jadi, dia berpikir kalau cerita Chandra hanya sekedar sebuah cerita roman yang menyentuh dan bukan merupakan sebuah kenyataan. “Oke, aku mau pulang saja sekarang,” ujar Nova lalu bergegas berdiri dan hendak pergi. Chandra hanya bisa pasrah tanpa banyak bisa berkata-kata. Dia sudah menjelaskan semuanya, tapi Nova selalu saja bersikap acuh tak acuh kepadanya. Sepertinya, Nova benar-benar sudah melupakannya. Dia hanya bisa menatap kepergian Nova dengan wajah sedih. Namun, dia merasa kalau dirinya tidak perlu lagi merasa terburu-buru untuk menyembuhkan Nova. Karena hal yang harus dia cari tahu terlebih dahulu adalah apa yang sebenarnya terjadi kepada Nova dan mengapa Nova bisa kehilangan ingatannya. Jadi,
“Aku juga tidak tahu tentang itu. Pak Damendra yang sudah menyembuhkannya. Master Damendra sekarang berada di Gunung Rinto dan aku akan mengantarmu sekarang. Kamu bisa bertanya padanya sekarang,” ujar Basita lalu berbalik dan pergi membawa Chandra meninggalkan Gunung Belakang.Mereka berdua dengan cepat pergi menuju Gunung Depan. Di sana, mereka berdua bertemu dengan Master Damendra yang sudah tampak menua. Master Damendra menyatukan tangannya lalu berkata dengan penuh hormat, “Pak Basita.”Kemudian dia menatap Chandra lalu bertanya, “Kamu pasti Chandra, kan?”“Benar,” jawab Chandra cepat. Chandra tanpa banyak basa-basi langsung bertanya, “Kamu adalah orang yang sudah menyembuhkan Nova dan menyebabkannya hilang ingatan, benar begitu?”“Itu adalah pilihannya sendiri,” jawab Master Damendra. “Apa ada cara untuk memulihkan ingatan Nova?” tanya Chandra lagi.“Ada, tapi ....”“Katakan saja kalau memang ada,” ujar Chandra sedikit memaksa. Akhirnya, Master Damendra berkata, “Dia kehilanga
Enam tahun ke depan akan menjadi masa terakhir bumi menikmati kedamaian. Chandra bertekad untuk memastikan bahwa selama waktu ini, makhluk dari Alam Niskala tidak semena-mena mengganggu bumi. Namun, Chandra tahu dirinya belum cukup kuat untuk sepenuhnya menghabisi para makhluk dari Alam Niskala. Setelah diskusi singkat dengan para pemimpin Negara Naga, Chandra meninggalkan istana. “Kak Chandra,” Maggie memanggilnya sambil menyusul dari belakang. “Tiga tahun lalu, tempat tinggalmu sudah dirobohkan, tapi aku menyimpan buah ungu yang kamu letakkan di dalam brankas dengan baik.” Tiga tahun lalu, Chandra mendapatkan sebuah buah misterius berwarna ungu. Namun, karena dia saat itu sedang fokus menyerap energi Feng Yuan, buah itu tidak sempat dikonsumsinya. Hingga kini, buah itu masih tersimpan dengan aman. “Ambilkan untukku,” perintah Chandra. Maggie mengangguk. “Baik, tunggu sebentar.” Tidak butuh waktu lama, sekitar sepuluh menit, Maggie kembali dengan membawa buah ungu itu. Mes
Sandra berusaha menenangkan emosinya. Setelah melepaskan pelukannya, dia berdiri di samping Chandra. Meski air mata masih membekas di wajah Sandra, senyum bahagia mulai merekah. “Bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah kamu sudah mati tiga tahun lalu? Sekarang, kenapa kamu bisa hidup kembali? Dan kekuatanmu ... bahkan Yamesa pun bukan tandinganmu,” tanya Sandra penuh rasa ingin tahu. “Benar,” Maggie menimpali. “Yamesa itu pesilat kuat dari Alam Niskala, berada di Alam Mahasakti, dan telah membuka empat segel tubuh manusia. Tapi dia kalah begitu mudah darimu. Bahkan, kau membunuhnya tanpa kesulitan.” “Empat segel tubuh manusia, ya?” Chandra bergumam pelan, tampak berpikir. Chandra tidak terlalu tahu detail kekuatan Yamesa. Tapi, dalam pertarungan tadi, dia benar-benar menghancurkan Yamesa dengan mudah. Bahkan, dia hanya menggunakan sebagian kecil dari kekuatan tubuh barunya. Dia sendiri tidak tahu seberapa kuat tubuhnya jika menggunakan seluruh kekuatannya. Juga, dia masih bertan
Yamesa adalah sosok yang sangat kuat. Dia telah mencapai Alam Mahasakti dan berhasil membuka empat segel tubuh manusia. Dengan kekuatan ini, di bumi, dia hampir tak tertandingi. Yamesa selalu berpikir bahwa di bumi, tempat seni bela diri sudah mulai memudar, dia bisa bertindak semaunya. Dia bahkan berambisi untuk merebut Negara Naga dan menjadi rajanya. Namun, ambisi itu hancur ketika dia bertemu seorang pemuda bernama Chandra. Hanya dengan satu serangan, Chandra menghancurkan Yamesa. Tulang di lengan Yamesa hancur berkeping-keping. Dia jatuh ke tanah dengan keras, mencoba bangkit dengan susah payah. Wajahnya dipenuhi ketakutan saat menatap Chandra. "Kamu ... kamu siapa sebenarnya?" Yamesa bertanya dengan suara bergetar. "Dari aliran mana asalmu? Bahkan di Alam Niskala, aku belum pernah mendengar tentangmu. Apa kamu juga berasal dari Alam Niskala?!" Sebagai pendekar hebat dari Alam Niskala, Yamesa telah bertemu dengan banyak talenta muda di sana. Jikapun dia belum bertemu la
Saat seorang murid dari Paviliun Pedang melancarkan serangannya dengan kekuatan penuh, kecepatannya begitu luar biasa hingga Paul dan yang lainnya hanya bisa tertegun, wajah mereka dipenuhi keterkejutan. Namun, di tengah situasi genting itu, Chandra mengangkat tangannya. Dengan dua jari, ia menjepit pedang panjang yang diarahkan padanya. Murid Paviliun Pedang itu terhenti. Ia baru saja melangkah ke Alam Mahasakti, mengerahkan seluruh kekuatannya. Tapi serangannya bahkan tidak membuat Chandra, pria berbaju hitam di depannya, mundur sedikit pun. Siapa sebenarnya orang ini? pikirnya, kebingungan. Ekspresi Chandra tetap datar. Ia menekan pedang itu dengan sedikit kekuatan. Krek! Pedang itu patah, dan dalam sekejap, energi dahsyat dari Chandra menghantam tubuh murid Paviliun Pedang, membuatnya terpental beberapa langkah ke belakang. "Apa-apaan ini?" Yamesa berseru, wajahnya penuh keterkejutan. Yamesa sangat mengenal kekuatan adik seperguruannya, seorang yang baru saja menembus A
Chandra merasakan sesuatu dari dalam istana. Seketika itu juga, amarahnya meluap. Dengan langkah berat penuh kemarahan, dia berjalan masuk ke dalam istana. Di pelataran luas di depan aula utama istana, tergeletak puluhan mayat di atas tanah. Semua mayat itu memiliki luka tusukan tepat di jantung, mati dalam satu serangan. Sementara itu, Paul, Maggie, Sandra, Arya, dan yang lainnya berdiri dengan ekspresi tegang, memandangi Yamesa beserta rombongannya. Yamesa, dengan tatapan penuh kesombongan, menatap ke arah Sandra. Mata hitam legamnya bergerak-gerak, memindai tubuh Sandra dari atas ke bawah. Dia tersenyum puas, melihat lekuk tubuh Sandra yang anggun dan wajahnya yang cantik. “Bagus sekali. Kamu jadi yang pertama,” ucap Yamesa sambil melangkah mendekat. Dia mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Sandra. Sandra ingin melawan, tapi tubuhnya tak bisa bergerak. Titik-titik vitalnya telah ditutup rapat oleh Yamesa. “Bajingan! Apa yang ingin kau lakukan?” Sandra berteriak marah
Wajah mereka semua tampak penuh ketegangan. "Bagaimana, tidak ada yang mau bicara?" Pria yang memimpin, Yamesa, berkata dengan nada dingin, "Kalau tidak ada yang bicara, maka aku hanya punya satu pilihan: membunuh." Srett! Dia tiba-tiba menghunus pedangnya. Tidak ada yang bisa melihat gerakannya dengan jelas. Hanya ada kilatan cahaya pedang, dan seketika itu juga, para prajurit bersenjata yang berada di sekitarnya roboh dalam genangan darah. Semua tewas dengan satu tebasan. Melihat prajurit mereka dibantai, para petinggi Negara Naga dipenuhi amarah. Paul berbicara dengan suara dingin, "Jangan terlalu memandang rendah kami." Namun, seorang pria di belakang Yamesa tiba-tiba mengayunkan tangannya. Dengan tenaga besar yang menyapu udara, tubuh Paul ditarik paksa ke arahnya. Pria itu mencengkeram rambut Paul dan menampar wajahnya dengan keras. Wajah Paul yang gelap langsung memerah dengan bekas tamparan. Dalam hitungan detik, wajahnya bengkak, dan darah mengalir dari sudut
Waktu yang tersisa untuk bumi kini hanya tinggal enam tahun. Enam tahun lagi, kiamat akan datang. Saat ini, manusia di bumi sama sekali belum memiliki kemampuan untuk menghadapi akhir dunia. Satu Alam Niskala saja sudah membuat manusia di bumi berada di ambang keputusasaan. Jika segel itu terbuka, dunia-dunia lain seperti Alam Niskala akan menyatu dengan bumi, dan itulah saat yang benar-benar menjadi akhir bagi umat manusia. Apalagi, makhluk-makhluk Alam Niskala yang muncul sekarang hanyalah yang terlemah. Para makhluk terkuat tidak bisa melewati segel untuk muncul di bumi. “Hal yang paling mendesak sekarang adalah membereskan makhluk-makhluk Alam Niskala yang sudah muncul di bumi, demi memberi waktu bagi umat manusia untuk berkembang,” pikir Chandra dalam hati. Dia sudah memiliki rencana. Namun, untuk mewujudkan semua itu terasa seperti tugas yang mustahil. Satu Jayhan dan satu Jaymin saja sudah sangat merepotkan, belum lagi, berdasarkan informasi yang dia dapatkan, sekar
Tiga tahun telah berlalu, kini Chaca sudah berusia empat tahun. Chandra merasakan rindu pada putrinya. ia sadar, dirinya bukanlah seorang ayah yang baik. Memikirkan hal itu, Chandra hanya bisa menghela napas panjang. Tak lama kemudian, dia meninggalkan Gunung Langit. Chandra menuju kota terdekat dari Gunung Langit untuk membeli sebuah ponsel dan langsung masuk ke forum pesilat. Chandra mulai mencari tahu apa saja yang telah terjadi selama tiga tahun terakhir. Melalui pembahasan di forum, Chandra mengetahui bahwa tiga tahun lalu dia hampir saja berhasil membunuh Jayhan. Namun, Jayhan terlalu kuat. Meski Chandra telah menggunakan ilmu pamungkas hingga tubuhnya hancur dan jiwanya lenyap, dia tetap gagal membunuh Jayhan. Namun, perlawanan itu membuat Jayhan terluka parah. Setelah itu, Robi bersama anak buahnya berhasil menangkap Jayhan hidup-hidup. Meski Jayhan tidak dibunuh, dia dipenjarakan. Alasannya, Jayhan memiliki latar belakang yang sangat besar. Jika dia dibunuh sembara
Bagi seorang penjaga yang pernah mengalami Zaman Kegelapan, keadaan saat ini terasa seperti masa yang damai. Penjaga itu tidak menjelaskan dengan rinci seperti apa kondisi dunia luar sekarang. Namun, hal ini cukup membuat Chandra merasa lega. Jika penjaga tidak merasa perlu mengkhawatirkan keadaan di luar, berarti dunia luar masih relatif tenang. “Penjaga, bagaimana caranya agar aku bisa hidup kembali?” Chandra memandang penjaga itu dengan penuh harapan. Ia sangat ingin hidup kembali, ingin keluar dari tempat ini dengan tubuh yang baru. Penjaga itu melirik Chandra sejenak, lalu menggerakkan tangannya dengan santai. Seketika, Chandra merasakan tubuh jiwanya terangkat, seakan tidak terkendali, perlahan melayang ke arah tubuh di tanah. Di saat yang sama, tangan penjaga memunculkan simbol-simbol misterius. Ia mulai melafalkan mantra yang tidak dipahami Chandra. Satu per satu simbol itu masuk ke dalam tubuh Chandra yang terbaring. Sekitar lima menit berlalu. Chandra, yang terbar