Chandra kembali ke klinik Mortal dengan perasaan sedih. Dia mendengar seseorang sedang menelepon di ruang belakang klinik tepat ketika dia melangkah masuk ke dalam klinik. “Aku mencintaimu. Sudah dulu, ya. Aku dengar ada yang buka pintu. Sepertinya, Bos sudah pulang,” pungkas Paul dan bergegas menutup teleponnya dan Chandra pun masuk.Paul dengan cepat langsung berdiri dan bertanya, “Bos, bagaimana? Apa kamu berhasil bertemu dengan Kak Nova?”“Aku memang berhasil bertemu dengannya, tapi dia justru mengusirku,” jawab Chandra lalu duduk dengan perasaan tertekan. “Bos, kamu nggak perlu terburu-buru begitu. Bos, kamu jangan marah, ya. Tapi, sepertinya citramu di hadapannya saat ini memang kurang baik,” ujar Paul berusaha memberikan masukan kepada Chandra. “Oh, begitu, ya?” tanya Chandra. “Benar sekali, Bos. Coba Bos pikirkan kembali. Istri Bos itu kehilangan ingatannya selama beberapa tahun ke belakang. Ingatannya kembali ke usianya yang masih 18 tahun. Itu artinya dia masih seorang g
“Raja Naga, Jenderal Teuku, apalah itu semua? Semua terdengar sangat kacau bagiku,” ujar Nova sambil mengerutkan keningnya. Sekarang, Nova hanya memiliki ingatan tentang masa sekolahnya. Saat itu, dia memang tidak tahu tentang Raja Naga, Jenderal Naga, apalagi Jenderal Teuku. Semua itu terdengar sangat asing di telinganya. Namun, dia tahu tentang Raja. Dia pun menatap Chandra lalu tertawa dan berkata, “Haha, apa benar orang sepertinya bisa menjadi Raja?”Bukannya Nova tidak percaya, tapi semua itu terdengar terlalu aneh baginya. Raja apa maksud mereka? Bukankah Raja adalah pejabat tertinggi di Someria? Bagaimana mungkin orang di depannya ini bisa menjadi seorang Raja? Nova tidak akan mempercayai semua itu, sekalipun mereka memukulinya sampai mati. “Sudahlah, aku lapar. Aku mau makan ayam goreng saja di luar. Aku mau ganti baju dulu,” ujar Nova lalu berbalik dan menuju ke lantai atas. Keluarga Kurniawan tampak malu dan tidak enak hati kepada Chandra. Toni menatap Chandra dengan tata
Chandra selalu membawa surat ini bersamanya. Dia mengeluarkan surat itu dan menyerahkannya kepada Nova. Nova dengan cepat mengambilnya dan membacanya dengan serius. Dia sadar kalau tulisan ini adalah tulisan tangannya sendiri. Namun, apa yang Chandra katakan terasa sangat aneh baginya. Jadi, dia berpikir kalau cerita Chandra hanya sekedar sebuah cerita roman yang menyentuh dan bukan merupakan sebuah kenyataan. “Oke, aku mau pulang saja sekarang,” ujar Nova lalu bergegas berdiri dan hendak pergi. Chandra hanya bisa pasrah tanpa banyak bisa berkata-kata. Dia sudah menjelaskan semuanya, tapi Nova selalu saja bersikap acuh tak acuh kepadanya. Sepertinya, Nova benar-benar sudah melupakannya. Dia hanya bisa menatap kepergian Nova dengan wajah sedih. Namun, dia merasa kalau dirinya tidak perlu lagi merasa terburu-buru untuk menyembuhkan Nova. Karena hal yang harus dia cari tahu terlebih dahulu adalah apa yang sebenarnya terjadi kepada Nova dan mengapa Nova bisa kehilangan ingatannya. Jadi,
“Aku juga tidak tahu tentang itu. Pak Damendra yang sudah menyembuhkannya. Master Damendra sekarang berada di Gunung Rinto dan aku akan mengantarmu sekarang. Kamu bisa bertanya padanya sekarang,” ujar Basita lalu berbalik dan pergi membawa Chandra meninggalkan Gunung Belakang.Mereka berdua dengan cepat pergi menuju Gunung Depan. Di sana, mereka berdua bertemu dengan Master Damendra yang sudah tampak menua. Master Damendra menyatukan tangannya lalu berkata dengan penuh hormat, “Pak Basita.”Kemudian dia menatap Chandra lalu bertanya, “Kamu pasti Chandra, kan?”“Benar,” jawab Chandra cepat. Chandra tanpa banyak basa-basi langsung bertanya, “Kamu adalah orang yang sudah menyembuhkan Nova dan menyebabkannya hilang ingatan, benar begitu?”“Itu adalah pilihannya sendiri,” jawab Master Damendra. “Apa ada cara untuk memulihkan ingatan Nova?” tanya Chandra lagi.“Ada, tapi ....”“Katakan saja kalau memang ada,” ujar Chandra sedikit memaksa. Akhirnya, Master Damendra berkata, “Dia kehilanga
Basita merasa kurang senang dengan perintah yang diberikan Chandra padanya. Dia adalah seorang mata-mata dan bukan bawahan dari siapa pun. “Chandra, aku bukan bawahanmu. Kenapa kamu menyuruhku seperti ini?” tanya Basita sambil mengerutkan keningnya dan menatap tajam ke arah Chandra. “Bukankah tugas ini hanyalah hal sepele bagimu?” ujar Chandra santai. “Ini memang hal sepele. Aku akan membantumu sekali ini saja,” balas Basita setuju untuk membantu Chandra. Kemudian dia menunjuk ke arah sebuah halaman rumah yang berada tak jauh dari mereka seraya berkata, “Kamu bisa tinggal di sana untuk sementara waktu.”Chandra mengangguk ringan. Kemudian dia berbalik dan lekas pergi meninggalkan Basita. Basita langsung tersenyum kecil seraya bergumam, “Pemuda ini terlalu berbangga diri.”Chandra bergegas pergi menuju halaman rumah yang ditunjukkan oleh Basita. Kemudian dia masuk ke dalam ruangan yang berada di halaman itu. Ruangan ini memiliki desain yang sederhana dan hanya terdapat tempat tidur
Energi dari Pil Emas Sembilan Putaran langsung memenuhi tubuh Chandra setelah dia meminum pil itu. Dia dengan cepat mengaktifkan energi sejati di dalam tubuhnya untuk menyerap dan menyempurnakan energi ini.Energinya pun meningkat tanpa dia sadari. Auranya juga terasa semakin kuat. Chandra terus memikirkan cara untuk bisa masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan sambil terus menyerap energi dari Pil Emas Sembilan Putaran. Tidak ada catatan sejarah mana pun yang bisa memberitahunya tentang bagaimana cara agar dirinya bisa masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan. Selama berabad-abad, belum ada orang yang bisa mencapai tingkat itu. Jadi, Chandra harus memikirkan caranya sendiri kalau memang dirinya ingin segera masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan. Sekarang, kekuatan Chandra sudah semakin kuat. Hanya dibutuhkan waktu tiga hari untuk bisa menyerap energi Pil Emas Sembilan Putaran secara penuh. Akhirnya, energi sejatinya pun semakin kuat hanya dalam tiga hari saja. Namun, semua kekuatan barunya
Rintoku sudah ada sejak ribuan tahun lamanya. Kelompok ini selalu berdiri di pihak netral. Pemimpin dari Rintoku di setiap generasi akan disebut sebagai Basita. Bagi orang-orang luar, mungkin hal ini adalah peraturan yang biasa terjadi di dalam sebuah kelompok. Namun, mereka tidak tahu kalau sejak awal berdiri sampai sekarang, Basita adalah satu orang yang sama. Rintoku akan mengumumkan sosok Basita yang baru setiap generasinya, sekalipun orang yang mereka umumkan sebenarnya adalah satu orang yang sama. Seseorang yang sudah masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan memang akan memiliki usia yang sangat panjang di alam ini. Selama ribuan tahun itu juga, Basita tidak pernah bertemu dengan siapa pun yang berhasil masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan, bahkan mendekatinya pun tidak ada. Baru Chandra seorang yang bisa mendekati Alam Tingkat Sembilan selama ribuan tahun. Basita menantikan Chandra untuk bisa masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan. Namun, Chandra tetap tidak berhasil masuk ke dalam
Basita menatap punggung Chandra yang terus menjauh. Dia sadar dengan kemampuan Chandra saat ini, Chandra bisa masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan hanya masalah waktu. Namun, dia tidak mungkin bisa masuk ke Alam Tingkat Sembilan saat ini. Kemungkinan besar, dia bisa masuk ke tingkat itu dalam beberapa tahun ataupun beberapa ratus tahun lagi. “Dunia ini terasa semakin menarik,” ujar Basita sambil menyeringai. Di sebuah gua bawah tanah yang terletak di sebuah pegunungan yang berada dekat dengan Gurun Selatan, terdapat sebuah istana bawah tanah. Di sana, ada Tama sedang berlutut di atas tanah yang berada di dalam gua. “Bagaimana?” tanya Jamal yang berada di hadapan Tama. “Aku hanya ingin melaporkan kalau Chandra bulan ini memutuskan untuk bertapa di Gunung Rinto. Sepertinya, dia sudah berhasil memijakkan kakinya di Tangga Langit Kesembilan jika dilihat dari aura kekuatan di tubuhnya. Namun, aku juga tidak tahu apakah dia sudah masuk ke dalam Alam Tingkat Sembilan atau belum,” jawab Ta
“Chandra keberuntunganmu besar juga, ya. Sekarang, aku mau melihat, apa mungkin kamu masih bisa menerima serangan pedangku ini?” Anak Dewa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan aura di tubuhnya berubah dengan napas panas yang menyapu sekitarnya. Pedang di tangannya berangsur-angsur berubah warna menjadi merah. Beberapa pemandangan tentang semesta yang terbakar tampak muncul di pedangnya. Pemandangan yang muncul di pedangnya menandakan, Anak Dewa akan menggunakan jurus Pedang Terik Matahari yang siap membakar bumi dan langit. “Bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim adalah pedang terik matahari.”“Aku tidak menyangka, ternyata Anak Dewa juga menguasai bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim. Bagian pertama saja sudah cukup sulit dikuasai, tapi sekarang dia bisa menguasai bagian kedua.”“Benar-benar menakjubkan.”“Chandra pasti akan mati sekarang.”Para prajurit dari Alam Niskala tampak sangat bersemangat. Para prajurit dari alam lainnya juga tampak terkejut dengan kekuatan Anak Dewa.
Chandra jatuh tersungkur di balik reruntuhan gunung. “Mati?”“Ini adalah jurus Pedang 4 Musim yang merupakan jurus terkenal dari orang terkuat di Alam Niskala. Anak Dewa sudah melayangkan serangan pertama dengan jurus pedang ini dengan kekuatan yang luar biasa kuat. Jadi, wajar saja kalau Chandra mati karenanya.”Para prajurit Alam Niskala mengira kalau Chandra sudah mati. Bagaimanapun juga, jurus Pedang 4 Musim adalah salah satu jurus pedang yang tersohor karena kedahsyatannya di Alam Niskala. Anak Dewa berdiri di langit dengan rambut tidak karuan dan penuh kewibawaan sambil menatap reruntuhan yang ada di bawahnya. Rasa percaya diri perlahan muncul di dalam hatinya. Jurus pedang yang ditunjukkannya adalah jurus pedang unik dan dahsyat dari gurunya. Jurus ini memiliki empat bagian serangan yang tidak akan mampu ditahan oleh siapa pun, termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kekuatan di atasnya. Oleh karena itu, Anak Dewa sangat yakin kalau Chandra pasti sudah mati karena jurusnya
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m