Gunung, sungai dan tanah berguncang setelah mendengar teriakan dan raungan Chandra seakan gempa bumi dahsyat sedang melanda tanah di sekitarnya. Bahkan hewan-hewan yang berada di hutan pegunungan juga lari terbirit-birit ketakutan. Di sisi lain, Chandra justru merasa suasana hatinya terasa sedikit lebih baik setelah melampiaskan amarahnya. Dia pun mengambil Pedang Naga Pertama yang ditancapkannya ke atas tanah lalu hendak pergi. “Hei!”Namun, tiba-tiba sesosok tubuh melayang dengan cepat di udara dan muncul di depannya dalam sekejap mata. Ternyata sosok itu adalah Akasa. Penampilan laki-laki ini tampak sangat berbeda dari tahun lalu. Karena saat ini penampilan Akasa sudah kembali tua. Wajahnya menua dengan kulit yang sudah keriput. Chandra sudah bertemu Akasa beberapa kali dalam satu tahun belakangan. Namun, penampilan Akasa akan terlihat semakin menua setiap kali mereka bertemu. Chandra sedikit mengernyitkan dahinya ketika melihat Akasa lalu berkata, “Kamu pasti sudah terlalu bany
Akhirnya, ada kabar dari Nova setelah satu tahun berlalu. Entah apa yang dikatakan Akasa benar atau tidak, tapi setidaknya hal itu memberikan harapan baru bagi Chandra. Dia pun bergegas pergi menuju Rivera. Di kediaman keluarga Kurniawan yang berada di Rivera. Seluruh anggota keluarga Kurniawan berkumpul dan menatap ke arah Nova di hadapan mereka. Nova yang sekarang berada di hadapan mereka tampak seperti Nova yang masih berusia 18 tahun dengan rambut hitam panjang dan kulit putih serta halus. “Nova, apa benar ini kamu?”“Nova, kamu kembali? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Chandra sempat datang ke Rivera untuk mencarimu, tapi dia tidak pernah muncul lagi setelah itu. Kamu maupun dia tidak pernah lagi terlihat. Sebenarnya, pergi ke mana kalian berdua?”Anggota keluarga Kurniawan mengelilingi Nova. Mereka melontarkan pertanyaan demi pertanyaan kepada Nova tanpa henti. “Siapa Chandra?” tanya Nova dengan wajah polosnya. Kemudian dia kembali berkata, “Oh iya, sebentar lagi aku ujia
“Apa yang terjadi di sini?”“Kenapa ada banyak prajurit?”“Mereka mau jemput siapa, sih?”Chandra juga tampak sedikit terkejut ketika menemukan ada banyak prajurit di saat dia berjalan keluar bandara. Namun, dengan cepat dia berjalan mendekati mereka. Kemudian, seorang laki-laki yang mengenakan jubah perang dengan bintang lima tersemat di bahunya berjalan mendekati Chandra lalu memberi hormat dan berkata, “Akhirnya, Raja Naga kembali!”Orang itu adalah Paul. Chandra menatap Paul dengan raut wajah heran. Chandra merasa seperti sedang bermimpi di siang bolong ketika melihat Paul di hadapannya saat ini. Bagaimanapun juga, Chandra sudah pergi mencari Nova selama satu tahun penuh tanpa berpamitan ataupun memberi kabar kepada Paul dan yang lainnya. Chandra sempat tertegun selama beberapa saat sampai akhirnya dia berkata, “Paul, aku kira siapa. Kamu terlihat semakin hebat saja. Bahkan kamu sudah mengenakan jubah pasukan Api Merah dengan bintang lima tersemat di pundakmu. Kamu benar-benar he
Chandra sudah mencari Nova selama satu tahun penuh. Tepat ketika dia akan menyerah, tiba-tiba saja dia mendengar kabar tentang Nova. “Bos, berita itu benar. Aku juga sudah melihat CCTV dan Nova memang benar-benar ada di rumah keluarga Kurniawan,” jawab Paul.Chandra benar-benar bersemangat dengan informasi yang sudah dikonfirmasi oleh Paul. Jadi, dia buru-buru berbalik dan hendak pergi menuju kediaman keluarga Kurniawan. Paul buru-buru mengejarnya seraya berkata, “Bos, biar aku antar kamu ke rumah keluarga Kurniawan.”“Oke,” jawab Chandra cepat sambil mengangguk lalu dia pergi menuju ke rumah keluarga Kurniawan dengan pengawalan dari Paul. Kediaman keluarga Kurniawan. “Kakek, Papa! Gawat! Ada masalah!” seru Leon panik ketika seluruh anggota keluarga Kurniawan sedang berkumpul sambil menatap Nova yang sedang makan. “Kenapa kamu bertingkah aneh begitu? Apa kamu tidak lihat kalau Nova sedang makan?” “Bukan ....”Kemudian Leon menunjuk ke arah luar lalu berkata, “Ada banyak kendaraan
Namun, Nova tetap saja tidak bisa menemukan sosok seperti Chandra dalam ingatannya, sekalipun dia sudah berusaha mengingatnya sekeras mungkin. Entah apa benar yang dikatakan keluarganya kalau laki-laki ini adalah suaminya? “Bukan! Dia bukan suamiku! Pergi kamu dari sini!” seru Nova sambil menunjuk ke arah Chandra penuh amarah. Hal ini tentu saja membuat Chandra sangat terkejut. Bahkan dia sampai terpaku di tempat. “Ada apa ini sebenarnya?”Sampai akhirnya, Chandra kembali tersadar. Dia pun menatap ke arah anggota keluarga Kurniawan yang lain. Hendro bergegas menghampiri Chandra lalu berbisik, “Kak, kami juga nggak tahu apa yang terjadi. Tapi, Kak Nova sepertinya sudah kehilangan ingatannya ketika dia kembali ke sini. Ingatannya hanya sampai 11 tahun yang lalu. Dia juga sempat bilang kalau dia harus segera mengulang pelajaran karena dia harus mengikuti ujian.”Chandra tercengang ketika mendengar perkataan Hendro. Dia pun langsung menatap Nova dengan perasaan tidak karuan. Amnesia?C
Setahun yang lalu, Sonialah yang terus mendorong Nova untuk pergi. Dia berpikir kalau dirinya akan memiliki kesempatan untuk memiliki Chandra selama Nova tidak ada. Namun, dia tidak pernah mendengar berita tentang Chandra selama satu tahun menunggu. Sampai akhirnya, dia mendengar tentang kemunculan Nova di Rivera. Jadi, dia buru-buru datang ke Rivera dengan panik. “Chandra, sudah lama kita nggak bertemu,” sapa Sonia sambil berjalan menghampiri Chandra dan mengembangkan senyuman menawan di wajahnya. “Ya, sudah setahun,” balas Chandra bingung. Entah mengapa, Chandra merasa kalau waktu berjalan sangat panjang, sekalipun baru berjalan setahun. Mungkin karena dia sudah mengunjungi banyak tempat dan menemui banyak orang baru yang tidak dikenalnya selama masa pencariannya terhadap Nova. “Bukankah kamu seharusnya berada di kediaman keluarga Atmaja di Diwangsa? Kenapa kamu justru berada di sini?” tanya Chandra heran. “Memangnya kenapa kalau aku di sini? Apa aku nggak boleh menemuimu? Bagai
Chandra terus menatap Nova yang saat ini tampak sangat polos dan suci. Bahkan dia terlihat sangat manis ketika membuka mulutnya. “Aku tidak mau mengenalmu!” tolak Nova. Nova kembali mengerutkan mulutnya lalu bertanya, “Apa kamu benar-benar mengenalku?”“Ya, aku sangat mengenalmu,” jawab Chandra cepat. “Kalau begitu, katakan padaku apa hubungan kita sebelumnya?” tanya Nova. Dia merasa aneh, kenapa dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi selama 11 tahun belakangan? Dia terus bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Namun, tidak ada satu orang pun yang bisa memberitahukan jawaban dari pertanyaannya ini. “Kamu adalah istriku,” jawab Chandra dengan bersungguh-sungguh. “Kamu pikir aku bodoh, ya? Jangan coba-coba mempermainkanku! Bagaimana mungkin aku menikah denganmu? Siapa pun pasti tidak akan mau menikah denganmu,” balas Nova tidak percaya dengan jawaban Chandra. Nova sama sekali tidak mengenal ataupun mengetahui identitas laki-laki yang ada
Chandra kembali ke klinik Mortal dengan perasaan sedih. Dia mendengar seseorang sedang menelepon di ruang belakang klinik tepat ketika dia melangkah masuk ke dalam klinik. “Aku mencintaimu. Sudah dulu, ya. Aku dengar ada yang buka pintu. Sepertinya, Bos sudah pulang,” pungkas Paul dan bergegas menutup teleponnya dan Chandra pun masuk.Paul dengan cepat langsung berdiri dan bertanya, “Bos, bagaimana? Apa kamu berhasil bertemu dengan Kak Nova?”“Aku memang berhasil bertemu dengannya, tapi dia justru mengusirku,” jawab Chandra lalu duduk dengan perasaan tertekan. “Bos, kamu nggak perlu terburu-buru begitu. Bos, kamu jangan marah, ya. Tapi, sepertinya citramu di hadapannya saat ini memang kurang baik,” ujar Paul berusaha memberikan masukan kepada Chandra. “Oh, begitu, ya?” tanya Chandra. “Benar sekali, Bos. Coba Bos pikirkan kembali. Istri Bos itu kehilangan ingatannya selama beberapa tahun ke belakang. Ingatannya kembali ke usianya yang masih 18 tahun. Itu artinya dia masih seorang g
“Chandra keberuntunganmu besar juga, ya. Sekarang, aku mau melihat, apa mungkin kamu masih bisa menerima serangan pedangku ini?” Anak Dewa mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan aura di tubuhnya berubah dengan napas panas yang menyapu sekitarnya. Pedang di tangannya berangsur-angsur berubah warna menjadi merah. Beberapa pemandangan tentang semesta yang terbakar tampak muncul di pedangnya. Pemandangan yang muncul di pedangnya menandakan, Anak Dewa akan menggunakan jurus Pedang Terik Matahari yang siap membakar bumi dan langit. “Bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim adalah pedang terik matahari.”“Aku tidak menyangka, ternyata Anak Dewa juga menguasai bagian kedua dari jurus Pedang 4 Musim. Bagian pertama saja sudah cukup sulit dikuasai, tapi sekarang dia bisa menguasai bagian kedua.”“Benar-benar menakjubkan.”“Chandra pasti akan mati sekarang.”Para prajurit dari Alam Niskala tampak sangat bersemangat. Para prajurit dari alam lainnya juga tampak terkejut dengan kekuatan Anak Dewa.
Chandra jatuh tersungkur di balik reruntuhan gunung. “Mati?”“Ini adalah jurus Pedang 4 Musim yang merupakan jurus terkenal dari orang terkuat di Alam Niskala. Anak Dewa sudah melayangkan serangan pertama dengan jurus pedang ini dengan kekuatan yang luar biasa kuat. Jadi, wajar saja kalau Chandra mati karenanya.”Para prajurit Alam Niskala mengira kalau Chandra sudah mati. Bagaimanapun juga, jurus Pedang 4 Musim adalah salah satu jurus pedang yang tersohor karena kedahsyatannya di Alam Niskala. Anak Dewa berdiri di langit dengan rambut tidak karuan dan penuh kewibawaan sambil menatap reruntuhan yang ada di bawahnya. Rasa percaya diri perlahan muncul di dalam hatinya. Jurus pedang yang ditunjukkannya adalah jurus pedang unik dan dahsyat dari gurunya. Jurus ini memiliki empat bagian serangan yang tidak akan mampu ditahan oleh siapa pun, termasuk orang-orang yang memiliki tingkat kekuatan di atasnya. Oleh karena itu, Anak Dewa sangat yakin kalau Chandra pasti sudah mati karena jurusnya
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m