Chandra bersandar di kasur dan lambat laun dia terlelap. Dia sendiri tidak tahu sudah tertidur berapa lama hingga akhirnya dipanggil bangun.“Sayang, bangun.”Chandra membuka matanya dan melirik ponselnya. Dia melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul enam lewat. Dia bertanya, “Kenapa?”“Di luar ada orang yang datang. Katanya mau cari kamu untuk diskusi,” ujar Nova.“Siapa?” tanya Chandra sambil bangkit dari tidurnya.“Nggak tahu,” jawab Nova.“Aku lihat dulu.” Chandra mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.Di ruang tamu sudah tampak seorang lelaki paruh baya berusia 60 tahunan dengan mengenakan kemeja berwarna cokelat. Rambutnya pendek dengan dagu yang dipenuhi janggut dan tubuh sedikit gemuk.Chandra berjalan mendekat dengan bingung dan bertanya, “Kamu siapa?”Orang yang duduk di sofa seketika bangkit berdiri. Dia tersenyum dan berkata, “Jenderal Langit, aku utusan kiri dari Langit Mistika. Namaku Bahri, dan teman-teman biasanya memanggilku Raj
Tiga ribu murid Langit Mistika. Mendengar jumlah orangnya saja sudah membuat Chandra tersenyum lebar. Dengan adanya tiga ribu orang tersebut, dia tidak perlu mengkhawatirkan segalanya lagi.Sesaat kemudian, dia menatap Bahri dan bertanya, “Kenapa Langit Mistika mau membantuku?”Bahri terkekeh dan berkata, “Munculnya Langit Mistika untuk menegakkan keadilan. Meski kami rata-rata orang yang melarikan diri. Tapi dalam hati kami memiliki rasa keadilan.”“Iya, masuk akal,” ujar Chandra menyetujui. Selanjutnya dia berbincang cukup panjang dengan Bahri. Hingga satu jam kemudian, Bahri akhirnya pergi dari sana. Sedangkan Chandra menghela napas lega.Dia menatap Nova yang ada di sisinya dan sambil tersenyum berkata, “Dengan adanya bantuan Langit Mistika ditambah dengan Kelompok Gunung Langit, maka semuanya akan menjadi sangat lancar. Aku mau lihat siapa yang berani menghalangiku.”Melihat senyuman Chandra yang begitu merekah. Nova juga merasa sangat puas. Saat ini dia merasakan kalau usahanya b
“Bu Yuli, Pak Sandi, kalian tahu sendiri keadaan Diwangsa saat ini. Situasinya sangat kacau dan beberapa kelompok juga ada yang mulai bergerak. Beberapa kelompok keluarga dan prajurit kuno juga sudah memihak pada sebuah kelompok.”Yuli menatap Sonia dan berkata dengan suara lembut, “Tujuan Bu Sonia memanggil kamu karena ingin kami juga memilih kelompok? Aku dengar, kamu mencari Raja demi naik jabatan. Kamu menggunakan kekuatan Raja untuk membantu kamu bisa menduduki posisi kepala keluarga Atmaja dengan aman?”“Cih! Raja?”Sonia terkekeh dan berkata, “Raja yang sekarang hanya merupakan sebuah boneka saja. Meski selama dia menjabat sudah banyak membangun kelompok kekuatannya sendiri, dia nggak memiliki kemampuan untuk membuat posisiku sebagai kepala keluarga Atmaja tetap stabil. Ada orang lain yang membantuku.”“Siapa?” tanya Yuli dan Sandi secara bersamaan.“Langit Mistika,” ujar Sonia dengan datar.Kedua orang tersebut bangkit berdiri dan berseru, “Langit Mistika?”“Iya.” Sonia tidak b
Beberapa waktu terakhir, Sonia dan beberapa kepala keluarga lainnya memang sering berinteraksi. Saat ini, Empat Keluarga Kuno hanya tersisa Atmaja, Luandi dan Iskandar saja yang lebih hebat. Sedangkan keluarga Nantaboga sendiri, semenjak Yayang dibunuh oleh Chandra, kekuatan mereka mengalami dampak yang besar.Ditambah lagi ketika Nova membunuh keluarga Nantaboga, Karim hingga membuat mereka semua merasa takut. Akhir-akhir ini keluarga Nantaboga bersikap lebih hati-hati.Sonia juga tahu kalau Raja tidak akan bisa menghasut keluarga Nantaboga sehingga dia tidak repot-repot mengurus hal itu. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah mencoba menarik keluarga Luandi dan Iskandar. Dia sudah berbicara cukup panjang.“Aku sudah bicara cukup banyak, coba kalian pikirkan saja.”Yuli bangkit duluan dan berkata, “Aku akan memikirkannya dengan baik-baik. Aku pamit undur diri dulu.” Sandi juga ikut bangkit dan berkata, “Sampai jumpa lagi.”Keduanya pergi secara bersamaan. Di jalan, Sandi bertanya, “B
“Tapi, aku merasa ada yang salah.”“Ada kah?”“Memangnya nggak ada? Kenapa Langit Mistika mau membantuku? Ini nggak masuk akal sama sekali. Aku curiga kalau Ketua Langit Mistika adalah orang yang kukenal.”“Mungkin kakekmu,” ujar Sonia sambil terkekeh.“Kakek Robi sangat misterius. Dia membuat sebuah Istana Raja Langit. Nggak heran jika dia buat sebuah Langit Mistika lagi. Benar, Nova?”“Iya,” jawab Nova sambil mengangguk. “Ada kemungkinan seperti itu. Aku juga merasa ketua dari Langit Mistika adalah Kakek. Meski bukan Kakek, dia pasti orangnya Kakek. Jika nggak, kenapa dia mau membantu Chandra tanpa alasan?”Keduanya kompak hingga membuat Chandra sedikit percaya.“Kalau begitu, aku nggak perlu merasa khawatir lagi. Oh iya, dulu aku bertemu dengan keluarga Luandi dan Iskandar di depan kediaman Atmaja. Apa yang terjadi?”Sonia menjelaskan, “Bukan masalah apa pun. Aku sedang mencari mereka untuk mengobrol dan meminta mereka mendukung Kak Chandra.”“Terima kasih.”“Sesama keluarga nggak p
Tidak bisa mundur lagi. Kali ini Chandra tidak bisa mundur. Demi orang-orang yang mendukungnya, dia harus terus menjalani jalan ini.Chandra mengangguk dan berjanji, “Aku nggak akan buat kalian kecewa.”Maggie merasa tenang dengan adanya kalimat Chandra. Keduanya makan sejenak, setelah itu Chandra bergegas pergi untuk ke markas Pasukan Api Merah.Chandra, Paul dan Nanda sudah berada di ruang kerja Jenderal Langit. Chandra mengeluarkan daftar nama Pasukan Api Merah. Selain Paul dan Nanda, mereka semua ada masalah. Orang-orang ini berasal dari kelompok yang berbeda.Jika tidak berasal dari Kamar Dagang Timur Besar, maka Suku Dukun. Bahkan ada sebagian yang merupakan orang dari Raja. Chandra menatap daftar nama di tangannya. Di daftar nama, sudah terdapat dua orang jenderal bintang tiga.Salah satunya adalah Gangga yang menjadi wakil ketua dan seorang lagi adalah Malik yang mengurus Pasukan Api Merah ketika Teuku meninggal.“Bos, kapan mau beraksi?” tanya Paul dengan tidak sabar.Nanda me
“Tapi ….”Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Shadow berjalan masuk ke ruangan.“Saya datang sebentar lagi,” ujar Shadow ketika melihat Mandy.“Katakan saja,” kata Raja menghentikan Shadow. Dia menatap Mandy dan berkaata, “Mandy, kamu keluar dulu. Papa ada urusan.” “Oh.” Perempuan itu melirik Shadow sekilas sebelum berbalik pergi.“Sudah begitu larut, ada apa?” tanya Raja setelah Mandy keluar.Ekspresi Shadow tampak mengeras dan berkata, “Barusan dapat informasi yang mengatakan Pasukan Api Merah sudah bergerak.”“Apa? Pasukan Api Merah sudah bergerak?!” ulangnya sambil bangkit berdiri.“Benar,” jawab Shadow sambil mengangguk.“Seribu Pasukan Api Merah. Mereka dibawa oleh Chandra dari Gurun Selatan.” Beberapa detik kemudian, Raja duduk dan bertanya, “Chandra mau menyerang siapa?”“Nggak tahu,” jawab Shadow sambil menggeleng.Raja berkata dengan perlahan, “Diwangsa di malam ini nggak akan tenang. Kamu tetap pantau. Kabari saya begitu ada informasi apa pun.”“Baik.” Shadow berbalik pergi.
Gangga tidak berontak. Dia tahu jika dirinya berontak maka ada kemungkinan dihukum mati di tempat. Di tangan Chandra terdapat Pedang Penghakiman yang mempunyai kekuasaan untuk memberikan hukuman. Dia memilih untuk mengalah saja.Gangga yakin berita ini akan tersebar. Nanti akan ada orang yang menolongnya. Karena orang di belakangnya tidak mengizinkan Chandra merusak keseimbangan ini.Setelah Chandra menangkap orang, dia tidak memilih kembali ke pangkalan militer. Lelaki itu memilih untuk menuju ke Pengadilan. Dia ingin menginterogasi Gangga malam ini juga dan menentukan pilihan. Jika setelah hukuman diputuskan dan mendapat hukuman mati, maka lelaki itu akan dibunuh terlebih dahulu.Chandra ingin lihat apa keributan yang terjadi ketika Gangga meninggal nanti. Ketika Chandra hendak berangkat menuju ke pengadilan, di waktu yang sama di rumah tradisional di Diwangsa tampak Alden tengah duduk di sofa.Tempat tersebut dijaga dengan ketat. Di luar halaman terdapat prajurit berpakaian seragam
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal