“Bu Yuli, Pak Sandi, kalian tahu sendiri keadaan Diwangsa saat ini. Situasinya sangat kacau dan beberapa kelompok juga ada yang mulai bergerak. Beberapa kelompok keluarga dan prajurit kuno juga sudah memihak pada sebuah kelompok.”Yuli menatap Sonia dan berkata dengan suara lembut, “Tujuan Bu Sonia memanggil kamu karena ingin kami juga memilih kelompok? Aku dengar, kamu mencari Raja demi naik jabatan. Kamu menggunakan kekuatan Raja untuk membantu kamu bisa menduduki posisi kepala keluarga Atmaja dengan aman?”“Cih! Raja?”Sonia terkekeh dan berkata, “Raja yang sekarang hanya merupakan sebuah boneka saja. Meski selama dia menjabat sudah banyak membangun kelompok kekuatannya sendiri, dia nggak memiliki kemampuan untuk membuat posisiku sebagai kepala keluarga Atmaja tetap stabil. Ada orang lain yang membantuku.”“Siapa?” tanya Yuli dan Sandi secara bersamaan.“Langit Mistika,” ujar Sonia dengan datar.Kedua orang tersebut bangkit berdiri dan berseru, “Langit Mistika?”“Iya.” Sonia tidak b
Beberapa waktu terakhir, Sonia dan beberapa kepala keluarga lainnya memang sering berinteraksi. Saat ini, Empat Keluarga Kuno hanya tersisa Atmaja, Luandi dan Iskandar saja yang lebih hebat. Sedangkan keluarga Nantaboga sendiri, semenjak Yayang dibunuh oleh Chandra, kekuatan mereka mengalami dampak yang besar.Ditambah lagi ketika Nova membunuh keluarga Nantaboga, Karim hingga membuat mereka semua merasa takut. Akhir-akhir ini keluarga Nantaboga bersikap lebih hati-hati.Sonia juga tahu kalau Raja tidak akan bisa menghasut keluarga Nantaboga sehingga dia tidak repot-repot mengurus hal itu. Yang bisa dia lakukan sekarang adalah mencoba menarik keluarga Luandi dan Iskandar. Dia sudah berbicara cukup panjang.“Aku sudah bicara cukup banyak, coba kalian pikirkan saja.”Yuli bangkit duluan dan berkata, “Aku akan memikirkannya dengan baik-baik. Aku pamit undur diri dulu.” Sandi juga ikut bangkit dan berkata, “Sampai jumpa lagi.”Keduanya pergi secara bersamaan. Di jalan, Sandi bertanya, “B
“Tapi, aku merasa ada yang salah.”“Ada kah?”“Memangnya nggak ada? Kenapa Langit Mistika mau membantuku? Ini nggak masuk akal sama sekali. Aku curiga kalau Ketua Langit Mistika adalah orang yang kukenal.”“Mungkin kakekmu,” ujar Sonia sambil terkekeh.“Kakek Robi sangat misterius. Dia membuat sebuah Istana Raja Langit. Nggak heran jika dia buat sebuah Langit Mistika lagi. Benar, Nova?”“Iya,” jawab Nova sambil mengangguk. “Ada kemungkinan seperti itu. Aku juga merasa ketua dari Langit Mistika adalah Kakek. Meski bukan Kakek, dia pasti orangnya Kakek. Jika nggak, kenapa dia mau membantu Chandra tanpa alasan?”Keduanya kompak hingga membuat Chandra sedikit percaya.“Kalau begitu, aku nggak perlu merasa khawatir lagi. Oh iya, dulu aku bertemu dengan keluarga Luandi dan Iskandar di depan kediaman Atmaja. Apa yang terjadi?”Sonia menjelaskan, “Bukan masalah apa pun. Aku sedang mencari mereka untuk mengobrol dan meminta mereka mendukung Kak Chandra.”“Terima kasih.”“Sesama keluarga nggak p
Tidak bisa mundur lagi. Kali ini Chandra tidak bisa mundur. Demi orang-orang yang mendukungnya, dia harus terus menjalani jalan ini.Chandra mengangguk dan berjanji, “Aku nggak akan buat kalian kecewa.”Maggie merasa tenang dengan adanya kalimat Chandra. Keduanya makan sejenak, setelah itu Chandra bergegas pergi untuk ke markas Pasukan Api Merah.Chandra, Paul dan Nanda sudah berada di ruang kerja Jenderal Langit. Chandra mengeluarkan daftar nama Pasukan Api Merah. Selain Paul dan Nanda, mereka semua ada masalah. Orang-orang ini berasal dari kelompok yang berbeda.Jika tidak berasal dari Kamar Dagang Timur Besar, maka Suku Dukun. Bahkan ada sebagian yang merupakan orang dari Raja. Chandra menatap daftar nama di tangannya. Di daftar nama, sudah terdapat dua orang jenderal bintang tiga.Salah satunya adalah Gangga yang menjadi wakil ketua dan seorang lagi adalah Malik yang mengurus Pasukan Api Merah ketika Teuku meninggal.“Bos, kapan mau beraksi?” tanya Paul dengan tidak sabar.Nanda me
“Tapi ….”Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Shadow berjalan masuk ke ruangan.“Saya datang sebentar lagi,” ujar Shadow ketika melihat Mandy.“Katakan saja,” kata Raja menghentikan Shadow. Dia menatap Mandy dan berkaata, “Mandy, kamu keluar dulu. Papa ada urusan.” “Oh.” Perempuan itu melirik Shadow sekilas sebelum berbalik pergi.“Sudah begitu larut, ada apa?” tanya Raja setelah Mandy keluar.Ekspresi Shadow tampak mengeras dan berkata, “Barusan dapat informasi yang mengatakan Pasukan Api Merah sudah bergerak.”“Apa? Pasukan Api Merah sudah bergerak?!” ulangnya sambil bangkit berdiri.“Benar,” jawab Shadow sambil mengangguk.“Seribu Pasukan Api Merah. Mereka dibawa oleh Chandra dari Gurun Selatan.” Beberapa detik kemudian, Raja duduk dan bertanya, “Chandra mau menyerang siapa?”“Nggak tahu,” jawab Shadow sambil menggeleng.Raja berkata dengan perlahan, “Diwangsa di malam ini nggak akan tenang. Kamu tetap pantau. Kabari saya begitu ada informasi apa pun.”“Baik.” Shadow berbalik pergi.
Gangga tidak berontak. Dia tahu jika dirinya berontak maka ada kemungkinan dihukum mati di tempat. Di tangan Chandra terdapat Pedang Penghakiman yang mempunyai kekuasaan untuk memberikan hukuman. Dia memilih untuk mengalah saja.Gangga yakin berita ini akan tersebar. Nanti akan ada orang yang menolongnya. Karena orang di belakangnya tidak mengizinkan Chandra merusak keseimbangan ini.Setelah Chandra menangkap orang, dia tidak memilih kembali ke pangkalan militer. Lelaki itu memilih untuk menuju ke Pengadilan. Dia ingin menginterogasi Gangga malam ini juga dan menentukan pilihan. Jika setelah hukuman diputuskan dan mendapat hukuman mati, maka lelaki itu akan dibunuh terlebih dahulu.Chandra ingin lihat apa keributan yang terjadi ketika Gangga meninggal nanti. Ketika Chandra hendak berangkat menuju ke pengadilan, di waktu yang sama di rumah tradisional di Diwangsa tampak Alden tengah duduk di sofa.Tempat tersebut dijaga dengan ketat. Di luar halaman terdapat prajurit berpakaian seragam
Mereka semua saling menebak pemikiran masing-masing. Suku Dukun tidak bergerak, Dery yang memimpin Kamar Dagang Timur Besar juga tidak bergerak.Chandra berhasil membawa Gangga ke Pengadilan Diwangsa. Gangga dipaksa keluar dari mobil. Begitu menyadari dirinya berada di Pengadilan Diwangsa, pria itu seketika panik. Dia pun langsung berkata, “Chandra, apa yang akan kamu lakukan? Apa yang mau kamu lakukan?”Chandra yang berjalan di depan spontan berhenti. Kemudian, dia berbalik dan berjalan ke depan Gangga sambil tersenyum tipis, “Menurutmu, apa yang akan aku lakukan kalau aku bawa kamu ke pengadilan? Tempat ini khusus untuk mengadili orang-orang besar. Kamu justru harus bangga bisa datang ke sini.”“Mengadili aku? Kamu kira kamu siapa? Cepat lepaskan aku. Aku mau telepon orang, berikan ponselku. Aku mau telepon.”Gangga benar-benar panik. Dia tahu, kalau dia tidak segera meminta bantuan, kalau sudah masuk ke pengadilan dan dijatuhi hukuman, maka semuanya akan terlambat.“Mau telepon? Tel
Someria adalah negara dengan peraturan hukum yang sangat ketat. Jika mengikuti prosedur formal, akan sangat merepotkan untuk memberhentikan seorang jaksa. Selain itu, Chandra menangkap Gangga juga tanpa mengikuti prosedur normal.Jika mengikuti prosedur normal, Chandra harus mengajukan permohonan kepada Raja Someria. Raja Someria akan mengeluarkan surat. Setelah beberapa pihak meninjau dan menyetujuinya, lalu ditandatangani, Chandra baru bisa menangkap orang tersebut.Raja Someria menutup telepon. Chandra pun mulai berpikir sejenak. Dia merasa kalau dia mau mengambil tindakan selanjutnya, dia harus mengambil alih Pengadilan Diwangsa ke tangannya sendiri dulu. Karena pada langkah selanjutnya, Pengadilan Diwangsa sangat krusial. Chandra tidak ingin orang di Pengadilan Diwangsa adalah orang dari faksi lain.Setelah berpikir sebentar, Chandra menelepon Sonia dan langsung berkata, “Sonia, bantu aku selidiki satu orang.”Suara Sonia datang dari ujung lainnya, “Siapa?”“Fegi, hakim Pengadilan
Tekad Anak Dewa untuk membunuh Chandra semakin besar. Apa pun yang terjadi, Chandra harus mati hari ini juga. Para prajurit dari bumi dan dunia lain masih berkumpul di sekitar pegunungan. Pertarungan Chandra dan Anak Dewa benar-benar membuat kegemparan di dunia ini. “Apa benar Chandra sekuat itu?”“Aku pikir, Anak Dewa bisa membunuh Chandra hanya dengan satu serangan saja. Tapi ternyata, dia bisa menerima serangan Anak Dewa tanpa terluka sedikit pun.”“Tapi, Anak Dewa sudah masuk ke tingkat dua Alam Trasenden.”Para prajurit dari dunia lain berseru kaget melihat pertarungan ini. Di sisi lain, Basita tampak sangat lega setelah melihat Chandra mampu menahan serangan Anak Dewa. Dia bergumam dengan senyuman tipis di wajahnya, “Anak itu meningkat dengan sangat cepat. Dia sudah bisa menantang prajurit yang sudah berada di Alam Trasenden hanya dengan berlatih selama beberapa tahun, sedangkan aku baru bisa mencapai titik ini setelah berlatih dengan sangat keras selama 2000 tahun.”Sebenarny
Kemenangan Anak Dewa bukan lagi hal terpenting bagi Dusky saat ini. Karena tujuan utamanya adalah untuk membantai sebuah kota manusia bumi yang pasti akan menyulut kemarahan para prajurit bumi. Dengan begitu, Dusky bisa lebih mudah untuk membunuh semua prajurit bumi sekaligus. Namun, dia sendiri yang akan turun tangan dan membunuh Chandra kalau sampai Anak Dewa kalah. Hal ini tentu saja akan tetap membangkitkan pergolakan dan perlawanan para prajurit bumi yang bisa dia manfaatkan untuk membunuh mereka semua. Di puncak gunung. Chandra berdiri di sebuah batu besar dengan mengenakan jubah putih dan pedang di belakang punggungnya. Rambutnya yang sudah lama tidak dipangkas juga sudah mulai memanjang dan membuatnya seperti seorang ksatria zaman dahulu.Dia menatap Anak Dewa lalu berkata dengan tenang, “Anak Dewa, layangkanlah seranganmu.”“Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk segera mati!” seru Anak Dewa dengan raut wajah dingin. Anak Dewa mulai mengaktifkan energi sejatinya yang menga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni