Semua ini karena Kelompok Gunung Langit menyimpan buku Pernapasan Genrei.“Apa yang terjadi?” tanya Chandra. Maggie tidak menjawab dan hanya terpaku pada Tama saja.“Maggie, aku ada ketua dan tanggung jawab, nggak ada jalan kembali lagi. Kamu nggak seharusnya ada di sini. Cepat pulang!” ujar Tama dengan suara kecil.“Tanggung jawab pada ketua siapa? Kamu murid dari Kelompok Gunung Langit! Kamu….”“Kurang ajar!” seru Tama dengan dingin.Tubuhnya bergerak dan dalam satu kedipan mata dia sudah berdiri di hadapan Maggie. Lelaki itu mencekik leher adiknya dan mengangkat tubuhnya hingga sedikit melayang. Kecepatannya sangat cepat sekali hingga membuat Maggie tidak sempat mencernanya.Bahkan Chandra juga dibuat tercengang sesaat. Kecepatannya sudah melebihi orang pada tingkat Alam Kedelapan. Dia tidak langsung menyerang karena sekarang Chandra masih belum tersadar sepenuhnya.Dia tidak tahu apa hubungan Maggie dengan orang yang mengirimkan undangan bertarung dengannya. Saat ini wajah Maggie t
Tama sangat sombong sekali.“Baik,” jawab Chandra tidak banyak basa-basi. Dia menggenggam Pedang Penghakiman yang mata pisaunya sudah terbuka. Dia bisa merasakan kekuatan yang begitu kuat berasal dari dalam Pedang Penghakiman.“Senjatamu di mana?” tanya Chandra dengan tenang.“Menghadapimu nggak perlu senjata.”Chandra terbahak mendengar itu. Dia bahkan bisa membunuh orang dengan kemampuan Delapan Alam ketika dia masih berada di Tujuh Alam. Setelah selesai tertawa, lelaki itu langsung melakukan serangan.Sedetik kemudian dia muncul di hadapan Tama. Pedang di tangannya tertuju ke arah lawannya. Tama berdiri di tempatnya ketika melihat Chandra menerjangnya dengan mengacungkan pedang. Tubuhnya bergerak mundur sambil mengarahkan satu pukulan pada Chandra.Pukulan tersebut terlihat pelan, tetapi kekuatannya sangat menyeramkan. Kekuatan tersebut mengarah pada Pedang Penghakiman. Gerakan lelaki itu sangat cepat hingga Chandra tidak sempat menghindar.Tang!Pedang Penghakiman mengeluarkan suar
Melihat kekuatan dari Rahasia 13 Pedang membuat Nova melepaskan topengnya. Ekspresinya terlihat antusias dan bahagia. Dia bergumam, “Ternyata kekuatan Rahasia 13 Pedang begitu besar. Orang ini dari awal sudah memaksa Chandra mengeluarkan teknik Rahasia 13 Pedang.”Bahkan Nova tidak bisa menebak siapa pemenang dari pertempuran kali ini. Lawan Chandra kali ini bukan orang sembarangan. Tama dibuat cukup menyedihkan. Dia terus berlari dan menghindar dengan gerakan yang sangat cepat.Namun aura pedang yang ada di belakangnya seperti memiliki mata sehingga terus mengejarnya.“Sial!”Wajah pucatnya terlihat kesal. Tama mengeluarkan pedangnya dan menggerakkannya hingga mengeluarkan beberapa aura pedang. Aura pedang tersebut saling bertabrakan hingga terdengar suara yang cukup nyaring.Aura pedang yang dikeluarkan oleh Tama dihancurkan oleh Rahasia 13 Pedang. Sedangkan Tama memanfaatkan kesempatan itu untuk menerjang Chandra dengan secepat kilat. Dalam satu kedipan mata, lelaki itu sudah muncul
Tama menatap pedangnya dengan terkejut. Dia tahu jika Chandra sudah memasuki tingkat Delapan Alam. Dia tahu jika lelaki itu sudah berhasil menguasai Rahasia 13 Pedang, bahkan memiliki teknik yang misterius.Lelaki itu menatap Chandra dengan lekat. Dia melihat tubuh Chandra muncul sinar keemasan yang sebelumnya tidak ada. Dulu lelaki itu hanya berubah menjadi manusia besi saja, sekarang muncul cahaya emas yang samar.Dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menahan rasa terkejutnya. Dengan perlahan dia bertanya, “Ini ilmu apa?”“Kamu masih belum berhak tahu,” jawab Chandra dengan ekspresi dingin.Satu-satunya cara untuk menghadapi musuh yang tidak diketahui adalah dengan mengalahkannya. Dia mengacungkan pedangnya dan berseru, “Serang lagi!”“Siapa takut!” balas Tama tanpa rasa takut.Dia menguasai ilmu terhebat di dunia ini. Meski pertahanan Chandra sangat kuat, Tama percaya bisa mengalahkannya. Dia berdiri diam di tempat. Beberapa detik kemudian, Chandra merasakan ada yang gawat.“Bay
Chandra tidak menyangka Tama akan mengaku kalah. Dia pikir hari ini akan ada sebuah pertempuran yang sengit dan pertumpahan darah. Lelaki itu duduk bersila dan mulai menggerakkan kultivasi penyembuhan untuk mengobati lukanya.“Energi sejati yang begitu dingin,” gumam Chandra sambil menggigil.Meski dia sudah mengeluarkan energi dingin tersebut, Chandra tetap merasakan suhu dingin. Dari kejauhan, Nova menghela napas lega ketika melihat pertempurannya sudah berakhir. Perempuan itu memilih untuk pergi secara diam-diam.Maggie muncul ketika Chandra tengah mengobati lukanya. Melihat itu dia hanya diam dan tidak mengusik. Chandra menatap Maggie sambil bertanya, “Mereka mempersulit kamu, nggak?”Maggie menggelengkan kepalanya.“Apa yang terjadi? Siapa orang itu? Kenapa kamu memanggilnya ‘Kakak’? Apakah dia juga murid dari Kelompok Gunung Langit?” tanya Chandra.Maggie mengangguk dan berkata, “Iya, dia kakakku. Sepuluh tahun yang lalu dia pergi dari Kelompok Gunung Langit. Waktu itu aku masih
“Kalah?” tanya orang dibalik tirai dengan terkejut. Suara tersebut sangat memikat dan mirip dengan suara perempuan serta suara lelaki yang cukup lembut.“Tama, kamu itu mencapai Tangga Langit Ketiga. Kenapa kamu bisa kalah dari Chandra?”Tama berlutut dengan wajah pucat pasi sambil berkata, “Nggak tahu kemampuan apa yang dimiliki oleh Chandra. Seluruh tubuhnya berubah perunggu dan pertahanannya menjadi sangat kuat. Tapi itu bukan apa-apa.”“Sekarang ketika dia menggerakkan kemampuan itu, tubuhnya muncul dinding energi berwarna emas. Dinding tersebut benar-benar kuat sekali. Bahkan serangan pedang dengan seluruh kekuatanku juga nggak bisa menghancurkannya. Chandra hanya muntah darah saja.”Dia diam sejenak dan lanjut berkata, “Kalau diteruskan, hanya akan membuat kami berdua kehilangan nyawa. Ketua juga hanya memintaku mencari tahu dia saja dan nggak memintaku membunuhnya. Oleh karena itu, aku akhirnya mengaku kalah.”Orang di balik tirai tidak berbicara lagi. Setelah hening selama bebe
Akhir-akhir ini, kemampuan dari Ketua Langit Mistika sangat kuat sekali. Dia juga sengaja mencari tahu bahwa senjata dari Ketua Langit Mistika adalah Pedang Keji Sejati. Dia juga mengetahui asal muasal pedang tersebut.Dia juga tahu bahwa pesang ini terkubur dalam gua salju dalam Kelompok Gunung Langit.“Sebenarnya kamu siapa? Ini adalah sebuah pedang kejahatan dan nggak ada yang bisa mengendalikannya. Kenapa kamu bisa?”Nova menjawab, “Ternyata kamu tahu cukup banyak. Bahkan kamu juga tahu tentang Pedang Keji Sejati. Tapi siapa yang kasih tahu kamu pedang ini nggak ada yang bisa mengendalikannya? Siapa kamu sebenernya?”Perempuan jtu juga ingin tahu siapa sebenarnya sosok Tama ini. Kekuatannya sangat besar, tetapi dia belum pernah mendengarnya sebelumnya. Ketika pertempuran membunuh Kura Sakti, orang ini juga tidak ikut hadir.Keduanya saling bertatapan hingga energi menakutkan yang berasal dari mereka berdua keluar dan bergabung membentuk aura yang menyeramkan. Aura tersebut membuat
“Benar.”Tama lanjut berkata, “Ketua Langit Mistika itu yang dimaksud. Senjata yang ada di tangannya adalah Pedang Keji Sejati. Pedang yang dulu ditinggalkan Raja Januar di gua es Kelompok Gunung Langit.”Mendengar itu, orang yang ada di balik tirai tenggelam dalam keheningan. Sesaat kemudian terdengar suara yang berkata, “Aku tahu, kamu abaikan saja. Aku sendiri yang akan membereskannya.”“Baik, Ketua. Aku pamit dulu.”Tama bangkit berdiri dan segera pergi dari sana.***Ketika Nova tengah mengikuti Tama, Chandra sudah mengendarai mobilnya pergi. Setengah hari kemudian, lelaki itu muncul di Gurun Selatan.Chandra tiba di Mansion Naga Hitam. Meski dia jarang menempati tempat tersebut, tetapi tempat ini adalah tempat tinggalnya di Gurun Selatan. Setiap hari akan ada orang yang membersihkannya.Chandra duduk di hadapan Ruby di ruang tamu sambil bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi dalam beberapa waktu terakhir?”Ruby berpikir sejenak dan berkata, “Memang ada banyak hal yang terjadi. Ta
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal