Namun dia tidak melakukannya. Chandra adalah orang yang hebat dengan sifat yang baik. Setidaknya sampai saat ini, dia masih belum menemukan keburukan lelaki itu. Lelaki seperti itu pasti akan buat hati perempuan mana saja tergerak. Begitu pula dengan Maggie.Baik untuk dirinya sendiri atau pun untuk Kelompok Gunung Langit, Maggie merasa dia ingin dekat dengan Chandra. Lelaki itu juga turut tenggelam dalam pikirannya sendiri. Apa yang Maggie katakan memang masuk akal.Karena Tama adalah kakaknya Maggie yang dulunya merupakan orang dari Kelompok Gunung Langit, selama perempuan itu ada di Diwangsa, maka Tama pasti akan muncul lagi. Dia akan tahu siapa orang di belakang Tama dengan meminjam hubungan Maggie dengan lelaki itu.Tama begitu kuat dan menyeramkan. Chandra tidak bisa membayangkan bagaimana orang di balik lelaki itu. Memikirkan hal tersebut membuat Chandra menghela napas berat.“Aku juga ingin tahu siapa orang di belakang Tama. Aku juga bisa merasakan kalau dia bukan orang yang ke
Dilihat dari Robi yang bisa keluar masuk gua es Kelompok Gunung Langit, pasti Wanto yang mengajarkan ilmu Telapak Genrei pada Robi. Nova hanya sedikit tidak mengerti kenapa Robi mau mengajarkan ilmu itu ketika lelaki itu tahu bahwa Pernapasan Genrei adalah ilmu sesat. Apa tujuan Robi?Selama ini Nova tidak pernah curiga dengan Robi. Semua karena apa yang lelaki itu lakukan selalu mempertimbangkan keadaan Chandra. Yang dia tidak mengerti adalah kenapa Robi mewariskan dan mengajarkan Pernapasan Genrei padanya? Bahkan lelaki itu mengatakan bahwa ilmu tersebut bukan ilmu sesat.Dia ingat sekali bahwa Robi pernah mengatakan kalau sebuah ilmu atau kekuatan tidak membedakan jahat dan baik. Yang jahat adalah hati manusia. Jika manusia memiliki hati yang buruk, maka semua ilmu yang dipelajari akan menjadi sebuah ilmu sesat.Pemikiran tersebut melintas dalam benak Nova. Dia menghirup napas dalam-dalam dan memutuskan untuk melupakannya. Dia menatap Chandra dan bertanya, “Setelah kamu terkena puku
“Kak Chandra, semenjak perusahaan papaku tertimpa masalah, papaku menghilang dan aku nggak pernah melihatnya lagi. Bahkan mamaku juga nggak tahu. Kalau aku dari awal sudah tahu, mamaku nggak mungkin meninggal.”“Turut berduka,” ujar Chandra dengan pelan.“Tidak apa-apa,” jawab Ruby sambil memaksakan seulas senyuman paksa.Beberapa waktu terakhir ini dia sudah mengalami banyak hal dan sudah terima. Sekarang dia hanya bisa hidup penuh rasa syukur saja. Nova yang merasa sepertinya situasi di antara mereka sedikit aneh bergegas bertanya, “Sayang, kapan kamu akan mulai?”Chandra berpikir sejenak dan berkata, “Aku akan segera mulai. Aku akan pergi ke pangkalan militer untuk melihat keadaan. Pertama rapikan dulu Pasukan Api Merah dan singkirkan semua orang yang bermasalah. Setelah membuat Pasukan Api Merah menjadi pasukan yang kuat, aku akan langsung mulai.”“Iya,” ujar Nova sambil mengangguk dan tidak berkata apa pun lagi.“Ruby, kamu tinggal di sini untuk sementara waktu. Di sini sudah past
Gangga terdiam beberapa saat dan akhirnya tersadar. Dia melirik Chandra dan dengan santai berkata, “Chandra, kamu sedang bercanda denganku?”Chandra tertawa mendengar pertanyaan tersebut. Tawanya sangat lebar dan lepas.“Mulai sekarang, kamu bukan wakil ketua Pasukan Api Merah.”“Cih!” Kali ini Gangga yang mendengus dan tertawa miring.“Chandra, sekarang kamu masih nggak tahu keadaannya? Meski kamu Jenderal Langit, tapi kekuasaanmu sudah dicabut. Di seluruh Pasukan Api Merah, siapa yang bisa kamu perintahkan? Siapa yang bisa kamu andalkan? Kamu tidak bisa menggunakan kekuasaanmu di Diwangsa.”Gangga sangat mengetahui keadaan di Diwangsa. Saat ini, Kota Diwangsa sudah terbagi menjadi beberapa kelompok. Namun dalam kelompok tersebut tidak ada sosok Chandra.“Chandra, kamu terlalu angkuh. Kamu menganggap dirimu Raja Naga dan ketua Pasukan Api Merah. Makanya kamu nggak menghargai orang lain. Kamu menyentuh siapa pun yang ingin kamu singkirkan. Kamu harus tahu, di Diwangsa, kamu nggak bisa
Maka dia juga akan meminjam kemampuan Prajurit Kuno. Prajurit Kuno yang dia kenal dan yang memiliki hubungan cukup dekat dengannya hanya Kelompok Gunung Langit. Chandra langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Maggie. Dia menyimpan nomor perempuan itu sebelum pergi.Saat ini di belakang gunung Kelompok Gunung Langit tampak Maggie tengah berjalan bersisian dengan Maniso. Perempuan itu tengah menceritakan kejadian yang dialami selama di Gunung Langit. Dia juga menceritakan tentang Tama. Mendengar itu membuat ekspresi Maniso mengeras seketika."Tama sudah begitu hebat?"Dengan rahang mengeras dan wajah menegang dia berkata, "Sepertinya selama sepuluh tahun ini dia sudah mengalami banyak hal. Meski dia termasuk orang yang berbakat , tapi itu hanya dalam hal seni bela diri saja. Kalau ingin meningkatkan kemampuannya, masih perlu naik secara bertahap. Latihan biasa, kalau tidak memakan waktu ratusan tahun, nggak akan bisa masuk Delapan Alam.""Papa, sekarang harus bagaimana?"Dengan sua
Setelah Maniso berpikir cukup lama, dia putuskan untuk membantu Chandra. Keputusannya tersebut sudah melewati pertimbangan yang menyeluruh. Setelah Maggie mendapat izin, dia berkata, “Iya, aku segera bawa pasukan berangkat ke Diwangsa untuk bergabung dengan Chandra.”“Pergilah,” ujar Maniso sambil mengibaskan tangannya.Selanjutnya hanya tinggal menunggu penampilan Chandra saja.“Chandra, semoga kamu nggak membuatku kecewa,” gumam Maniso.***Setelah Chandra selesai menghubungi Maggie, dia menoleh ke arah Nanda dan Paul kemudian terkekeh sambil berkata, “Beres. Kelompok Gunung Langit akan mengirimkan seribu muridnya untuk membantu aku. Seribu orang ini merupakan praktisi seni bela diri dan pasti bisa melawan Junwa.”Ekspresi lelaki itu kembali menggelap dan dengan dingin berkata, “Kalau Junwa berani menghalangiku, aku akan langsung melenyapkan mereka.”Paul dan Nanda menatap Chandra. Sepertinya lelaki itu bukan hanya bicara saja. Dia sungguh-sungguh dengan ucapannya. Chandra menarik na
Chandra bersandar di kasur dan lambat laun dia terlelap. Dia sendiri tidak tahu sudah tertidur berapa lama hingga akhirnya dipanggil bangun.“Sayang, bangun.”Chandra membuka matanya dan melirik ponselnya. Dia melihat jam di layar ponselnya yang menunjukkan pukul enam lewat. Dia bertanya, “Kenapa?”“Di luar ada orang yang datang. Katanya mau cari kamu untuk diskusi,” ujar Nova.“Siapa?” tanya Chandra sambil bangkit dari tidurnya.“Nggak tahu,” jawab Nova.“Aku lihat dulu.” Chandra mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu.Di ruang tamu sudah tampak seorang lelaki paruh baya berusia 60 tahunan dengan mengenakan kemeja berwarna cokelat. Rambutnya pendek dengan dagu yang dipenuhi janggut dan tubuh sedikit gemuk.Chandra berjalan mendekat dengan bingung dan bertanya, “Kamu siapa?”Orang yang duduk di sofa seketika bangkit berdiri. Dia tersenyum dan berkata, “Jenderal Langit, aku utusan kiri dari Langit Mistika. Namaku Bahri, dan teman-teman biasanya memanggilku Raj
Tiga ribu murid Langit Mistika. Mendengar jumlah orangnya saja sudah membuat Chandra tersenyum lebar. Dengan adanya tiga ribu orang tersebut, dia tidak perlu mengkhawatirkan segalanya lagi.Sesaat kemudian, dia menatap Bahri dan bertanya, “Kenapa Langit Mistika mau membantuku?”Bahri terkekeh dan berkata, “Munculnya Langit Mistika untuk menegakkan keadilan. Meski kami rata-rata orang yang melarikan diri. Tapi dalam hati kami memiliki rasa keadilan.”“Iya, masuk akal,” ujar Chandra menyetujui. Selanjutnya dia berbincang cukup panjang dengan Bahri. Hingga satu jam kemudian, Bahri akhirnya pergi dari sana. Sedangkan Chandra menghela napas lega.Dia menatap Nova yang ada di sisinya dan sambil tersenyum berkata, “Dengan adanya bantuan Langit Mistika ditambah dengan Kelompok Gunung Langit, maka semuanya akan menjadi sangat lancar. Aku mau lihat siapa yang berani menghalangiku.”Melihat senyuman Chandra yang begitu merekah. Nova juga merasa sangat puas. Saat ini dia merasakan kalau usahanya b
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal