Raja Darah Pertama tidak berani menyambut serangan itu, dia pun bergegas menghindar. Pada saat ini, Alden datang dengan pedang beratnya dan berteriak, “Raja Darah Pertama, gunakan semua kekuatanmu. Kalau nggak, kamu nggak akan bisa bunuh pemimpin Langit Mistika.”“Oke,” jawab Raja Darah Pertama dengan suara keras.Semburan cahaya merah tiba-tiba keluar dari telapak tangan Raja Darah Pertama. Cahaya itu berkumpul dan membentuk pedang panjang berwarna merah darah. Dia memegang pedang panjang itu dan menyerang Nova dari belakang.Pertarungan sengit pun terjadi di area ini. Nova mengandalkan kekuatan Darah Kura, teknik Pedang Iblis, energi pembunuh untuk bertarung satu lawan dua. Dia menghadapi dua orang terkuat di dunia saat ini.Di atas batu di kejauhan, seorang pria tua berjubah putih duduk di sana. Pria itu memiliki potongan rambut cepak. Rambutnya setengah hitam setengah putih. Dia hanya menyaksikan pertarungan di kejauhan, melihat Nova yang mengenakan topeng dan Pedang Keji Sejati ya
Sejak awal Kadir sudah menduga kemunculan Alden pasti menyembunyikan suatu konspirasi. Dia memiliki solusi untuk menawar racun itu, tapi dia tidak melakukannya, karena dia berniat menyerahkan tugas itu kepada Chandra, supaya Chandra memenangkan hati banyak orang.Setelah membunuh para petarung dari Suku Dukun, dia pun pergi meninggalkan para petarung itu.“Kadir …? Dia itu Kadir?”Eka juga berada di tengah kerumunan orang itu. Dia juga terkejut mendengar ucapan Suku Dukun. Eka tentu pernah mendengar nama Kadir. Hanya saja dia kira Kadir sudah mati, siapa sangka ternyata dia masih hidup dan kekuatannya pun begitu mengerikan.Eka berbalik menatap Gunung Olympus yang berada sangat jauh darinya. Di sana dia merasakan masih ada peperangan besar yang sedang terjadi.“Semuanya, bubar!”Sebagai orang kedua terkuat di Peringkat Akash, sudah waktunya Eka beraksi dan menstabilkan keadaan.Sementara itu di Gunung Olympus, Nova sedang bertarung melawan dua orang sendirian. Dengan kemampuan pedangny
“Kamu ngapain di sini? Kamu terkena racun, cepat lari!”Alden dan Raja Darah Pertama yang sudah kewalahan mendapat sedikit kesempatan untuk tarik napas sejenak dan mundur.“Racunnya sudah menghilang. Ayo kubantu, kita lawan mereka berdua,” kata Chandra.“Nggak perlu, aku bisa sendiri.”“Aduh, kenapa malah pergi? Hey ….”Nova langsung pergi setelah dia mengatakan itu. Chandra memanggilnya, tapi sayang Nova sudah keburu menghilang dari jarak pandangnya. Sementara itu, Robi yang melihat berada jauh di bawah mereka menyaksikan langsung seluruh proses pertarungan Nova.“Pemimpin Langit Mistika itu main lama bertarung makin kuat, tapi begitu Chandra memanggilnya,dia langsung lengah dan kekuatannya sedikit menurun. Tapi apa penyebabnya …? Oh, mungkin dia sudah setengah kerasukan.”Tiba-tiba Robi teringat dia pernah membaca suatu catatan tentang Pedang Iblis sewaktu berada di gua es. Catatan itu menjelaskan bahwa hanya dengan kondisi setengah kerasukan itu barulah pengguna Pedang Iblis bisa me
“Sudah? Pergi begitu saja?”Pertama-tama pemimpin Langit Mistika yang perlu meninggalkannya, sekarang Robi juga sama. Chandra berdiri di tengah reruntuhan Gunung Olympus. Dia memperhatikan suasana di sekelilingnya dan berpikir keras tentang siapa sebenarnya pemimpin Langit Mistika.“Tangan yang lembut, wangi, cewek, dan membawa Pedang Keji Sejati … siapa lagi? Apakah Nova?”Ketika semua petunjuk yang Chandra miliki dia gabungkan jadi satu, hanya seorang yang muncul di dalam kepalanya, yaitu Nova. Pedang Keji Sejati memang milik Nova, dan tidak hanya sekali Chandra melihat Nova membawa pedang itu.Kesimpulan yang Chandra ambil memang terdengar konyol. Mana mungkin Nova bisa sekuat itu … mustahil. Oleh karena itu Chandra membuang jauh-jauh pemikiran itu dan memutuskan untuk bertanya langsung ke Nova ketika dia kembali nanti.Nova juga langsung kembali ke Gunung Olympus setelah dia meninggalkan Chandra tadi karena merasa khawatir padanya. Hanya saja dia tidak menampakkan dirinya langsung,
Kelmi sudah kalah. Sudah tidak ada lagi obsesi yang dia miliki terhadap dunia ini. Dia tidak igin pulang, yang dia inginkan hanyalah terkubur di tempat itu selamanya.“Pedang Deite adalah kepercayaanku sebagai kesatria. Anak muda, aku … aku berharap kamu bisa memperbaiki pedang itu.”Chandra bersungut mendengarnya. Sekarang sudah terlalu banyak hal yang harus dia lakukan, mana ada waktu dan tenaga lagi untuk memperbaiki pedang tersebut.“Kamu … harus berjanji ….”Namun sayang Kelmi sudah tidak mengembuskan napas sebelum dia selesai berbicara. Saat Chandra baru mau berdiri setelah dia melihat jasad Kelmi perlahan terjatuh ke tanah, dia melihat Kadir sedang datang ke arahnya.Seraya melihat Kelmi yang sudah tak bernyawa, Kadir berkata, “Kedua tangan orang itu juga penuh darah. Entah ada berapa banyak penduduk Someria yang mati di tangannya seratus tahun yang lalu. Kamu nggak perlu merasa bersalah nggak bisa menepati janjinya.”“Lagi pula aku sendiri juga nggak ada niat untuk memperbaiki
Saat Eka hendak membawa Chandra pergi dari tepat itu, beberapa kesatria berzirah dan membawa pedang panjang di pinggang datang memanggil Chandra. Saat Chandra menoleh, dia langsung mengenali mereka, para kesatria yang datang bersama dengan Kelmi.“Ada apa?” tanya Chandra.“Bagaimana dengan situasi di Gunung Olympus, apa Kelmi baik-baik saja?”“Dia sudah mati. Dia sudah cukup tua dan mencapai batasnya. Kalaupun tanpa ada peperangan kali ini, hidupnya nggak akan lama lagi. Dalam pertarungan kali ini dia sudah menggunakan segenap tenaganya sampai habis, dan dia juga terkena luka yang cukup berat. Jasadnya masih ada di reruntuhan Gunung Olympus.”Mendengar itu, para kesatria tadi merasa terpukul dan wajah mereka jadi pucat seketika. Chandra sudah mau berbalik pergi meninggalkan mereka, tapi Eka justru menyapa mereka semua dan berkata, “Kalian ikutlah denganku, kita tunggu sampai Kak Chandra selesai meracik obatnya.”“Baiklah, kalau begitu kamu ikut dengan kalian.” ***Alden dan Raja Darah
Chandra berpikir sejenak dan bertanya, “Kenapa namamu adalah nama dari sekte?”“Sejujurnya ketua dalam aliranku pasti akan mengganti namanya menjadi Dantra“Oh, ternyata seperti itu.”“Chandra, aku lihat kamu pengguna pedang, kamu pasti belajar ilmu pedang. Kali ini kita harus sama-sama saling bertukar keahlian. Ajaranku juga mewariskan ilmu teknik pedang, tetapi anggota dalam sekte kami tidak ada yang bisa mempelajari ilmu pedang yang misterius itu.”“Boleh, nanti kita coba saling bertukaran,” ujar Chandra sambil menganggukkan kepalanya.Dia juga tertarik dengan ilmu pedang yang dibuat oleh Sekte Dantra. Ilmu yang membutuhkan waktu selama 30 tahun untuk dibuat tentu saja bukan ilmu yang biasa saja.Saat tiba di atas gunung, tampak cukup banyak bangunan di sana. Bentuk bangunannya tampak seperti bangunan kuno yang sudah dimakan oleh usia. Mereka seperti berteleportasi ke dunia kuno. Selain itu, ada banyak pesilat tingkat dunia yang mengikuti mereka.Setelah tiba di Sekte Dantra, Chandr
Tiga Senior Dantra adalah orang paling senior di Sekte Dantra. Mereka adalah tiga orang tetua yang memiliki posisi cukup tinggi dalam sekte. Bisa dibilang seorang ketua dalam Sekte Dantra juga harus patuh pada Tiga Senior.Namun mereka bertiga sudah cukup lama tidak ikut campur masalah dalam sekte. Setelah Dantra dan para tetua di dalam sekte selesai berdiskusi, dia pergi dari sana dan pergi menuju bagian belakang gunung. Di sana ada sebuah tebing yang dari bagian tengahnya dibangun rumah-rumah kayu sederhana. Bagian depan rumah terdapat tiga buah patung.Dantra mendatangi bagian depan tebing dan memandangi patung yang ada di depannya dengan sedikit melamun. Dia masih ingat kedatangannya terakhir kali adalah 30 tahun yang lalu. Waktu begitu cepat berlalu dan sudah 30 tahun terlewati.Setelah melihat sejenak, dia meringankan tubuhnya dan terbang ke arah lereng gunung. Sesaat kemudian dia sudah muncul di depan rumah kayu. Dari dekat terlihat jika patung tersebut sesungguhnya adalah tiga
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal