“Kamu nggak bawa mereka?” Chandra mengerutkan keningnya. Dia mengeluarkan foto Ruby dan melemparkannya ke arah Dantra, lalu berkata, “Coba lihat lagi baik-baik.”Dantra mengangkat tangan dan mengambil foto yang terbang ke arahnya. Setelah melihat wajah di foto, dia menggelengkan kepala dan berkata, “Nggak pernah lihat.”“Nggak mungkin,” bantah Chandra. “Radeska jelas-jelas bilang kalau kamu yang bawa mereka pergi. Dia juga langsung sebut nama, Dantra, peringkat ketiga di Peringkat Akash. Bukankah itu kamu?”“Aku Dantra, aku juga peringkat ketiga di Peringkat Akash. Tapi aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan ini.”“Nggak tahu?”Raut wajah Chandra menjadi muram. Dia memegang Pedang Penghakiman erat-erat sambil berkata dengan dingin, “Apakah aku harus hajar kamu sampai babak belur kamu baru tahu?”“Hahaha ....” Dantra spontan terbahak-bahak. “Anak muda, kamu sangat gila, benar-benar gila. Selama seratus tahun, nggak ada yang berani katakan hal seperti itu padaku. Hajar aku sampai babak b
Tujuan Chandra datang ke sini memang untuk mencari orang. Setelah mengikuti sepanjang jalan, dia akhirnya datang ke Gunung Olympus dan menemukan Dantra, pemimpin Sekte Dantra. Akan tetapi, Dantra tidak mengetahui tentang Ruby.Dari raut wajahnya, Dantra tidak terlihat sedang berbohong. Selain itu, Dantra juga bilang selama Chandra bisa menghajarnya sampai babak belur, dia akan membantu Chandra menemukan orang yang dicarinya.Chandra mengeluarkan Pedang Penghakiman. Ini pertama kalinya dia bertarung melawan orang lain setelah dia masuk ke Delapan Alam. Dia menatap Dantra yang memasang raut wajah bercanda, lalu berkata dengan tenang, “Nggak usah banyak omong kosong. Kita bicarakan lagi setelah bertarung.”“Anak muda, aku akan terima seranganmu dengan tangan kosong. Kalau kamu bisa dekati aku, berarti aku kalah.”Dantra sangat percaya diri. Di matanya, Chandra hanyalah seorang anak kecil. Orang seperti itu hanya bisa bermain-main dengannya. Sebagai orang yang lebih tua, dia juga tidak bis
Reaksi Chandra sangat cepat, bahkan melebihi kecepatan reaksi Dantra. Dantra spontan tercengang. Pada saat Dantra sadar, telapak tangan Chandra sudah menyerang ke arahnya.Lengan Dantra sedang ditahan Chandra sehingga dia tidak bisa menjauh untuk menghindari serangan itu. Dia hanya bisa mengangkat tangannya yang lain dan menghadapi serangan Chandra secara langsung.Duar!Dua energi sejati yang sangat kuat bertabrakan. Pada detik berikutnya, terdengar suara ledakan keras.Dantra hanya merasakan kekuatan yang mengerikan menyebar ke seluruh tubuhnya melalui telapak tangannya. Untuk sesaat, dia tidak bisa menahan kekuatan itu. Tubuhnya langsung terhempas ke belakang dan menghantam bebatuan. Bebatuan di atas tanah seketika retak.Setelah terhempas ke belakang sejauh lebih dari 30 meter, Dantra baru melepaskan kekuatan serangan Chandra. Pada saat ini, lengannya mati rasa, sama sekali tidak bisa mengerahkan tenaganya. Darah di tubuhnya pun mendidih. Dia segera mengaktifkan energi sejatinya un
“Hahaha.”Dantra tertawa terbahak-bahak. Dia mengakui kalau dia telah meremehkan Chandra sebelumnya. Dia sama sekali tidak menyangka Chandra akan begitu kuat. Namun, mustahil untuk bagi Chandra untuk mengalahkannya dalam sepuluh jurus.Dantra mengangkat tongkat di tangannya. Aura yang menakutkan memancar dari tubuhnya. Aura tersebut terus menyebar ke sekeliling. Pada saat ini, udara di sekitar pun ikut membeku.“Badai Salju.”Tongkat di tangan Dantra mengayun. Seketika salju tebal yang melayang di langit tiba-tiba menjadi aneh. Semua salju itu berbalik dan menyapu ke arah Chandra.Kepingan salju yang tampak lembut seperti kapas itu sebenarnya mengandung kekuatan yang menakutkan. Setiap kepingan salju membawa kekuatan destruktif, kekuatan penghancur yang mengerikan. Pada saat kepingan salju lewat, udara pun terasa bergetar.Chandra tersenyum tipis, “Jurus kecil.” Dia mulai bergerak. Dengan Pedang Penghakiman di tangannya, tubuhnya pun bergerak berlawanan arah.Di mata semua orang, hanya
Dantra berteriak keras. Dia tidak bisa menerima kenyataan ini. Jika dia kalah dari Kelmi, kalah dari Raja Darah Pertama dari keluarga vampir, dia tidak akan berkata apa-apa. Namun, dia dikalahkan oleh seorang anak muda.Dantra merasa seperti ditampar. Wajahnya sakit dan panas. Pada saat suara teriakannya bergema, tongkat di tangannya mengayun dengan kuat. Ayunan tongkat itu menghasilkan kekuatan yang menakutkan. Dengan serangan yang dahsyat, tongkat itu langsung memukul ke arah kepala Chandra.Raut wajah Chandra menjadi murum. Dia mundur dengan cepat, tubuhnya seketika melayang puluhan meter ke belakang. Kemudian, dia mengangkat Pedang Penghakiman di tangannya dan menebaskan pedang itu.Pedang Penghakiman dan tongkat saling beradu. Chandra berada di atas, Pedang Penghakiman di tangannya membentuk garis lurus dengan tubuhnya. Sedangkan Dantra berada di bawah. Dia mengangkat tongkat di tangannya untuk melawan kekuatan Chandra.Akan tetapi, tubuh Dantra tertekan dan terus turun ke bawah.
Orang itu memakai topeng putih keperakan yang menutupi sebagian besar wajahnya. Suaranya sangat familiar bagi Chandra. Siapa lagi kalau bukan Kadir. Sebelumnya Kadir bilang dia tidak akan datang ke Eglar, tidak akan datang ke Gunung Olympus. Tidak disangka, ujung-ujungnya dia datang juga.Kadir berjongkok di atas batu di samping Chandra dengan sebatang rokok terselip di mulutnya. Dia melihat ke arah Alden dan beberapa pesilat Suku Dukun bertopeng. Wajah Kadir di bawah topeng tampak serius.“Kekuatanku masih belum kembali ke puncaknya, masih kurang sedikit dari puncak. Tapi aku dapat kabar kalau Alden bawa beberapa pesilat Suku Dukun datang ke sini. Dalam seratus tahun terakhir, Alden nggak pernah menunjukkan ambisi apa pun. Orang ini sangat licik dan pandai bersembunyi. Dia sudah sembunyikan selama seratus tahun baru terungkap. Aku khawatir dia memiliki konspirasi, jadi aku datang ke sini untuk lihat-lihat.”Kadir menceritakan tujuan kedatangannya. Chandra juga melihat ke arah Alden di
Dantra pernah terluka sebelumnya. Namun setiap kali terluka, dia membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Sekarang dia terluka, lukanya boleh dibilang cukup parah. Namun, begitu pemuda dari Someria ini turun tangan, dalam sekejap lukanya hampir sembuh total.Chandra bertanya lagi, “Kamu benar-benar nggak tahu tentang orang yang aku tanyakan padamu sebelumnya?”Dantra menarik napas dalam-dalam dan memaksa dirinya untuk tenang. Dia menatap Chandra dan berkata dengan serius, “Aku benar-benar nggak tahu orang yang kamu cari. Aku juga nggak pernah bertemu dengannya.”“Nggak mungkin. Radeska jelas-jelas bilang kamu yang bawa dia pergi,” kata Chandra sambil menatap lekat Dantra.“Nggak ada.” Dantra menggelengkan kepalanya, “Aku akan kembali dan bantu kamu cari tahu soal ini. Mungkin orang lain dari sekteku yang melakukannya.”Chandra berkata dengan wajah serius, “Orang ini sangat penting bagi aku, juga sangat penting bagi situasi Someria saat ini. Aku harus temukan dia. Tolong bantu aku. Kala
“Oke, sepakat, ya,” kata Dantra dengan penuh semangat.Dia sama sekali tidak menyangka bisa bertukar ilmu dengan Prajurit Kuno Someria. Dia pasti akan mendapatkan sesuatu dari pertukaran ini. Mungkin saja kekuatannya akan mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi.“Kamu istirahat dulu. Kita bicarakan lagi sampai kompetisi seni bela diri ini selesai.”Chandra tidak berlama-lama di sana. Dia langsung beranjak pergi. Pertarungan masih berlanjut di puncak Gunung Olympus. Pertarungan saat ini adalah tantangan. Pesilat dari seluruh dunia menantang orang-orang di Peringkat Akash. Ada beberapa pesilat dari Peringkat Akash tidak datang.Misalnya Radeska, pria itu tidak datang. Semua orang tahu kalau pertarungan saat ini hanyalah sebuah hidangan pembuka. Pertarungan sesungguhnya ada di akhir. Pertarungan sengit di akhir adalah untuk memperebutkan posisi pertama di dunia, untuk mendapatkan hak milik Pedang Deite.Pertarungan terakhir seharusnya terjadi antara Dantra, Kelmi, dan Raja Darah Pertama.
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal