Dantra pernah terluka sebelumnya. Namun setiap kali terluka, dia membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Sekarang dia terluka, lukanya boleh dibilang cukup parah. Namun, begitu pemuda dari Someria ini turun tangan, dalam sekejap lukanya hampir sembuh total.Chandra bertanya lagi, “Kamu benar-benar nggak tahu tentang orang yang aku tanyakan padamu sebelumnya?”Dantra menarik napas dalam-dalam dan memaksa dirinya untuk tenang. Dia menatap Chandra dan berkata dengan serius, “Aku benar-benar nggak tahu orang yang kamu cari. Aku juga nggak pernah bertemu dengannya.”“Nggak mungkin. Radeska jelas-jelas bilang kamu yang bawa dia pergi,” kata Chandra sambil menatap lekat Dantra.“Nggak ada.” Dantra menggelengkan kepalanya, “Aku akan kembali dan bantu kamu cari tahu soal ini. Mungkin orang lain dari sekteku yang melakukannya.”Chandra berkata dengan wajah serius, “Orang ini sangat penting bagi aku, juga sangat penting bagi situasi Someria saat ini. Aku harus temukan dia. Tolong bantu aku. Kala
“Oke, sepakat, ya,” kata Dantra dengan penuh semangat.Dia sama sekali tidak menyangka bisa bertukar ilmu dengan Prajurit Kuno Someria. Dia pasti akan mendapatkan sesuatu dari pertukaran ini. Mungkin saja kekuatannya akan mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi.“Kamu istirahat dulu. Kita bicarakan lagi sampai kompetisi seni bela diri ini selesai.”Chandra tidak berlama-lama di sana. Dia langsung beranjak pergi. Pertarungan masih berlanjut di puncak Gunung Olympus. Pertarungan saat ini adalah tantangan. Pesilat dari seluruh dunia menantang orang-orang di Peringkat Akash. Ada beberapa pesilat dari Peringkat Akash tidak datang.Misalnya Radeska, pria itu tidak datang. Semua orang tahu kalau pertarungan saat ini hanyalah sebuah hidangan pembuka. Pertarungan sesungguhnya ada di akhir. Pertarungan sengit di akhir adalah untuk memperebutkan posisi pertama di dunia, untuk mendapatkan hak milik Pedang Deite.Pertarungan terakhir seharusnya terjadi antara Dantra, Kelmi, dan Raja Darah Pertama.
“Rasa penasaran bisa mencelakakan orang,” kata Nova dengan dingin.“Maaf sudah mengganggu.” Usai berkata, Chandra langsung pergi.Setelah Chandra pergi, Nova baru bisa menghela napas lega. Dia mengulurkan tangannya yang memakai sarung tangan kulit, lalu menepuk dada sambil marah dalam hati, “Mampus, serangan mendadak begini buat aku kaget setengah mati.”Chandra telah meninggalkan Nova, tapi dia malah menjadi semakin penasaran dengan identitas pemimpin Langit Mistika itu. Chandra heran, kenapa Prajurit Kuno sekarang suka memakai topeng?Orang dari Suku Dukun memakai topeng, orang dari Istana Raja Langit memakai topeng, pemimpin Langit Mistika juga memakai topeng. Bahkan Kadir yang baru datang ke sini juga ikut memakai topeng.Chandra hanya menggelengkan kepalanya. Dia pun tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Setelah kembali ke posisi sebelumnya, dia kembali menyaksikan pertarungan pesilat dari luar negeri.Pertarungan berlangsung selama dua hari dua malam. Para pesilat internasional
“Pedang Deite.”“Itu Pedang Deite yang legendaris? Konon katanya hanya seorang Jiwa Ksatria yang bisa mencabut Pedang Deite. Jangan-jangan Kelmi sudah melampaui Ksatria Agung dan menjadi Jiwa Ksatria?”“Ya ampun. Jiwa Ksatria, ini Jiwa Ksatria.”“Terlalu kuat, sangat sulit dipercaya.”....Pada saat Kelmi menghunus Pedang Deite, area itu seketika menjadi gempar. Semua orang spontan berdiri dan melihat Kelmi yang berdiri di udara, melihat Kelmi yang seperti dewa.Alden melihat Kelmi yang menghunus Pedang Deite dengan tenang. Dia telah merasakan gelombang aura yang datang dari Kelmi.“Delapan Alam ....”Alden tidak terlihat senang, juga tidak terlihat khawatir. Sepertinya dia sama sekali tidak terkejut kalau Kelmi adalah pesilat Delapan Alam.Chandra juga menyaksikan adegan itu dan merasakan aura yang datang dari Kelmi. Aura tersebut bisa memengaruhi angin dan awan. Bisa menggerakkan langit dan bumi, inilah lambang Delapan Alam.“Pak tua ini bukan orang biasa. Dia sudah melampaui Delapan
Pedang Deite dan pedang berat saling bertabrakan. Dua kekuatan mengerikan itu bertabrakan, ruang kosong pun meledak. Akibat dari pertarungan itu seperti riak di air, dengan cepat menyebar ke segala arah.Aura pertarungan memengaruhi seluruh area. Gunung terus runtuh, seperti habis terjadi gempa bumi. Pesilat lainnya yang berada di Gunung Olympus sudah pergi. Hanya sedikit orang yang percaya dengan kekuatannya sendiri masih tinggal untuk menonton pertarungan.Chandra adalah salah satunya. Akibat dari pertarungan antara keduanya sangat kuat. Namun, Chandra juga berada di Delapan Alam. Jadi aura itu tidak berpengaruh padanya.Pertarungan sengit terjadi di langit. Alden memegang pedang berat dan bertarung sengit dengan Kelmi yang memegang Pedang Deite.Pedang berat tidak memiliki sisi tajam, tapi pedang itu sangat menakutkan. Setiap gerakannya membawa kekuatan penghancur, yang terus memaksa Kelmi yang memegang Pedang Deite mundur selangkah demi selangkah.“Matilah kau.” Teriakan Alden berg
Chandra bisa mengetahui keadaan Kelmi hanya dengan melihatnya secara sekilas. Meskipun kini Kelmi terlihat sangat ganas, kekuatan yang dia tunjukkan juga jauh lebih kuat dari sebelumnya, Chandra tahu kalau orang itu telah menggunakan seluruh kekuatannya hingga tak bersisa.Setelah pertarungan ini berakhir, terlepas dari menang atau kalah, berbagai organ di tubuh Kelmi akan menua dengan cepat. Paling lama tiga pulan, paling cepat tiga hingga lima hari, Kelmi akan mati.Chandra mengabaikan hal itu. Dia tetap berada di tempatnya dan menyaksikan pertarungan, menyaksikan Kelmi dan Alden bertarung dengan sengit.Tidak hanya Chandra, Alden juga mengetahui kondisi Kelmi. Sekalipun Kelmi dalam kondisi seperti ini, Kelmi juga tidak akan bisa mengalahkannya. Namun, setelah ini masih banyak hal yang harus Alden lakukan. Oleh karena itu, dia tidak bertarung mati-matian dengan Kelmi. Dia terus menghindar dari serangan Kelmi.Di langit ini, energi pedang beriak, ruang kosong pun bergetar. Kelmi sedan
“Jangan-jangan keluarga Vampir?” Chandra mengerutkan kening.Keluarga Vampir merupakan sebuah keluarga yang misterius. Ada rumor yang mengatakan kalau keluarga tersebut bukanlah manusia, melainkan hantu. Kalau seperti apa mereka, Chandra tidak tahu.Suku Dukun tidak menyentuh keluarga Vampir, hanya ada dua kemungkinan. Pertama, Alden takut. Namun, itu jelas tidak mungkin. Bagaimana mungkin Alden takut pada keluarga Vampir?Ada satu kemungkinan lain, yakni Alden telah membentuk sekutu dengan keluarga tersebut. Saat memikirkan hal itu, ekspresi Chandra menjadi semakin serius.Sret!Tubuh Chandra melesat cepat dan muncul di udara. Dia berdiri di ruang kosong dan melihat ke arah Alden yang memegang pedang berat serta berada di tempat berjarak puluhan meter darinya. Kemudian, Chandra berkata dengan tenang, “Pak Alden, kamu susah payah datang ke Gunung Olympus sini, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?”Sekarang Chandra berdiri di posisi yang lebih tinggi, dia pun bisa melihat lebih jauh.
Tidak bisa dipungkiri, Alden sedikit takut pada pemimpin Langit Mistika. Apalagi dalam kondisi dia tidak tahu banyak soal lawannya itu. Dia tidak ingin bertarung mati-matian dengan pemimpin Langit Mistika untuk saat ini.Namun, Nova malah mengabaikannya. Dia hanya ingin membunuh Alden. Orang itu adalah pemimpin Suku Dukun, musuh terbesar Chandra. Jika membiarkan dia kembali ke Someria hidup-hidup, orang itu hanya akan membawa masalah yang tak ada habisnya bagi Chandra.Nova memegang Pedang Keji Sejati dengan erat, aura yang terpancar dari tubuhnya seperti pelangi. Pada saat berada di Kelompok Gunung Langit, seluruh tubuhnya dikelilingi oleh Darah Kura. Darah Kura dan darah di tubuhnya telah menyatu. Kini darahnya mengandung kekuatan yang sangat menakutkan.Selama ini, Nova terus berlatih. Dia mengubah kekuatan dalam darahnya menjadi energi sejati. Di kolam dingin di gunung belakang Lembah Raja Obat, dia mendapatkan Kitab Racun secara kebetulan. Dia berlatih Pernapasan Bintang Iblis, ju
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal