"Pedang Keji Sejati berhasil mematahkan Pedang Es, tapi pada saat yang kritis, Wanto juga berhasil memberikan pukulan keras pada Nova. Pukulan itu mengenai bagian tubuh vitalnya. Meski elixir tortuga di dalam tubuh Nova sangat kuat, dia tetap merasa kesakitan. Nova jatuh ke tanah, merasakan sakit yang menyeluruh. Nova seakan tidak mampu lagi mengumpulkan sedikit pun kekuatan di tubuhnya. "Wanto menakutkan," pikir Nova, wajahnya pucat di balik topeng. Darah segar mengalir dari sudut mulut Nova. Beruntung Wanto mengira Nova adalah Robi, sehingga dia sedikit menahan diri. Jika tidak, Nova pasti tidak akan bisa bertahan. Nova berusaha bertahan dengan sakitnya, lalu bangkit dengan susah payah. Nova duduk bersila di tanah, memaksa energi sejatinya dan kekuatan elixir tortuga untuk menyembuhkan luka-luka di tubuhnya.Di kejauhan, murid-murid Kelompok Gunung Langit dan Langit Mistika telah bubar. Mereka tidak menyangka pertarungan akan berakhir begitu cepat. “Menang, pemimpin kita mena
Para anggota Kelompok Gunung Langit yang lain tidak mengucapkan sepatah kata pun. Mereka kehilangan semangat untuk berbicara setelah melihat tetua mereka, Wanto, dikalahkan dan melarikan diri. Melihat keragu-raguan Maniso, Nova melanjutkan, "Aku tahu Pak Maniso punya kekhawatiran, tetapi biar kujelaskan. Langit Mistika bukan aliran jahat. Tujuan dari berdirinya Langit Mistika adalah untuk stabilitas Someria.""Kura Sakti terbunuh, inti dalamnya terbagi menjadi beberapa bagian, semuanya direbut oleh pesilat-pesilat hebat. Apa Pak Maniso tidak merasakan bagaimana aura Wanto menjadi lebih kuat?" kata Nova. "Wanto juga mendapatkan sebagian dari inti dalam. Setelah dia menyatukan inti dalam Kura Sakti, dia pasti akan dikuasai oleh keinginan tak terbatas. Bisa kupastikan, Wanto saat ini bukanlah Wanto yang dulu."Seorang murid Kelompok Gunung Langit berdiri dan membantah, "Jangan mencemarkan nama baik tetua kami! Tetua kami tidak bisa difitnah sembarangan oleh orang sepertimu." "Cari mat
Setelah merebut kembali Kelompok Gunung Langit, Nova bersama orang-orang Langit Mistika segera meninggalkan tempat tersebut. Mereka telah meninggalkan wilayah Kelompok Gunung Langit ketika seseorang bertanya, "Pemimpin, apa selanjutnya kita akan menuju Perbatasan Barat, ke keluarga Aryani di Gunung Xira?"Nova menghentikan langkahnya dan berkata, "Tidak untuk saat ini. Kita perlu membangun momentum terlebih dahulu. Sebarkan berita tentang kekalahan leluhur Kelompok Gunung Langit, Wanto, dan informasikan bahwa Kelompok Gunung Langit kini tunduk pada Langit Mistika." Setelah memberikan instruksi tersebut, Nova segera pergi sendirian.Dia terluka, dan lukanya cukup parah. Kondisi Nova saat ini tidak memungkinkannya untuk pergi ke keluarga Aryani. Dia harus segera mengobati lukanya. Setibanya di tempat terpencil, Nova tidak bisa bertahan lebih lama dan jatuh terkulai di tanah. Darah segar menetes dari topengnya, membasahi lehernya yang putih.Nova tidak benar-benar meninggalkan Kelomp
Sonia segera berdiri dan menarik tangan Nova, meraba nadinya.Begitu menyentuh tangan Nova, Sonia merasakan hawa dingin menusuk tulang. Dia berusaha menahan diri sambill terus memeriksa denyut Nova. Setelah mengetahui kondisi luka Nova, wajah Sonia berubah. Sonia bertanya, "Apa yang terjadi? Bagaimana bisa lukamu begitu parah?"Nova mengambil tisu dan menyeka darah di sudut mulutnya, lalu berkata dengan suara lemah, "Saat bertarung dengan Wanto, aku terkena pukulannya. Dia sudah berhasil memurnikan inti dalam dari Kura Sakti, kekuatannya mengerikan. Tapi dia mengira aku adalah Robi, agak takut-takut. Jika tidak, mungkin aku nggak akan bisa pulang hidup-hidup." Setelah sempat menahan lukanya di dekat Kelompok Gunung Langit, Nova bergegas kembali ke Diwangsa. Dia tahu, di luar sana tidak aman. Hanya dengan kembali ke Diwangsa lah Nava baru akan bisa tenang untuk menyembuhkan diri.Sepanjang perjalanan, dia terus menahan sakitnya, dan berpura-pura sebagai turis biasa. Setelah sampai
Chandra, bersama Paul, seratus Pasukan Naga Hitam, dan seratus Pasukan Api Merah, meninggalkan Someria menuju Kekaisaran Elang Besar. Sementara itu, Nova mengumpulkan para murid Langit Mistika, berkumpul di Kelompok Gunung Langit. Demi menaklukkan mereka, Nova berduel dengan leluhur Kelompok Gunung Langit, Wanto. Dia menggunakan Pedang Keji Sejati untuk memotong Pedang Es milik Kelompok Gunung Langit, hingga membuat Wanto ketakutan dan melarikan diri. Namun demikian, Nova juga terkena satu pukulan mematikan dari Wanto.Wanto menggunakan Telapak Genrei, sebuah teknik bela diri licik dan beracun yang diciptakan oleh seorang iblis ratusan tahun lalu.Teknik bela diri itu terkenal dalam sejarah. Teknik bela diri ini telah menghilang selama ratusan tahun dan muncul lagi beberapa puluh tahun lalu di tangan Robi. Robi, yang dicap sebagai orang tanpa kemampuan apa-apa oleh keluarga Atmaja, tidak diterima oleh keluarga itu. Sekarang, Wanto malah kembali menggunakan teknik bela diri ini.
"Wow, dia memang hebat," ujar seorang pria dengan kagum."Dengan adanya orang seperti dia di Someria, tak heran jika negara itu menjadi kuat," timpal orang lain.Saat mereka berbicara, terdengar suara derap kuda yang terburu-buru.Dari kejauhan, tampak sekawanan kuda yang berlari kencang mendekat. Di barisan terdepan, seorang pemuda dengan baju zirah emas dan pedang di pinggangnya mencolok perhatian. Usianya sekitar dua puluh lima atau enam tahun. Di belakangnya, para pengikutnya seragam dengan baju zirah perak.Melihat rombongan itu, sang Ratu tampak sedikit cemberut. Pemuda itu turun dari kudanya di depan Ratu, memberi hormat, dan berkata, "Salam, Yang Mulia Ratu."Ratu, dengan wajah tidak puas, bertanya, "Kenric, siapa yang memperbolehkanmu datang berkuda ke sini?"Pria berbaju zirah itu menjawab dengan tenang, "Yang Mulia, sebagai Ksatria Emas, saya bebas berkuda kapan pun. Apa ada masalah?"Ratu hanya bisa mengerutkan kening. Memang benar Ksatria Emas memiliki hak istimewa tersebu
Chandra mengenakan seragam tempur Naga Hitam yang mengesankan, didominasi warna hitam yang memberikan kesan matang, megah, dan berwibawa. Di bahu seragamnya, terpatri sepuluh bintang berkilau, dan jubahnya dihiasi dengan gambar naga hitam yang tampak nyata dan mengagumkan.Setelah turun dari pesawat, Chandra dengan tatapan tajam dan tenang, mengamati Ratu Elang Besar dan para bangsawan yang telah berkumpul, yang jumlahnya kira-kira dua ratus orang. Paul mengikuti Chandra dari belakang dengan setia. Pasukan Naga Hitam dan Pasukan Api Merah, bersenjata lengkap dan berwibawa, turun dari pesawat dan berbaris dengan formasi yang rapi dan disiplin tinggi.Chandra berdiri di samping, menunggu dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa. “Raja Naga, kenapa berhenti?”Paul, biasa memanggilnya 'Bos', kali ini dengan hormat menyebutnya 'Raja Naga'. Chandra berbisik, "Di wilayah orang lain, kita harus menunjukkan rasa hormat. Kita tunggu Ratu Elang Besar menghampiri dan menyapa kita terlebih da
“Hanya segitu saja.” Ksatria Emas, Kenric melirik Chandra dengan sorot kecewa. Kemudian dia menggeleng pasrah sambil berkata, “Saya pikir Raja Naga Someria pasti berbeda dengan yang lainnya. Ternyata hanya segitu saja. Penampilan nggak setara dengan kinerjanya.”Chandra tersenyum tipis dan tidak merasa marah. Sedangkan Ratu Meri yang melihat Kenric berani menantang Chandra tampak tidak menghentikannya. Dia hanya memberikan satu tatapan yang berbeda pada lelaki itu. Tatapan tersebut membuat Kenric seketika tersadar.Dengan cepat Kenric mengeluarkan pedang panjang berwarna emas dari pinggangnya. Pedang tersebut tepat mengarah pada Chandra.Dengan tenang Chandra berkata, “Apa maksudnya? Apakah ini cara Elang Besar memperlakukan tamu? Kalau benar, maka akan saya balas sambutannya.”“Elang Besar selalu mengutamakan kemampuan. Salah satu cara kami ketika pertama bertemu adalah mengadu kekuatan. Yang kuat akan dihormati, yang lemah maka silakan pulang. Elang Besar nggak akan berinteraksi deng
Klan Guno adalah sebuah klan yang sangat besar, sekalipun bangunan yang mereka bangun tampak cukup aneh. Chandra dan Tosan mendapatkan sebuah bangunan beserta halaman sendiri untuk mereka tinggali sementara waktu. Di saat yang bersamaan, Verda pergi memberikan laporan kepada tetuanya. Terdapat banyak gunung di belakang desa yang terdapat banyak bangunan di puncaknya. Orang-orang yang tinggal di atas gunung adalah orang-orang penting dan berkuasa di Klan Guno. Saat ini, ayah Verda sedang mengasingkan diri, jadi semua urusan Klan Guno diurus oleh Tetua Trada. Verda memanjat gunung di mana Trada tinggal. Di puncak gunung, seorang laki-laki tua berusia 70 tahunan sedang duduk di atas tanah sambil bermain dengan serangga di sekitarnya. “Tetua,” sapa Verda.“Ya, Verda,” balas orang tua itu.Dia menatap Verda yang berjalan menghampirinya lalu mengambil jangkrik dari atas tanah dan bertanya, “Ada apa?”Verda berkata tanpa daya setelah melihat penampilan Trada yang berantakan, “Bukan masalah
Suara Verda kembali bergema. Yosan baru sadar. Dia melihat ke arah Verda dengan ekspesi malu di wajahnya. “Sebenarnya, kali ini aku datang ke Klan Guno untuk minta setetes Darah Guno.”“Darah Guno?”Verda langsung berdiri. Dia menatap Yosan dengan ekspresi heran di wajahnya dan berkata, “Tetua mungkin nggak tahu. Darah Guno diciptakan oleh leluhur kami dengan menggunakan kultivasi seumur hidupnya sebelum dia meninggal. Itu hanya berguna bagi kami para Klan Guno. Bukan orang Klan Guno, maka kamu nggak bisa pakai Darah Guno. Selain itu, kekuatan Darah Guno sangat dahsyat. Jika dipakai orang yang bukan dari Klan Guno, tubuhnya akan meledak dan dia akan mati seketika.”“Nggak separah itu kali,” celetuk Chandra.Verda melirik Chandra sekilas. Yosan langsung berkata, “Muridku terlalu banyak bicara. Jangan hiraukan dia.”Verda mengibaskan tangannya. Dia terlalu malas untuk mempermasalahkan hal seperti ini dengan Chandra. Namun, dia tidak pernah bertemu dengan Chandra sebelumnya. Oleh karena
Chandra semakin bingung ketika mendengar percakapan Yosan dan perempuan bernama Verda itu. Dia melihat ke arah Verda yang berdiri di depan beberapa pengawal Klan Guno dan berpikir dalam hati, “Jangan-jangan, dia juga murid Sekte Dayan?”“Silakan, Tetua.”Verda memberi isyarat mempersilakan dan mengundang Yosan untuk masuk. Yosan menganggukkan kepala, lalu melihat ke arah Chandra dan berkata, “Ayo, kita masuk dulu.”Verda membawa Yosan dan Chandra masuk ke daerah Klan Guno. Di depan mereka terbentang barisan pegunungan. Namun, begitu mereka melangkah ke depan, pemandangan seketika berubah. Mereka masuk ke sebuah tempat dengan pegunungan indah dan danau yang jernih seperti dunia khayalan dengan energi spiritual yang melimpah.Daerah terluar ada beberapa lahan spiritual. Ada banyak orang yang menanam di ladang. Di depan ada beberapa bangunan. Bangunan-bangunan itu tidak mewah, malah tampak sederhana. Chandra merasa dirinya seperti datang ke desa kecil di pegunungan.Dalam perjalanan, Chan
Yosan dan Chandra melakukan perjalanan selama beberapa hari. Seminggu kemudian, Yosan dan Chandra tiba di hutan yang luas.“Guru, Klan Guno ada di hutan ini?” tanya Chandra yang tampak bingung, seperti meragukan.Yosan mengangguk pelan. “Pegunungan ini namanya Gunung Sanguna. Markas besar Klan Guno berada di sini. Klan Guno selalu merendah. Orang-orang Klan Guno jarang ke dunia luar.”Yosan menunjuk ke arah pegunungan di depan dan berkata, “Gunung Sanguna dilindungi oleh formasi yang sangat kuat. Prajurit kuat mana pun yang masuk tanpa izin dari Klan Guno akan mati dengan mengenaskan dalam formasi itu.”Chandra mengangguk pelan. Yosan sudah berjalan lebih dulu. Chandra pun segera mengikuti di belakang. Sesaat kemudian, mereka tiba di sebuah tempat terbuka. Di tempat itu terdapat tiga tugu batu yang tingginya lebih dari 30 meter. Diatas tugu batu terukir beberapa patah kata dengan huruf yang besar.Gunung Sanguna merupakan kawasan terlarang. Orang luar tidak boleh masuk atau kalian akan
Chandra pergi bertarung dengan Harimau Langit lagi. Bertarung dalam artian Chandra hanya menerima pukulan secara pasif. Karena tingkat kekuatannya sangat lemah. Chandra sama sekali tidak mampu melukai Harimau Langit yang super besar itu.Lebih dari satu jam kemudian, Chandra terluka lagi. Dia mencoba menyerap kekuatan Pil Enam Yang lagi. Setelah menyerap kekuatan itu, luka-luka di tubuhnya pun sembuh.Yosan hanya memperhatikannya dengan tenang di samping. Sungguh menakjubkan. Chandra terluka sangat parah. Biasanya, butuh waktu lama untuk pulih dari luka separah itu. Namun, Chandra bisa menyembuhkan luka-lukanya sembari menyerap kekuatan Pil Enam Yang.Tubuh Chandra benar-benar ajaib. Bahkan Yosan yang merupakan tetua Sekte Dayan pun merasa takjub. Selanjutnya, Chandra terus bertarung dengan Harimau Langit di hutan Primordial. Dia memanfaatkan kekuatan Harimau Langit untuk memukul tubuhnya sendiri dan merangsang kekuatan Pil Enam Yang di dalam tubuhnya. Kekuatan fisik Chandra pun terus
Setelah mendengar pertanyaan Yosan, Chandra tertegun sejenak. Belum sempat dia menjawab, Yosan mengajukan pertanyaan lagi.“Selain itu, sebenarnya kamu ini siapa? Kamu berasal dari keluarga mana? Setahu aku, nggak ada keluarga Atmaja di Primordial.”Yosan mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus. Chandra juga berpikir keras. Dia bukan orang dari Primordial, tapi dari Bumi. Saat ini, dia ragu-ragu untuk menjawab. Dia tidak tahu apakah dia harus mengungkapkan identitasnya. Chandra khawatir, karena orang-orang di 3000 dunia tersegel sangat memusuhi manusia di Bumi. Chandra khawatir kalau dia mengungkapkan identitasnya, sikap Yosan terhadapnya akan berubah.“Kenapa? Ada yang nggak bisa kamu ceritakan padaku?” tanya Yosan. “Kalau nggak nyaman untuk diceritakan, aku nggak akan paksa kamu.”Chandra berpikir sejenak. Menurutnya, Yosan adalah orang yang baik. Dia juga merasa kalau dia tidak seharusnya menyembunyikan identitasnya dari Yosan. Jika sikap Yosan terhadapnya berubah setelah dia mengu
“Chandra, ini Harimau Langit, penguasa hutan ini. Kekuatannya setara dengan prajurit tingkat kelima Alam Kesucian. Sangat bagus kalau kamu pakai dia untuk latih tubuhmu.”Suara Yosan bergema dari kejauhan. Chandra tampak tak berdaya. Tingkat kelima Alam Kesucian memang tidak termasuk kuat. Jika dia menggunakan Jurus Langkah Melawan Langit, Chandra bisa membunuh Harimau Langit itu dalam hitungan menit.Akan tetapi, Harimau Langit itu terlalu besar. Chandra tampak terlalu kecil ketika berdiri di depan monster itu. Sebelum Chandra sadar, Harimau Langit sudah melancarkan serangan. Harimau Langit membuka mulutnya dan menyemburkan sinar energi hitam.Chandra sedang berpikir bagaimana caranya menghindar. Namun jika dia menghindar, efek latihan tubuhnya akan hilang. Jadi dia tidak menghindar, melainkan memilih menghadapi Harimau Langit secara langsung.Cahaya hitam menyerang ke arah Chandra dan menghantam dadanya, hingga membuat dada Chandra menjadi cekung ke dalam. Chandra sengaja mengendali
Yosan juga terkejut dengan tekad Chandra. Kekuatan Pil Enam Yang terus disempurnakan, kekuatan fisik Chandra juga terus tumbuh menjadi lebih kuat.Satu malam berlalu dengan cepat. Keesokan harinya, rasa sakit di tubuh Chandra jauh berkurang. Dia pun berhenti berlatih. Yosan yang berada di sampingnya bertanya, “Bagaimana?”“Setelah berlatih semalaman, aku merasa kekuatan fisikku jadi jauh lebih kuat, tapi aku baru menyempurnakan kurang dari satu persen kekuatan Pil Enam Yang. Masih ada kekuatan yang sangat kuat di tubuhku yang nggak bisa aku serap,” jawab Yosan.“Seperti itulah Pil Enam Yang. Kalau kamu ingin serap kekuatan ini, kamu butuh bantuan dari luar,” ujar Yosan.“Iya,” kata Chandra sambil menganggukkan kepala.Chandra tahu apa maksud bantuan dari luar yang Yosan katakan. Chandra harus menerima pukulan.“Sini, aku bantu kamu,” kata Yosan sambil tersenyum.Sebelum Chandra sadar, Yosan tiba-tiba menyerangnya. Saat Yosan mengangkat tangannya, energi sejati yang sangat kuat keluar d
Yosan menyetujui semua persyaratan yang diajukan keluarga Lowen agar Chandra bisa meraih hasil baik dalam kompetisi besar sekaligus membuat para tetua dan ketua sekte terkesan. Duno membawa Yosan pergi keluar ruangan bersama, sedangkan Chandra tetap menunggu di dalam kamar. Kurang lebih satu jam kemudian, Yosan akhirnya kembali dengan raut wajah yang tidak terlihat terlalu baik. “Master,” sapa Chandra penuh hormat. “Chandra, aku sudah mengorbankan banyak hal untukmu. Aku mengorbankan berbagai hal yang kukumpulkan selama bertahun-tahun. Aku akan sangat menyesal telah menjadi gurumu kalau sampai kamu tidak berhasil meraih hasil yang baik dalam kompetisi besar nanti,” ujar Yosan pasrah. Raut wajah Chandra seketika tampak malu. Bagaimanapun juga, dia tidak yakin bisa mendapatkan hasil baik dalam kompetisi besar nanti. “Ayo, kita tetap harus pergi ke Klan Guno malam ini juga. Kamu bisa minum Pil Enam Yang di perjalanan nanti,” ujar Yosan yang memilih untuk tidak tinggal terlalu lama di