"Wow, dia memang hebat," ujar seorang pria dengan kagum."Dengan adanya orang seperti dia di Someria, tak heran jika negara itu menjadi kuat," timpal orang lain.Saat mereka berbicara, terdengar suara derap kuda yang terburu-buru.Dari kejauhan, tampak sekawanan kuda yang berlari kencang mendekat. Di barisan terdepan, seorang pemuda dengan baju zirah emas dan pedang di pinggangnya mencolok perhatian. Usianya sekitar dua puluh lima atau enam tahun. Di belakangnya, para pengikutnya seragam dengan baju zirah perak.Melihat rombongan itu, sang Ratu tampak sedikit cemberut. Pemuda itu turun dari kudanya di depan Ratu, memberi hormat, dan berkata, "Salam, Yang Mulia Ratu."Ratu, dengan wajah tidak puas, bertanya, "Kenric, siapa yang memperbolehkanmu datang berkuda ke sini?"Pria berbaju zirah itu menjawab dengan tenang, "Yang Mulia, sebagai Ksatria Emas, saya bebas berkuda kapan pun. Apa ada masalah?"Ratu hanya bisa mengerutkan kening. Memang benar Ksatria Emas memiliki hak istimewa tersebu
Chandra mengenakan seragam tempur Naga Hitam yang mengesankan, didominasi warna hitam yang memberikan kesan matang, megah, dan berwibawa. Di bahu seragamnya, terpatri sepuluh bintang berkilau, dan jubahnya dihiasi dengan gambar naga hitam yang tampak nyata dan mengagumkan.Setelah turun dari pesawat, Chandra dengan tatapan tajam dan tenang, mengamati Ratu Elang Besar dan para bangsawan yang telah berkumpul, yang jumlahnya kira-kira dua ratus orang. Paul mengikuti Chandra dari belakang dengan setia. Pasukan Naga Hitam dan Pasukan Api Merah, bersenjata lengkap dan berwibawa, turun dari pesawat dan berbaris dengan formasi yang rapi dan disiplin tinggi.Chandra berdiri di samping, menunggu dengan sikap yang tenang dan penuh wibawa. “Raja Naga, kenapa berhenti?”Paul, biasa memanggilnya 'Bos', kali ini dengan hormat menyebutnya 'Raja Naga'. Chandra berbisik, "Di wilayah orang lain, kita harus menunjukkan rasa hormat. Kita tunggu Ratu Elang Besar menghampiri dan menyapa kita terlebih da
“Hanya segitu saja.” Ksatria Emas, Kenric melirik Chandra dengan sorot kecewa. Kemudian dia menggeleng pasrah sambil berkata, “Saya pikir Raja Naga Someria pasti berbeda dengan yang lainnya. Ternyata hanya segitu saja. Penampilan nggak setara dengan kinerjanya.”Chandra tersenyum tipis dan tidak merasa marah. Sedangkan Ratu Meri yang melihat Kenric berani menantang Chandra tampak tidak menghentikannya. Dia hanya memberikan satu tatapan yang berbeda pada lelaki itu. Tatapan tersebut membuat Kenric seketika tersadar.Dengan cepat Kenric mengeluarkan pedang panjang berwarna emas dari pinggangnya. Pedang tersebut tepat mengarah pada Chandra.Dengan tenang Chandra berkata, “Apa maksudnya? Apakah ini cara Elang Besar memperlakukan tamu? Kalau benar, maka akan saya balas sambutannya.”“Elang Besar selalu mengutamakan kemampuan. Salah satu cara kami ketika pertama bertemu adalah mengadu kekuatan. Yang kuat akan dihormati, yang lemah maka silakan pulang. Elang Besar nggak akan berinteraksi deng
Tang!Sebuah suara nyaring terdengar di telinga semua orang yang ada di sana. Yang menyaksikan pemandangan tersebut tampak tercengang.Beberapa gadis yang menutup matanya bergegas membuka kembali mata mereka karena tidak mendengar teriakan histeris. Mereka menemukan Chandra yang berdiri dalam kondisi baik-baik saja di tempatnya semula. Jari lelaki itu menjepit pedang emas yang hanya tersisa setengahnya saja.Sedangkan Kenric tampak melongo sambil memegang pedang yang hanya tersisa setengah saja. Ekspresi lelaki itu terlihat terkejut dan tampak tidak percaya. Sosok Paul yang ada di sisi Chandra terlihat ingin terbahak, tetapi dia berusaha menahan tawanya agar tidak lolos dari bibirnya.Beraninya menantang Raja Naga Someria, benar-benar sudah bosan hidup.Tang!Chandra membuang patahan pedang yang ada di sela jarinya ke lantai. Dia menatap Kenric yang tampak tercengang dengan datar. Tidak ada sindiran apa pun yang terucap di bibirnya, melainkan sebuah pujian yang terdengar."Bagus, masih
Ekspresinya menggelap sambil menatap pedang yang telah patah di tangannya. Dengan gigi bergeretak dia berkata, "Sial! Urusan kita belum selesai!"Tang!Dia membuang pedang di tangannya dan berbalik untuk menunggangi kudanya pergi dari sana."Kak Kenric ..." seru Lily. Namun Kenric sudah pergi dengan membawa pasukan ksatrianya dan mengabaikan perempuan itu."Apa-apaan? Bukan aku yang mematahkan pedangmu. Kenapa mengabaikanku?" gumam gadis itu dengan wajah sedih. Setelah selesai bergumam, Lily bergegas pergi dari sana dan mengejar Ratu.Kastil Birta merupakan sebuah simbol kekuasaan dari Elang Besar. Tempat itu merupakan tempat tinggal dari keluarga kerajaan Elang Besar. Tempat tersebut dijaga sangat ketat dengan pengawalan oleh pasukan terkuat dari kerajaan Elang Besar. Tentu saja hanya itu yang diketahui oleh orang di luar sana.Yang tidak diketahui oleh orang lain adalah tempat ini masih dijaga oleh ksatria misterius dari Elang Besar. Posisi seorang ksatria di Elang Besar sama seperti
Chandra tidak tahu harus menjawab apa. Mendengar Lily yang protes keras, dia hanya ikut mengangguk dan menimpali, "Iya, benar yang dikatakan Lily. Usia sekarang memang harus mementingkan pendidikan. Sekarang aku sangat menyesal kenapa nggak banyak belajar. Sehingga sekarang aku nggak mengerti norma dan menjadi orang kasar."Chandra menyalahkan diri sendiri dan memuji Lily. Sikapnya itu berhasil mengubah keadaan yang canggung. Akan tetapi Lily justru tampak tidak senang.Dia seorang tuan putri dari Elang Besar dan memiliki darah kerajaan yang begitu agung. Meski usianya masih muda sekitar awal 20 tahunan saja, ada banyak yang sudah menawarkan perjodohan dengannya. Bahkan pangeran dari negara lainnya juga melamarnya. Namun Lily tidak menerima lamaran mereka semua.Sekarang lelaki dari Someria ini justru menolaknya. Dia boleh menolak orang lain, tetapi orang lain tidak boleh menolaknya!"Chandra, apa maksudmu?! Maksudmu aku nggak pantas bersanding denganmu?!" marah Lily. Dia melirik Chan
"Ok, kamu aturkan dulu. Setelah itu kabari aku."Setelah selesai menghubungi Alex dari Istana Gelap, dia menatap Paul dengan raut wajah puas. Lelaki itu tersenyum dan berkata, "Beres. Sekarang kita istirahat dulu dan pikirkan alasan yang tepat untuk pergi selama beberapa hari.""Ok," jawab Paul tanpa ada keberatan."Istirahatlah."Setelah menempuh perjalanan puluhan jam dengan pesawat, Chandra merasa sedikit kelelahan. Setelah dia dan Paul selesai berdiskusi, keduanya beristirahat di dalam kastil. Sementara itu, di salah satu kastil Elang Besar lainnya yaitu Kastil Alaidra. Kastil tersebut merupakan tempat kediaman keluarga Alaidra.Keluarga Alaidra merupakan keluarga yang paling berkuasa di Elang Besar. Mereka bertugas melindungi negara ini. Hampir semua anggota keluarga di sana merupakan seorang ksatria."Benarkah?"Seorang lelaki tua mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan Kenric dan berkata, "Lelaki dari Someria itu hanya menggunakan dua jarinya untuk mematahkan pedang milikm
Mengingat kekalahannya ketika ratusan tahun yang lalu membuat perasaan Kelmi sangat berantakan. Kekalahannya saat itu sungguh sangat memalukan.Dia kembali ke Elang Besar dan mulai menutup diri untuk berlatih dengan keras. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuannya dan membalaskan dendamnya."Sudah ratusan tahun."Kelmi duduk di kursinya dan memandang jauh. Ekspresinya tampak sedikit khawatir. Dia menghela napas dan bergumam, "Kira-kira setelah ratusan tahun berlalu, orang yang mengalahkanku waktu itu apakah masih hidup? Kalau masih hidup, sudah pasti kemampuannya juga akan meningkat."Dia tahu kalau lawannya juga pasti akan terus meningkatkan kemampuannya. Oleh karena itu selama beberapa tahun ini dia tidak pernah berani bersikap gegabah. Semua karena Kelmi takut dia akan kalah untuk yang kedua kalinya."Suku Dukun ...."Dia ingat jika orang yang mengalahkannya mengatakan dia merupakan orang dari Suku Dukun. Bahkan dia ingat bahwa nama orang itu adalah Kadir. Usianya kala itu ba
“Seluruh manusia bumi di satu kota akan dibantai kalau sampai Chandra tidak berani datang.”“Kira-kira kota yang mana yang akan dibantai ya? Aku sih menyarankan untuk membantai Diwangsa. Karena ada banyak perempuan cantik di sana.”Para makhluk dari dunia lain terus berdiskusi ketika Anak Dewa masih berdiri tegap di atas puncak gunung. Angin sepoi-sepoi terus mengacak-acak rambutnya dan dia masih menunggu Chandra dengan tenang sambil membawa pedang di punggungnya. Dia sedang berpikir kalau kemungkinan Chandra takut padanya, sehingga tidak berani datang hari ini. Bahkan sekalipun Chandra tidak takut dan tetap datang hari ini untuk bertarung dengannya, dia pasti bisa membunuh Chandra dengan mudah selama dia bisa menghindari serangan fatal dari Chandra. Lagi pula, Chandra hanya memiliki satu jurus yang mematikan, yaitu Sangkar Kosmik. Di sisi lain, para prajurit bumi berkumpul di sebuah ruangan terbuka yang berada di kaki gunung. Salah satu di antaranya adalah Basita, manusia bumi terku
Tujuh hari berlalu dengan cepat. Berita tentang pertarungan Chandra dan Anak Dewa juga sudah tersebar luas. Keputusan Chandra sudah membuat para prajurit bumi naik pitam. Mereka semua terus menyalahkan sikap Chandra yang terlalu gegabah. Bagaimana mungkin dia bisa mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi semudah ini?Hari pertarungan Chandra dan Anak Dewa akhirnya tiba. Di puncak sebuah gunung yang berada di area Gunung Bushu. Gunung ini memiliki tinggi ribuan meter yang dikelilingi dengan pegunungan bergelombang di sekitarnya. Kurang lebih ada lebih dari 200.000 prajurit baik dari bumi maupun dunia lain yang berkumpul di gunung ini. Seorang laki-laki berusia dua puluhan tiba-tiba muncul di puncak gunung. Dia mengenakan jubah putih dengan ikat pinggang berwarna emas. Dia juga membawa pedang di punggungnya. Laki-laki itu adalah Anak Dewa. Para prajurit dari dunia lain langsung bersorak ketika melihat kemunculan Anak Dewa. “Anak Dewa! Anak Dewa!”“Anak Dewa pasti menang!”Sorakan
Keesokan harinya, Nova tiba-tiba membuka matanya dan cahaya putih tampak bersinar dari matanya yang gelap. Dia perlahan berdiri lalu meregangkan ototnya dan merasakan kekuatan yang sangat dahsyat dari dalam tubuhnya. Wajahnya seketika menunjukkan sedikit kegembiraan.“Nova, selamat,” ujar si penjaga sambil melangkah menghampiri Nova. “Akhirnya, energi iblis di tubuhmu berhasil dimurnikan setelah berusaha selama bertahun-tahun. Sekarang, tubuhmu sudah tidak lagi memiliki energi iblis dan hanya memiliki darah murni dari empat hewan keberuntungan. Nantinya, kamu bisa membangkitkan kekuatan sesungguhnya dari keempat hewan itu,” jelas si penjaga dengan raut wajah gembira. Sosok Akar Dewa Murni adalah sosok yang sangat menakutkan. Bahkan biasanya jarang sekali terjadi kelahiran sosok seperti ini dalam puluhan ribu tahun. Namun anehnya, beberapa Akar Dewa Murni justru bermunculan di zaman ini. Hal ini bagaikan sebuah pepatah, pahlawan akan hadir seiring berjalannya waktu. Nova mungkin adala
Chandra masuk ke dalam kota di bawah arahan Sasa. Kota ini benar-benar besar. Chandra belum bisa masuk ke dalam area kota karena kekuatannya masih belum cukup, sekalipun dia sudah menjadi pemilik dari istana Abadi. Chandra harus meningkatkan tingkat kekuatannya jika dirinya ingin menguasai Istana Abadi sepenuhnya. Salah satu area yang tidak dapat dimasuki Chandra saat ini adalah Ruang Waktu. Namun, dia bisa dengan mudah masuk ke dalam area-area tersebut karena dia datang bersama dengan Sasa yang memandunya. Di dalam kota, terdapat sebuah halaman yang berdiri sendiri. Halaman itu dikelilingi dengan tembok yang menjulang tinggi dan terukir beberapa tulisan kuno di atasnya dengan pancaran cahaya misterius. Chandra juga bisa melihat terdapat tulisan kuno yang berputar di langit yang berada di atas halaman luas itu. Sasa membawa Chandra ke area luar halaman lalu berkata sambil menunjuk ke arah halaman, “Ini adalah Ruang Waktu. Kamu masih belum bisa membuka ruangan itu dengan kekuatanmu s
Chandra menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak.”“Dasar bodoh! Perhatikan baik-baik! Aku akan melakukannya lebih lambat kali ini.”Sasa kembali menghunuskan pedangnya dan menyerang. Chandra bisa melihat gerakan Sasa dengan sedikit ebih jelas kali ini. Chandra melihat jurus pedangnya sendiri ketika Sasa mengangkat pedang. Jurus pedang yang bisa dilihatnya, yaitu Rahasia 13 Pedang dan Ilmu Pedang Dantra. Selain itu, dia juga melihat Jurus Pedang Pertama dengan samar. Bisa dibilang, Chandra bisa melihat semua teknik pedang yang dipelajarinya dalam gerakan pedang Sasa. Namun, pedang Sasa sudah kembali menyentuh dadanya sebelum dia sempat bereaksi. “Kamu sudah melihatnya dengan jelas, kan?” tanya Sasa lagi. Chandra mengangguk lalu berkata, “Aku bisa melihatnya sedikit lebih jelas. Aku bisa melihat bayangan teknik pedang yang familiar bagiku.”“Bagus.”Sasa mengangguk lalu kembali berkata, “Sekarang, perhatikanlah sekali lagi!”Kemudian Sasa kembali menghunus pedangnya dan kembali m
Sasa menatap Chandra sambil tersenyum lalu berkata, “Buah keberuntungan memang bagus, tapi kamu belum bisa menggunakannya sekarang. Selain itu, satu orang hanya boleh menggunakan satu buah. Lagi pula, kamu masih bisa menggunakan dua buah lainnya karena di rumah ini ada tiga buah keberuntungan. Jadi, bagaimana? Apa kamu mau aku ajari dengan syarat itu?”Chandra mengusap dagunya. Apa sebenarnya buah keberuntungan itu? Selain itu, Chandra merasa Sasa sedang berusaha mengelabuinya, tapi dia membutuhkan bantuan Sasa untuk mengajarinya beberapa jurus. Chandra menggertakkan giginya setelah berpikir sejenak lalu menyetujui syarat yang diajukan Sasa. “Oke, aku setuju.”“Hehe, bagus kalau begitu,” ujar Sasa sambil tertawa puas lalu menghilang dalam sekejap mata. Sepuluh detik kemudian, Sasa muncul sambil membawa buah berwarna putih yang sedikit lebih besar dari apel di tangannya. Cahaya yang misterius tampak mengalir di buah itu yang tampak sangat misterius. Sasa memegang buah itu dengan wajah
Chandra tidak bisa masuk kembali ke Pustaka Agung karena dia harus meningkatkan kultivasinya lagi jika ingin masuk ke sana. Jadi sekarang, dia hanya bisa mengandalkan roh penunggu untuk membantunya berlatih. Bagaimanapun juga, roh penunggu itu sudah menjadi pengikut Kaisar Ceptra sejak ribuan tahun lamanya, jadi dia pasti sudah menguasai jurus dan teknik bela diri yang luar biasa.“Syut!”Sebuah bayangan tiba-tiba muncul. Tubuh laki-laki itu perlahan berubah nyata sampai akhirnya menjadi sosok seorang manusia sesungguhnya. Laki-laki tua itu mengenakan jubah abu-abu dengan rambut putih dan berjanggut. Dia tersenyum ke arah Chandra lalu bertanya, “Tuanku, ada apa?”Ini adalah pertama kalinya Chandra melihat sosok asli si roh penunggu. Namun, semua itu tidaklah penting sekarang. Karena kedatangannya ke Istana Abadi adalah untuk mempelajari beberapa jurus baru. Walaupun Chandra sangat percaya diri dengan kemampuannya saat ini, alangkah baiknya jika dia mempelajari beberapa jurus dan tekni
Chandra menyetuji persyaratan yang diajukan Dusky. Kesalahannya akan diampuni kalau sampai dia berhasil menang. Namun, mereka akan membunuh seluruh manusia bumi kalau sampai dia kalah. Ini artinya, Chandra mempertaruhkan nyawa seluruh manusia bumi. Namun, Chandra yakin dia tidak akan kalah. “Kamu yang menentukan kapan dan di mana pertarungan akan dilaksanakan,” ujar Chandra tenang. “Kalau begitu, pertarungan akan dilaksanakan seminggu dari sekarang di Gunung Bushu,” jawab Dusky.“Oke,” balas Chandra sambil mengangguk. Kemudian dia berbalik dan pergi di bawah tatapan orang-orang. Senyuman di wajah Dusky seketika membeku dan berubah muram setelah Chandra pergi. Dia berbalik dan memasuki istana penguasa kota bersama para prajurit kuat di belakangnya. Di dalam istana penguasa kota. Dusky duduk di kursi utama sambil menatap Anak Dewa yang berada di bawahnya lalu bertanya dengan tenang, “Anak Dewa, apa kamu yakin bisa membunuh Chandra?”Anak Dewa berkata dengan nada meremehkan, “Chandra
Chandra mengernyitkan keningnya. Laki-laki yang berada di depannya saat ini seharusnya adalah Dusky. Namun, Chandra tidak mengira kalau Dusky adalah laki-laki yang populer di kalangan perempuan. Chandra mengenal beberapa orang yang berjalan di belakang Dusky. Mereka adalah Anak Dewa, Jayhan, Candra dan Haraza. Selain itu, ada beberapa orang lagi yang Chandra tidak kenal.“Penguasa Kota.”Beberapa penjaga menyapa Dusky dengan hormat ketika dia berjalan keluar. Dusky berjalan ke arah Chandra dan berhenti beberapa meter di depannya. “Kamu Chandra, ya?” tanya Dusky sambil menatap Chandra dan tersenyum. “Benar,” jawab Chandra cepat. Kemudian Dusky berkata dengan lembut, “Kamu tahu kan kalau di kota ini dilarang untuk bertarung? Aku menetapkan peraturan ini untuk menciptakan perdamaian di kota ini. Tapi, kamu justru membunuh orang ketika kamu muncul di sini. Perilakumu itu tentu saja sudah melanggar peraturanku. Aku harus memberimu pelajaran agar tidak ada lagi yang berani melakukan hal