Beranda / Pernikahan / Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku / Bab 18: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  

Share

Bab 18: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-28 09:59:03

Tangis aku tahan dalam keheningan di sepanjang perjalanan. Rasa tidak percaya jika saat ini aku sedang mengejar Bang Fuad dan perempuan selingkuhannya terus menusuk dada.

Di dalam mobil mewah ini, aku mendapatkan jawaban atas semua kecurigaan. Bang Fuad dan Ida, dua insan itu telah terlibat sesuatu yang sangat tidak masuk akal.

Kami berada dalam rentang beberapa mobil di belakang bus yang ditumpangi oleh Bang Fuad dan Ida. Bang Bayu seperti menjaga jarak dengan mereka hingga sekalipun tidak pernah menyalip mobil-mobil lain.

Sedang diriku, hanyalah seonggok manusia di jok sebelah kemudi. Tidak ada yang bisa aku lakukan, selain mengambil beberapa gambar, dan merekam bus tersebut. Seperti kata Bang Bayu sebelumnya, dia membutuhkanku untuk membantunya mengumpulkan semua bukti-bukti perselingkuhan istrinya dengan suamiku.

“Jangan menangis, laki-laki seperti dia tidak perlu ditangisi! Tidak ada alasan untuk bersedih karena pria seperti itu.” Bang Ba

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 19: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Tiga jam berlalu. Aku dan putri kecil Bang Bayu masih menunggu di lobi hotel. Syukurnya, anak itu terlelap meski hanya beralaskan sofa dan sebotol susu pekat. Tidak rewel, tidak menangis apa lagi menjerit. Dia hanya merengek kecil, menunjukkan jika ini sudah waktunya tidur.“Mbak, ada yang bisa kami bantu?” Salah satu hotelier mendatangi kami berdua yang sudah mendekam di sofa tinggi tersebut untuk waktu yang lama.Perempuan berwajah cantik, dia menggelung rambutnya seperti seorang pramugari. Saat dirinya berdiri di dekat sofa, aroma harum menyeruak, menebas bulu hidung dan menyentuh hingga ke indera.“Apa ada yang Mbak tunggu di hotel kami? Atau ada sesuatu yang sedang Mbak cari?” tanyanya dengan intonasi yang sangat syahdu.Tidak lupa, perempuan tersebut tersenyum ke arahku. Lirikannya sempat jatuh ke arah putri Bang Bayu, sebelum dirinya berkata, “Apa Mbak butuh ruang yang lebih tenang? Apa Mbak mau check in atau ....”“Tidak, Kak. Saya menunggu ayah putri ini, dia sedang ....”“Ah

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 20: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Keesokan harinya, Bang Fuad pulang ke rumah. Dia datang tepat saat aku hendak berangkat bekerja.Wajahnya semringah. Pundak dan langkahnya terasa sangat ringan, seolah dirinya baru saja naik jabatan.Aku yang pagi itu memakai celana panjang longgar dan blouse kombinasi melirik ke arahnya. Bang Fuad mendekat, dia memamerkan padaku oleh-oleh napol yang dibawanya dari Medan tanpa rasa bersalah.“Dek, lihat Abang bawa apa?”“Ah, ini kan oleh-oleh yang terkenal itu, Bang. Punya artis, kan? Harganya mahal banget,” balasku. Tidak lupa, aku memainkan trik untuk menghadapinya hari ini.Bang Fuad pasti sedang menguji diriku, mencoba membaca apa yang sudah terjadi selama dirinya pergi. Ditambah lagi, dia juga mengecek keadaanku melalui ibunya.“Iya, Dek. Mau dimakan dulu atau nanti saja pulang bekerja? Abang enggak masuk hari ini, jadi engg

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-31
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 21: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku  

    Jangan berhenti menunjukkan kasih sayang, meski yang engkau terima adalah pengkhianatan. Sebab, setelah perpisahan, merekalah yang akan paling menderita. Sedang dirimu sedang sibuk berbahagia.-@bemine_3897--“Bang, kok enggak dijawab, sih?” rengek Ida sembari mengguncang lengan suaminya.Perempuan itu memasah wajah murung sebab Bang Bayu seperti enggan bersuara. Dia mengapit bibir, dan hanya duduk seperti tidak bernyawa di sofa mahal itu. Sikapnya jelas memaksa agar Bang Bayu menjelaskan sosok mana yang sedang ditunggu olehnya. Sedangkan aku dan keluarga berada di seberangnya, memandang ke arah sepasang suami dan istri tersebut. Sesekali, aku menjatuhkan sorot ke arah Bang Fuad dan Ida, mencoba memastikan sekali lagi jika mereka memang punya hubungan gelap.Sebab, hingga saat ini, ada titik di mana aku ingin semuanya tidak pernah terjadi. Perasaan membuncah untuk Bang Fuad meski dirinya begitu kaku dan dingin, atau rasa bangga bertemankan wanita hebat seperti Ida, semua itu tida

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 22: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Apa maksudnya ini?” Suara Ida meninggi sendiri.Namun, tidak ada yang bergegas menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita yang memakai dress mahal itu. Dia komat-kamit menuntut Bang Bayu agar lekas menjawab dirinya, lagi-lagi hanya embusan angin yang menjawi balasan untuk perempuan itu.Bang Bayu membiarkan sang pengacara tersebut mengambil alih situasi. Dia memilih untuk kembali menempati sofa tanpa mengajak istrinya agar turut serta bersama.“Tolong duduk dulu, Nyonya? Kita bicarakan secara kekeluargaan, ya?” pinta sang pengacara tersebut.Pria berkepala plontos bernama Tamtama berkata tegas. Dia mengetuku punggung penanya di atas berkas, meminta dengan jelas agar kami semua duduk dengan tenang di sofa dan membiarkan dirinya yang berbicara seorang diri.“Silakan dimulai saja, Pak Pengacara!” Bang Bayu berujar.“Apanya yang dimulai, Bang? Bukannya hari ini mau rayain ulang tahun putri kita?” tuntut Ida bingung.Kasihan sekali perempuan itu. Dia dilanda kepanikan saat seluruh b

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 23: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Harusnya kau sadar diri, Yu! Wajar kalau anakku tertarik dengan perempuan secantik itu. Bukannya protes, harusnya kau juga belajar agar bisa berpenampilan sepertinya,” cela mamak mertua saat aku mengayunkan langkah untuk pergi dari sana.Nyeri ulu hati mendengarnya. Bagi perempuan yang bahkan tidak memberikan kontribusi apa-apa dalam hidupku, sungguh tidak pantas lidahnya bersilat sedemikian kejam.Kuusap dada, aku tidak ingin bertengkar dan bertingkah sangar di rumah ini. Tapi, pergi tanpa menjawab hinaan itu juga akan meninggalkan luka di dalam hatiku.“Lihat penampilannya, lihat penampilan kau! Bahkan orang buta saja bisa membedakannya,” tambah mamak mertua.Kian kasar lidahnya bertutur. Tidak ada kebijaksanaan sama sekali dalam setiap kalimat yang dilontarkan olehnya. Aku paham jika mamak mertua begitu mencintai Bang Fuad, namun ada jutaan orang lain yang bisa bersikap sebaliknya. Mereka tahu cara membentuk hubungan dan berkomunikasi dengan manusia, apa lagi menantunya sendiri.“

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 24: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Sesaat, pikiranku buyar usai mendengar permintaan itu di bawah guyuran hujan. Sebanyak apa pun aku mencoba untuk berpikir jernih, jeritan serta hinaan dari mamak mertua di atas teras terus mengusik diriku agar menuruti perkataan dari pria ini.“Kamu ingin terus di sini?” Bicaranya dingin dan tajam, memaksaku agar segera mengambil keputusan. “Aku baru saja selesai mengantar Ida ke rumah orang tuanya, lalu mampir kemari karena hapemu tertinggal di sofa. Sepertinya keadaan di sini jauh lebih buruk dari bayanganku.”Bibirku kian kelu, dan tangisku pecah kembali. Haruskah aku katakan iya pada permintaan Bang Bayu? Pria ini adalah suami Ida dan sangat tidak pantas andai dia yang membawaku keluar dari sini. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi malah memperkeruh semuanya.“Ayu, masuk! Abang tidak mau kamu ikut sama dia, kita bicara dulu di dalam, Dek. Kamu jangan percaya dengan fitnah ini,” ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 25: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Sejak pergi dari rumah Bang Fuad, aku menyewa sebuah kamar kostan. Tidak ada tempat lain yang bisa kudatangi termasuk rumah peninggalan mamak dan bapak.Seumur hidup kami tinggal di rumah sewa dengan aku sebagai putri tunggal. Setelah keduanya meninggal, aku tidak mampu membayar sebab belum bekerja seperti sekarang. Jadilah, salah satu kerabat dari ayah bersedia memberikan tumpangan.Perempuan yang tidak perlu kusebutkan namanya itu membuatkanku sebuah gubuk di belakang rumahnya. Alasannya, tidak ada kamar kosong di dalam rumah yang bisa kuhuni. Aku menurut, meski tahu itu semua dusta. Makan juga seala kadar, kadang lauk-pauk disembunyikan olehnya.Padahal, sebelum menikah dengan pria bergelar pegawai negeri sipil, perempuan itu sering dibantu bapak dan mamak saat muda. Dia diberikan uang jajan untuk kuliah, dan dibantu biaya pendidikan semampu mungkin.Syukurnya, aku tidak perlu kembali ke titik itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 26: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Ya Allah, jika aku berdosa karena melakukan hal iniMaka, ampunilah aku. Sebab, menahannya terlampau sakitMembalasnya memberiku alasan lain untuk menghirup napas sekali lagi-Ayu--“Perkenalkan, saya Ayu. Mulai hari ini saya yang akan jadi mentor sekaligus pengawas untuk kalian selama magang di kantor.” Aku memulai perkenalan dengan sepuluh siswa magang dari kampus ternama tersebut sembari tersenyum.Di depan beberapa karyawan dan siswa magang, aku memegang sebuah mic dan berdiri layaknya seorang presenter. Kali pertama melakukannya, tentu saja lututku gemetar dan suara menjadi sangat dalam.“Saya dipercayakan oleh perusahaan untuk menjadi rekan kerja terdekat kalian selama magang di sini. Saya harap, kita bisa bekerja sama dan melanjutkan misi untuk mendapatkan pengalaman bekerja untuk kalian.&rdqu

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05

Bab terbaru

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   (TAMAT) Bab 51: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Bab 51: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku “Ini Sayang, dimakan dulu es krimnya,” pintaku pada Aisya yang duduk dengan tenang. Dia mengayun-ayunkan kaki kecilnya yang menggantung dari kursi. Wajahnya masih bengkak akibat menangis, namun binar bahagia melihat semangkuk es krim di depannya tidak dapat disembunyikan. Aku juga mendorong semangkuk es krim lain untuk Ida. Perempuan itu menyukai rasa Chocomint sejak dulu, saat kusodorkan rasa yang sama wajah Ida sedikit terkejut. “Wah, apa ini?” ucapnya. Usai mendudukkan tubuh di kursi yang berlawanan dengan Ida, aku mencebik. “Apa lagi, kamu kan suka es krim rasa itu.” “Wah, sudah lama enggak, tuh! Lagian, duit suami siapa yang kamu pakai buat beliin aku es krim?” “Yang jelas bukan duit suamimu,” sahutku lagi. Ida tersenyum mengejek, dia memerhatikan diriku dari ujung kepala hingga kaki. “Branded semua, ya? Keren sekali sugar daddymu.” “Terima kasih.” “Lalu, anak siapa ini? Tidak mungkin anakmu,” ucap Ida sembari memerhati

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 50: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Empat Tahun Kemudian “Mama, kenapa Aisya harus sekolah? Kan bisa di rumah sama Mama dan Bunda Wardah,” keluh Aisya padaku. Aku menggenggam erat tangannya, mengecup wajah bening Aisya beberapa kali. Gadis kecil itu masih duduk di jok mobil dengan seatbelt melingkari badannya. “Mama, di sekolah ada anak yang badannya lebih besar dari aku. Apa dia sudah dewasa, Ma?” Aisya melanjutkan keluhannya seperti biasa. Padahal, baru berumur lima tahun tapi bicaranya sudah selancar ini. Dia juga pandai mengekspresikan diri,mengajak orang lain mengobrol sampai beradaptasi di lingkungan baru. “Mama, nanti siapa yang jemput Aisya?” keluhnya. “Nanti Mama yang jemput, Sayang. Pulangnya kita mampir ke toko roti kesukaan Ayah dan Bunda Wardah, lalu ke toko es krim kesukaan Aisya.” Aku menjelaskannya selembut mungkin. Netra Aisya b

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 49: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Ah, ti-tidak usah, Bang. Nanti aku coba cari kost saja, terus belajar buka usaha apa gitu di sana,” elakku pada Bang Bayu.Wajah ini sudah seperti kepiting rebus. Malu sekaligus menggelitik.Buru-buru aku beristigfar karena memiliki pemikiran berlebihan saat Bang Bayu dan Wardah baru saja terluka. Mereka sudah pasti tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.“Baiklah, nanti butuh bantuan, kabari aku dan Wardah.” Bang Bayu menyelesaikan pembicaraan tentang aku.Malam itu, kali terakhir kami duduk bertiga dan mengobrol. Setelahnya, bahkan aku tidak pernah melihat wajah Bang Bayu atau Wardah meski berdiri di pinggir jalan sembari menunggu bus Transkutaraja.Perjalanan kami kembali ke titik yang berbeda dalam permulaan yang berbeda pula. Aku hidup di sebuah kontrakan mungil yang dibayarkan oleh Bang Bayu selama satu tahun ke depan, sedang Wardah dan pria it

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 48: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Apa kabar mereka di sana?” lirihku pada Bang Bayu.Pagi berganti malam dan Bang Bayu belum pulang. Dia masih tinggal di rumah mamaknya tanpa alasan yang jelas.Tidak berani kuutarakan tanya tentang hal itu, sebab aku juga tamu di sini. Bukankah kurang pantas andai tamu bertanya kenapa pemilik rumah masih tinggal?Bang Bayu yang sedang mengunyah makan malamnya menoleh ke arahku. Di meja makan kecil ini tersisa kami berdua, sebab Wardah menolak makan malam demi menyukseskan dietnya. Sedang Mamak Bang Bayu makan di kamar dengan ditemani Wardah serta Aisya.Pria itu mengernyit, alisnya naik sedikit. Wajahnya terlihat segar dan sedikit lucu sebab rambutnya acak-acakkan bekas basuhan handuk. Pria itu mandi sore tadi setelah berlama-lama di pantai sendirian.“Kamu ingin tahu?”Kuanggukkan kepala pelan, lalu mengambil kembali sendok dan menyu

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 47: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Seminggu sejak mengendarai motor bersama Wardah ke pasar, aku mulai menjalani kehidupan yang nyaman di desa ini. Tidak banyak kebisingan, tidak ada tetangga yang kepo kiri dan kanan karena memang rumahnya berjauhan.Segalanya tenteram, aman dan menyenangkan. Aku jadi bagian baru dalam hidup Wardah dan Mamak Bang Bayu.Kami sering ke pantai bertiga, duduk di sana sampai matahari tenggelam atau menunggu matahari terbit. Tapi, dibanding aku yang hanya duduk, Mamak Bang Bayu dan Wardah sering terlihat bersedih.Mereka kerap kali memanjatkan doa, melantunkan harap untuk keluarga yang sudah pergi dibawa Tsunami. Tidak ada jejaknya, tidak ada beritanya meski belasan tahun sudah berlalu.Seperti hari ini misalnya, Mamak Bang Bayu meneteskan air mata meski bibirnya membisu. Sedang Wardah mengusap dada, menahan tangisnya.Aku yakin benar, ada rindu yang teramat dalam untuk keluarga mereka.

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 46: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Sejak lambaian tangan dan senyum Bang Bayu sore itu, aku resmi tinggal di rumah orang tuanya. Bang Bayu menitipkanku pada Wardah, meminta agar gadis muda itu menjadi teman sekaligus keluarga baru untukku.Bang Bayu pergi, kukira tinggal di sana akan jadi canggung. Nyatanya, Wardah mendobrak habis dinding yang kubangun.Kami jadi teman hanya dalam satu malam. Menonton tv berdua, makan camilan, dan merencanakan kegiatan untuk besok.“Kak, Kakak tinggal aja di sini buat selamanya. Jangan keluar dari sini, nanti aku enggak ada temennya lagi. Bang Bayu enggak pernah bawa siapa pun ke sini selain Kak Ida, si dokter itu sama Kakak.” Wardah nyerocos tanpa mengerling ke arahku.Dia sibuk ngemil dengan chips yang dibawakan oleh Bang Bayu tadi. Sedangkan mamak Bang Bayu disuguhi buah-buahan yang sudah dipotong olehnya. Perempuan itu tidak banyak bicara. Dia duduk di sofa dan memandang hampa ke arah tv.Dari sorot mata

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 45: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Mamak baik-baik saja, kemarin dokternya baru berkunjung, Bang.” Gadis muda itu bertutur sangat lembut.Dia mendorong pintu lebar hingga seisi ruangan rumah kayu terlihat. Dalamnya sangat luas, hanya diisi beberapa perabotan yang sebenarnya sangat bagus dan terbaru.Aku takjub, juga terkesima. Sebab, rumah yang kini tersaji di depan mata serupa dengan rumah yang menjadi impian kedua orang tuaku.Almarhumah mamak mendambakan sebuah hunian sederhana dari kayu yang kokoh, dipernis tanpa menghilangkan guratan asli dari kayu. Tapi, keduanya berpulang tanpa sempat mewujudkan impian yang sederhana itu.Aku menahan diri untuk tidak meluapkan perasaan. Rindu kepada kedua orang tua menyebabkan air mata mulai menggenang.“Bang Bayu ajak siapa?” tutur sang gadis muda seraya melirikku. Dia memilih memakai jilbab kurung usai menyadari ada hadirku di belakang Bang Bayu. “Bukan Kak Ida ternyata. Yah, suda

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 44: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    Pagi menjelang saat aku terbangun dari tidur. Seluruh tubuh terasa remuk, wajah sayu dan mata perih luar biasa.Semalaman suntuk aku menangis sendirian di kamar. Merenungi keadaan yang kian rumit meski dewasa telah lama datang.Dulu, mengira jika dewasa dan sudah bekerja, aku bisa melewati semua hal dengan mudah. Tidak perlu lagi khawatir soal uang, tempat tinggal atau perlakuan orang lain.Nyatanya ....“Astagfirullah, Ya Allah.” Aku meratap, memukuli dada yang terasa begitu sesak.Kupandangi langit melalui jendela, sudah terang. Aku tidak terbangun lebih cepat hingga waktu salat Subuh terlewat.“Hari ini akan baik-baik saja,” batinku sembari bangkit dari pembaringan.Seluruh sendiku ngilu dan kepala sakit luar biasa. Pandanganku juga buram karena tertidur dalam keadaan menangis tanpa henti.Hari ini aku harus menjalani awal baru lagi, memulai semuanya entah dar

  • Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku   Bab 43: Jembatan Perselingkuhan Suami dan Sahabatku

    “Oh iya!” Bang Bayu kembali berujar pada Pak Dama dan istrinya.Dua orang yang hendak pergi usai membuat kehebohan itu seketika terdiam. Seolah-olah ada mesin pengontrol dari lidah Bang Bayu terhadap mereka, bahkan gerak tubuh keduanya serentak berpaling ke arah pria itu.Sejujurnya, aku masih tidak percaya dengan kebetulan unik ini. Bagaimana bisa istri Pak Dama adalah adik sepupu Bang Bayu dan itu berarti adik ipar Bang Bayulah yang menggodaku.Sekujur tubuh merinding hebat, seolah ada ribuan ulat yang menggerayangi badan. Bagaimana mungkin hal ini terjadi? Padahal dunia tidak sesempit yang dibayangkan.“Lain kali, jangan asal main hakim sendiri, mungkin tidak akan ada kesempatan kedua untuk apa yang kalian lakukan hari ini. Sekarang, pergi dulu, urusan di sini akan kubereskan. Tapi, bukan berarti kalian bebas dari tanggungjawan serta ganti rugi,” perintah Bang Bayu sembari

DMCA.com Protection Status