Beranda / Semua / Jelajah Jelita / Menjemput Impian

Share

Menjemput Impian

Penulis: Arunada
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-02 00:09:18

Sebelum pukul dua belas siang, Jelita sudah berdandan manis nan rapi. Dipatutnya seluruh penampilannya siang itu di cermin. Ketika sedang mencoba sepatu yang cocok untuk ia kenakan, pesanan ojek onlinenya telah sampai di depan rumah. Dengan berlari kecil penuh suka cita, Jelita keluar dari kamar untuk berpamitan kepada seisi rumah, disalaminya kedua orang tuanya lalu dipeluknya adik satu-satunya itu sambil memohon untuk disemangati dan didoakan. Sebelum Jelita benar-benar keluar rumah, tiba-tiba Ibunya memanggil namanya.

“Nak, tunggu dulu, ini barusan Ibu siapkan bekal makan siang untukmu, nasi goreng sosis kesukaanmu dan jeruk peras dingin. Dimakan ya, Nak, tidak usah beli makanan atau jajanan supaya irit,” Ibu tersenyum dan menyerahkan tentengan tas kanvas sederhana. Jelita nampak kegirangan, lalu ia naik ke ojek motor online sambil melambaikan tangan.

“Pak, kita ke Stasiun Anggrek, ya,” pinta Jelita yang diikuti oleh anggukan pengemudi ojek.<

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jelajah Jelita   Tiket Satu Arah

    “Halo, Bunga?” Jelita membuka obrolan telepon siang itu.“Hai, Jelita. Tumben kamu menelepon?” sapa Bunga dari seberang sana. Nadanya tampak seperti agak keheranan.“Iya, aku tidak suka berlama-lama mengetik WhatsApp, karena aku sedang di pinggir jalan dan aku ingin langsung ke pokok permasalahannya saja. Boleh aku tahu kenapa kamu ingin bertemu denganku?” tanya Jelita kepada Bunga.“Sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan permintaan maafku kepada kamu. Mungkin kamu masih ingat kejadian malam di apartemen Enrico saat itu dan kamu mendengarkanku pengakuanku? Maaf Jelita, saat itu aku hanya mabuk saja. Tingkahku di luar kendali dan pastinya membuatmu sakit hati. Ijinkan aku untuk meminta maaf secara sungguh-sungguh dengan bertemu langsung denganmu,” pinta Bunga. Seketika Jelita yang semula risih dengan segala perbincangan mengenai Bunga itupun menjadi iba. Sambil mengayunkan kedua kakinya berjalan perlahan di pinggir

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Jelajah Jelita   Menuju Desa Jatilima

    “Selamat Jelita atas keberhasilanmu menyelesaikan training orientasi untuk calon pegawai di lembaga kami. Tes kesehatanmu juga sudah keluar hasilnya, kamu sehat secara jasmani dan rohani, tidak ada potensi penyakit serius. Sekarang kamu boleh pulang, tiket dan detil keberangkatanmu ke Desa Jatilima dua hari lagi, akan segera kami kirimkan melalui email. Paling lambat kamu akan menerima email dari kami malam ini, ya. Sekali lagi, selamat bergabung di lembaga Mitra Air Bersih Nasional!” ucap Clara sebelum memeluk erat Jelita, kolega barunya itu. Seminggu ini telah berlalu dan amat memacu semangat Jelita. Bagaimana tidak, setelah menjalankan serangkaian tes kesehatan untuk calon pegawai lembaga yang memakan waktu seharian penuh, Jelita harus dihadapkan pada empat hari penuh menjalani masa orientasi di kantor pusat lembaga itu. Praktis setiap hari Jelita harus bangun lebih pagi dari biasanya dan memakan cukup banyak waktu menuju Gedung Sudirman, tempat kantor lemb

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-04
  • Jelajah Jelita   Lima Tahun di Desa Jatilima

    Melihat Jelita yang kurang yakin bahwa dirinya adalah Rama, Rama meninggalkan Jelita begitu saja dan tetap berjalan menuju parkiran mobil. Tetapi kali ini Rama mengalah untuk membawakan satu koper Jelita. Jarak yang tidak jauh antara mobilnya dengan lobi utama bandara itu mengharuskan Jelita tergugah dari ketakjubannya. Ia buru-buru membantu Rama menaikkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil Rama. Setelah semuanya beres, Rama mempersilakan Jelita untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang di samping kursi pengemudi. Selama perjalanan, Rama tidak banyak bicara, bahkan hanya beberapa kali saja ia melirik ke arah Jelita. Tidak ada satupun kalimat basa-basi yang Rama lontarkan, baik itu menanyakan kabar, mengenai pekerjaan Jelita kelak, atau bahkan menceritakan tentang dirinyapun tidak ia lakukan. Nama lengkapnya Ramadhan Adiaksa. Pemuda yang terpaut lima tahun lebih tua dari Jelita itu merupakan Community Engagement Ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-05
  • Jelajah Jelita   Lelaki itu Bernama Rama

    Teriakan Jelita dari dalam mobil rupanya tidak sengaja terdengar oleh Bu Novi, wanita setengah baya yang merupakan atasan Rama, yang secara otomatis berarti beliau adalah calon boss dari Jelita. Kala itu Bu Novi berniat menghampiri Jelita yang berdiam diri di dalam mobil Rama, setelah Rama menginformasikan bahwa Jelita ada di situ. Namun rupanya suara teriakan Jelita itu cukup mengejutkan Bu Novi yang sudah berdiri di dekat mobil tesebut, lalu Rama mengikuti Bu Novi dari belakang.“Ya ampun Rama, kamu kunci mobilnya ya? Itu si Jelita teriak-teriak dari dalam mobil! Sini, Rama, cepat!” Bu Novi tampak panik dan menarik lengan Rama yang berjalan di belakangnya.“Tadi sudah kuminta turun tapi katanya dia masih ingin di dalam, Bu,” ujar Rama berbohong sambil membukakan pintu mobil yang semula sengaja ia kunci itu. Setelah kunci terbuka, Jelita buru-buru membuka pintu mobil itu dengan penuh kelegaan.“Tidak, Bu. Bohong! Saya bahkan tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Jelajah Jelita   Rahasia Rama

    Bu Novi, Rama, dan Jelita duduk bertiga dalam satu meja dan terpaku menatap daftar menu. Sang pelayan dengan setia menunggu ketiganya menyebutkan pilihan pesanan mereka masing-masing. “Cokelat hangat satu,” seru Rama dan Jelita berbarengan. Mereka sendiri juga cukup takjub dengan momen itu, sampai akhirnya mereka saling menatap tak percaya. Bu Novi terkekeh melihat pemandangan itu. “Hahaha, duh baru ketemu sehari sudah sehati ya kalian, tuh. Mas, jadi cokelat hangatnya dua, ya. Saya pesan teh tawar hangatnya satu. Untuk makanannya kalian berdua mau pesan apa?” tanya Bu Novi kembali menengahi. “Nasi goreng…” Rama dan Jelita menjawab itu secara bersamaan lagi. Jelita menatap Rama tak percaya, bahkan hampir curiga bahwa Rama memiliki indera keenam. Kali ini Bu Novi tidak sendirian tertawa, sang pelayan restoran sederhana di atas bukit itu juga terkekeh geli melihat Rama dan Jelita dua kali menyebutkan pesanan mereka berbarengan. “Hahaha. Gemas sekali, ka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • Jelajah Jelita   Tragedi Lontong Sayur dan Ember Merah

    Hari Minggu adalah hari terakhir bagi Jelita untuk bersantai sejenak sebelum esok hari memulai harinya sebagai pegawai baru di lembaga Mitra Air Bersih Nasional di kantor cabang Desa Jatilima. Jelita seperti merasa sudah berada lama di sini lantaran suasana Desa Jatilima mengingatkannya pada Desa Balarambe walaupun jelas keduanya memiliki detail dinamika yang berbeda. Pagi-pagi sekali Jelita terbangun dari tidur nyenyaknya, bahkan sebelum matahari benar-benar terbit sempurna. Dibukanya gorden jendela unit kamarnya, lalu dilirik sekilas ponselnya yang terdapat sebuah panggilan tidak terjawab dari sang Ibu. Mungkin mau mengingatkannya untuk sholat subuh, pikir Jelita. Ia lalu bergegas ke kamar mandi untuk mandi pagi dan berwudu, setelah itu ia hendak menunaikan sholat subuh. Diamatinya suasana jalanan di sekitar mess dari jendela kamarnya. Beberapa warga sudah berlalulalang di pagi hari untuk berjualan di pasar atau sekedar melakukan aktifitas pagi hari. Sungguh

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • Jelajah Jelita   Hari Pertama Jelita

    Hari ini merupakan hari pertama Jelita bekerja di lembaga Mitra Air Bersih Nasional di Desa Jatilima. Kantor lembaga yang jam kerjanya dimulai pukul 08.00 pagi itu disambangi Jelita sejak jam 06.45 waktu setempat, jelas tidak ada satupun pegawai yang sudah siap bekerja di jam tersebut. Setelah memperkenalkan dirinya kepada satpam yang bertugas hari itu, Jelita dipersilakan masuk ke kantor lembaga lima menit kemudian. Ia masuk dalam keadaan kantor masih gelap gulita dan kosong melompong.Dengan rasa penasaran yang tinggi, Jelita melihat-lihat keadaan kantor lembaga yang tidak semegah suasana kantor pusat, namun masih memberikan kesan modern dan asri. Lantainya tidak dilapisi karpet meteran, dengan furniture serba kayu penuh dengan ukiran cantik. Sekat-sekat antar kubikel dibuat rendah dan memberi kesan ramah serta terbuka. Jelita menghampiri meja pegawai satu persatu, dari sekedar mencobai kursi yang berbeda-beda, ia juga sedikit mengintip beberapa kertas kerja y

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-09
  • Jelajah Jelita   Dimulainya Lembaran Baru

    “Hai, teman-teman semua. Nama saya Jelita. Boleh dipanggil Jelita atau Lita, bebas mau yang mana. Alhamdulillah tidak lama selepas lulus kuliah dan wisuda, saya diterima sebagai Staff Community Engagement di lembaga kita tercinta ini, Mitra Air Bersih Nasional. Ini merupakan hari pertama saya, dan saya sangat semangat untuk memulai berkarya. Saya mohon sekali bimbingan dari teman-teman sekalian,” kata Jelita mantap di hadapan seluruh pegawai lembaga itu saat Bu Novi memintanya untuk memperkenalkan diri. Lembaga Mitra Air Bersih Nasional yang memiliki kantor pusat di ibu kota itu juga memiliki beberapa kantor cabang di tiga desa untuk memudahkan proses pekerjaan, pengerjaan proyek air bersih dan untuk survey serta memonitor seluruh aktifitas yang berkaitan dengan proyek air bersih. Salah satu desa yang terpilih adalah Desa Jatilima. Kantor cabang Desa Jatilima itu sendiri sudah tiga puluh lima tahun berdiri tegak dengan rata-rata performa yang sangat bagus. Di

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10

Bab terbaru

  • Jelajah Jelita   Sebuah Publikasi

    Sudah pukul sepuluh pagi waktu setempat di hari Senin nan kelabu, seluruh pegawai lembaga telah memulai pekerjaan dan tugasnya masing-masing, kecuali Bu Novi. Sedari tadi tidak ada tanda-tanda akan kehadirannya, bahkan ponselnya tidak dapat dihubungi oleh seluruh pegawai lembaga. Awalnya semuanya panik dibuatnya, karena tidak satupun dari mereka yang menangkap sebuah gelagat aneh atau janggal dari Bu Novi beberapa hari belakangan ini, tiba-tiba saja di hari Senin yang dirundung mendung itu, Bu Novi tidak hadir ke kantor tanpa kabar.Namun tidak berapa lama, setengah jam kemudian, keresahan itu terjawab. Dengan langkah lunglai dan gontai, Bu Novi masuk ke kantor dengan kedua mata yang terlihat sembab. Tanpa menyapa yang lainnya, ia segera menata beberapa barangnya dan hendak bergegas keluar dari kantor, hingga Rama harus menahannya.“Pagi, Bu Novi. Bagaimana kabarnya, Bu?” sapa Rama yang membuat langkah Bu Novi menuju ke luar kant

  • Jelajah Jelita   Strategi untuk Bu Novi

    Perjalanan pulang dari restoran ke mess pegawai lembaga terasa begitu cepat bagi dua insan yang dimabuk asmara ini. Sepanjang perjalanan, Rama tidak henti-hentinya bercerita betapa ia sangat mengharapkan malam itu untuk terjadi jauh sebelum malam itu benar-benar tiba. “Rama, jujur, kenapa kamu harus memilihku sebagai junior atau asisten kamu?” tanya Jelita denan nada sedikit manja. Rama melirik ke arah Jelita sekilas, ia lalu mengurangi laju kecepatan mobil yang ia setir itu. “Hhhmmmm…. Mau jawaban jujur atau ngga jujur? Hahaha,” tanya Rama sambil menggenggam jemari lentik Jelita yang duduk di sebelahnya. “Jawaban jujur, dong!” “Pertama, foto kamu cantik. Aku suka sekali dengan profil wajah kamu. Kedua, pengalaman kamu di Desa Balarambe yang kamu tulis di riwayat pekerjaanmu itu, benar-benar membuatku penasaran. Aku sampai mencari tahu banyak tentang program sukarelawan itu, ternyata seleksinya cukup ketat, ya!” jelas Rama. Ia menyungging senyum yang

  • Jelajah Jelita   Memulai Sebuah Perjalanan Baru

    Rama terbangun dari tidur siangnya yang panjang itu. Di hari Sabtu yang cerah setelah kunjungannya ke kedai lontong sayur Tiara telah selesai ia lakukan demi menggenapi janjinya pada Abel dan Tiara, Rama memutuskan untuk mengistirahatkan hati dan pikirannya dari segala kepenatannya, terutama kelelahan akan usahanya menjawab berbagai pertanyaan dan segala kemungkinan yang diajukan oleh Abel dan Tiara. Sesungguhnya Abel dan Tiara hanya ingin Rama bangkit kembali dari keterpurukan patah hati yang begitu mendalam selepas kepergian Clara dari pelukannya. Tidak mudah bagi Rama yang telah mengumpulkan niat, keberanian, usaha, serta tabungan untuk memberi kejutan melamar Clara di hadapan kedua orang tuanya, tetapi harus berakhir sia-sia. Hingga detik inipun Rama dan Clara tidak pernah saling bertukar cerita ataupun kabar. Keduanya mengetahui informasi terbaru dari masing-masing pihak melalui rekan-rekan kerja mereka. Sama sekali mereka berdua tidak berinisiatif untuk membuka hubungan satu s

  • Jelajah Jelita   Bekerja tanpa Rama

    Sudah satu jam Jelita berkutat dengan laptopnya, menyelesaikan segala tugas dan pekerjaan yang dilimpahkan oleh Rama dan Bu Novi untuknya pada hari itu. Entah kekuatan dari mana, atau mungkin Jelita juga sudah cukup merasa jengah karena merasa hatinya dipermainkan tanpa tahu tujuan, satu bulan ini Jelita justru lebih fokus pada pekerjaannya ketimbang harus terus menelaah perasaannya terhadap Rama. Berbagai pujian dari para koleganya di lembaga sudah cukup membanjiri hari-hari Jelita selama bekerja di Desa Jatilima. Ternyata dengan tekad bulat dan keinginan untuk fokus berkarya dari pada memberatkan isi hatinya, Jelita mampu untuk mengejar mimpinya. “Gaji kamu sudah masuk ke rekening?” tanya Rama kepada Jelita yang masih sibuk dengan laporan evaluasi itu. Jelita mengangguk dan tersenyum. Menurutnya, respon itu sudah lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan Rama. Ramapun membalasnya dengan anggukan perlahan dan memberikan dua jempol untuknya. Jelita melanjutka

  • Jelajah Jelita   Pengakuan Rama

    Abel memperhatikan cara Jelita memandang Rama yang melangkah dengan pasti itu. Abel paham sekali makna dari tatapan Jelita itu. Dengan mulut yang tidak terkatup sempurna, sorot mata tajam penuh kekaguman dan minim kedipan, Abel dapat menangkap jelas bahwa kawan barunya itu begitu memuja sosok Rama. Abel melirik ke arah Tante Ririn yang sedari tadi menunggu Rama, rupanya Tante Ririn juga sedang memergoki Jelita yang tidak sedetikpun melepaskan pandangannya dari Rama. Tante Ririn dan Abelpun tertawa perlahan, seolah mereka sama-sama mengetahui isi kepala masing-masing. “Woy, ngeliatin siapa, sih? Hati-hati kalau pandangan kosong nanti bisa kesurupan, lho!” Abel kembali menggoda Jelita yang nyaris tidak berkedip itu. Jelita tergugah dari fokusnya memandangi Rama yang kini telah berdiri di depan kedai. “Eh? Ngga, Kak. Hhhmm.. Hehe. Eh, itu, ada Rama. Rama sudah datang,” kata Jelita berbisik dan tersipu. Tante Ririn yang memandangi Jelita sejak tadi itupun

  • Jelajah Jelita   Menjaga Hati

    Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di mana Jelita pernah datang terlambat ke kantor tanpa menyiapkan suatu apapun darinya, termasuk mental; pernah juga ia datang sangat awal ke kantor dalam kondisi siap sepenuhnya mengarungi hari, kali ini Jelita bersikap lebih netral dan tidak dibuat-buat. Ia datang sebangunnya saja, tidak lebih pagi dari yang lain, dan tidak pula terlambat. Ada perasaan sedikit kecewa atas sikap Rama yang tidak hanya meminta Pak Edward untuk mempekerjakannya, tetapi juga harus menutupi kesalahannya di depan Bu Novi. Pertama, Jelita ingin membuktikan sendiri kinerjanya murni karena kemampuannya yang dapat diandalkan. Kedua, segala penilaian Bu Novi terhadapnya tentu menjadi bias dengan pembelaan Rama. “Pagi, semua!” sapa Jelita kepada seluruh penghuni ruangan kantor yang sudah berdatangan sebagian itu saat ia memasuki kantor. Semua yang ada di situ menoleh dan membalas sapaan Jelita yang tidak seceria biasanya itu. Ta

  • Jelajah Jelita   Menerima Kenyataan Manis

    Bu Novi menggandeng erat lengan Jelita dan menuntun Jelita untuk berjalan sampai di unit kamarnya. “Jelita, sini mampir sebentar ke unit Ibu,” ajak Bu Novi yang kemudian membuka pintu unitnya itu dan mempersilakan Jelita masuk. Jelita tak henti-hentinya berdecak kagum melihat isi dan interior unit Bu Novi yang jauh lebih rapi dan terorganisir ketimbang unitnya sendiri yang menurutnya sudah amat tertata itu. Bu Novi merupakan wanita paruh baya yang memiliki selera bagus dan elegan. Pemilihan beberapa furniture dan warna-warni pernak-pernik serta karpet yang tergelar di dalam unitnya itu didominasi warna krem dan putih tulang. Bu Novi juga dengan sangat telaten mengumpulkan berbagai lukisan-lukisan bertema klasik dengan ukuran mini yang digantung manis membentuk formasi unik. Di sisi samping ruang tamu, terdapat beberapa foto Bu Novi dan keluarganya yang sepertinya sengaja dicetak hitam putih, menambah kesan klasik yang mencerminka

  • Jelajah Jelita   Riuh Canda dan Senyum Hangat

    Jelita jatuh cinta. Ia jatuh cinta sekali lagi dengan Desa Jatilima. Dengan segala ketenangan dan kedamaian yang ditawarkan, Jatilima membuka begitu banyak peluang bagi Jelita untuk berkarya dan menyadari potensi dirinya. Perlakuan Rama yang lambat laun mulai melunak dengan kerling matanya yang menunjukkan ketakjuban dan kebanggaan atas ide cemerlang Jelita, membuat Jelita semakin yakin bahwa dirinya memiliki masa depan yang cerah di lembaga itu.Sore itu ketika mentari hendak menenggelamkan dirinya dalam-dalam, Jelita dan Rama baru akan pulang kembali ke kantor lembaga. Saleh, Ratna, Jingga, dan Arief, sekelompok pemuda yang telah banyak berbincang dengan merekapun berpamitan seiring masuknya Rama dan Jelita ke dalam mobil Rama. Mereka berpisah ke rumah mereka masing-masing.“Ta…” panggil Rama sambil menyalakan mesin mobilnya.“Ya?” jawab Jelita menahan kantuk yang tetiba melanda itu.“Wah,

  • Jelajah Jelita   Sebuah Kesalahan yang Impas

    Setelah menyelesaikan makan siang, Jelita dan Rama segera meluncur ke sebuah perbukitan yang tidak jauh dari kantor lembaga, menggunakan mobil Rama. Di sanalah terdapat setidaknya dua puluh rumah tangga yang akan menjadi obyek tugas Jelita selanjutnya. Seperti biasa, Rama tidak mengulang kembali instruksi dari tugas yang ia limpahkan kepada Jelita itu. Beruntung, otak dan daya tangkap Jelita melebihi rata-rata manusia pada umumnya, sehingga ia mudah sekali menangkap sebuah informasi yang langsung dapat ia cerna dengan otaknya. Di perjalanan menuju perbukitan itu, Jelita berinisiatif mengajak Rama untuk terlibat dalam sebuah obrolan seru, lagi-lagi setelah ia merenungkan perkataan Ibunya yang amat memacu semangat serta rasa percaya dirinya. “Rama, cerita dong waktu itu kenapa putus sama Clara?” tanya Jelita setelah satu menit perjalanan. Rama yang sedang menyetir itu membelalakan matanya dan menoleh sekilas ke bangku penumpang di sebelahnya yang diduduk

DMCA.com Protection Status