"Semprul! Tak kusangka aku dapat dirobohkan tua bangka di hadapanku ini hanya dalam satu gebrakan!" dengus hati Jejaka. Saat itu, Dewa Abadi pun kembali menyerang hebat. Diam-diam Jejaka mengeluh dalam hati. Kali ini sulit rasanya menghindari gempuran-gempuran lawan. Dan kenyataannya memang demikian. Belum sempat cucu Begawan Tapa Pamungkas ini bertindak, tiba-tiba tepukan tangan Dewa Abadi telah mengancam dadanya. Dan....Bukkk! Bukkk!Telak sekali hantaman tangan Dewa Abadi mendarat di dada Jejaka. Seketika tubuh si pemuda limbung ke samping, lalu jatuh berdebam ke tanah! Parasnya kian pucat bagai mayat! Sedang dadanya yang terkena hantaman tangan terasa mau jebol!Jejaka mengerang hebat. Dan begitu meloncat bangun, darah segar tersembur dari mulutnya."Sompret! Benar-benar sompret! Tua bangka ini rupanya benar-benar menginginkan nyawaku. Kukira sudah saatnya aku mengeluarkan ajian 'Titisan Siluman Ular Naga'" pikir Jejaka dalam hati.Maka tanpa banyak cakap lagi, Jejaka segera memu
"Terima kasih, Anak Muda. Kau baik sekali. Kau telah antarkan aku menemui Pendampingku Yang Setia. Kalau kau tertarik, sekalian ajak gadis itu mempelajari kitab-kitab peninggalan ku. Asal, jangan Kitab Sukma Abadi! Itu amat berbahaya, Anak Muda. Kukira hanya itu pesanku, Anak Muda!” ucap Dewa Abadi yang kontan membuat wajah berubah.“K-kitab Sukma Abadi” ulang Jejaka lagi, karena memang kitab itulah yang dicari-carinya selama ini.“Benar. Kitab sukma abadi. Kenapa Jejaka, sepertinya kau terkejut mendengar nama kitab itu?”“Sebenarnya aku memang ingin mencari kitab itu Dewa Abadi, Raja Kala Coro yang memintaku untuk mencarinya” kata Jejaka lagi, kali ini wajah Dewa Abadi yang tampak berubah mendengar ucapan Jejaka, tapi kemudian bibirnya tersenyum.“Raja Kala Coro, Raja jin penguasa pulau dedemit itukah?” tanya Dewa Abadi, Jejaka mengangguk pelan.“Memang sudah seharusnya kitab itu kembali ke pemiliknya, sampaikan maafku kepada Raja Kala Coro, Jejaka” lagi-lagi Jejaka mengangguk pelan
Belum lagi selesai ucapan Dewa Abadi, satu halilintar berkiblat cepat dari langit, sinar putihnya sekilas menerangi langit yang mulai menghitam, halintar langit itu menghantam sosok Dewa Abadi yang masih berdiri tegar menantang langit.Begitu dihantam halilintar dahsyat itu, tubuh Dewa Abadi langsung berasap, seluruh pakaian putih yang dikenakannya tampak gosong, tapi tidak demikian dengan sosok Dewa Abadi yang terlihat masih berdiri tegar tanpa terluka sedikitpun.“Ayo! Bunuh aku Dewata! Bunuh!” teriak Dewa Abadi dengan keras.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Hujan petir langsung menghantam sosok Dewa Abadi.“Bunuh aku Dewata! Bunuh aku!” teriak Dewa Abadi dengan keras diantara lidah-lidah petir yang menyambar tubuhnya. Tempat itu benar-benar menjadi tempat bunuh diri yang sangat mengerikan, hancur lebur karena dihantam hujan petir yang dahsyat.Jejaka dan Ningrum tak terlihat lagi ditempatnya, karena saat hujan petir pertama melanda, Jejaka sudah menyambar dengan cepat soso
Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Akibatnya, hujan lidah petir yang menyambar dahsyat kebawah, salah satunya menghantam sosok Jejaka. Untuk sesaat terlihat sosok Jejaka mengeluarkan semburat aura keemasan disekujur tubuhnya. Ningrum yang ada dipondongannya terlempar darinya. Jejaka sendiri terjatuh ketanah. Tapi tidak menderita luka sedikitpun, rupanya aura keemasan yang tadi keluar dari tubuh Jejaka telah melindunginya.“Ningrum!” Teriak Jejaka dengan wajah pucat melihat sosok Ningrum yang tadi terkena sambaran petir tampak terkapar tak bergerak.Serrr...!Jejaka dengan cepat melesat kearah Ningrum, tepat disaat hujan petir kembali menghujam bumi.Wuutt... Wuutt... Wuutt... Wuutt... Wuutt...!Jejaka segera melepaskan gelang dewa ditangannya, gelang-gelang dewa itu langsung melesat kearah Ningrum dan kemudian bergerak berputar-putar diatas sosok Ningrum yang terkapar. Rupanya Jejaka menggunakan gelang-gelang dewanya untuk melindungi sosok Ningrum dari badai hujan petir yang me
“Jejaka!” terdengar suara keras Dewa Abadi. “Cepat tinggalkan tempat ini, sebelum aku tidak bisa mengendalikan kekuatan petir ini”“Tidak! Aku harus menghentikanmu Dewa Abadi”“Kau takkan mampu Jejaka, jurus terdahsyat yang kau miliki ‘Titisan Siluman Ular Naga’-mu saja tak bisa membunuhku”“Aku masih banyak memiliki jurus-jurus dahsyat lainnya Dewa Abadi” kata Jejaka lagi dengan tegas. Hal ini membuat paras wajah Dewa Abadi berubah. Matanya yang berubah menjadi kilatan-kilatan lidah petir tampak semakin berkilat-kilat dahsyat.“Benarkah?! Ayo kerahkan serangan terkuatmu Jejaka, bunuh aku!” kata Dewa Abadi lagi seraya mengembangkan kedua tangannya kearah Jejaka.Tanpa menunggu waktu lagi. Jejaka segera mengerahkan dua ilmu andalannya, 'Tenaga Inti Api' dan 'Tenaga Inti Es' dimana kini tangan kanan Jejaka tampak berubah menjadi memerah, sedangkan tangan kiri berubah menjadi putih keperakan.“Heaaa...!”Wusshh... Wusshh...!Dua leret sinar merah dan putih menyala melesat kearah sosok De
“Benar-benar gila Sukma Abadi itu” batin Jejaka menyadari kalau ilmu surya pamungkas miliknyapun tak bisa membuat Dewa Abadi terbunuh, bahkan terluka saja tidak.“Hebat juga jurus pukulanmu ini Jejaka” terdengar suara serak Dewa Abadi seraya mengangkat wajahnya, terlihat wajah Dewa Abadi penuh bersimbah darah. Kedua matanya tidak lagi mengeluarkan lidah petir seperti sebelumnya. Rupanya serangan terakhir Jejaka sudah membuatnya terluka dalam. “Tapi belum cukup untuk membunuhku” sambung Dewa Abadi bangkit berdiri, tapi serangan dahsyat itu tidak mampu melukai tubuhnya, bahkan satu helai rambutnya tidak jatuh dari kepalanya.“Berikan aku yang lebih kuat dari ini Jejaka!” pintu Dewa Abadi dengan tatapan sayu. Jejaka yang sebelumnya masih terlongo kaget dengan kekuatan yang dimiliki oleh Dewa Abadi, terkejut mendengar kata-kata Dewa Abadi.“Lebih kuat dari ini...” ulang Jejaka teringat akan sesuatu. Lalu menyambung ucapan ; “Kau yakin Dewa Abadi?”“Jika memang ada, keluarkanlah Jejaka, ak
JEJAKA berkelebat cepat melintasi perbukitan, melintasi pegunungan dan melewati lembah-lembah, tujuannya Cuma satu yaitu hutan situ waras yang menjadi petunjuk Dewa Abadi sebelum kematiannya. Di gendongannya terlihat sosok Ningrum yang masih pingsan. Kondisi tubuh gadis itu persis seperti nenek umur seratus tahun lebih. Tubuh yang begitu lemah, tubuh yang semula segar menggemaskan, sekarang berubah menjadi hitam, kering kerontang tanpa daya. Tidak ada yang menarik sedikit pun dari sosok renta berbaju hijau tersebut.“Uuhhh...” Ningrum tersadar dari pingsannya. Ningrum sedikit terkejut saat merasakan tubuhnya bagaikan dibawa terbang oleh seseorang, dan saat Ningrum melihat siapa orang itu. Rupanya Jejaka. Sesaat Ningrum menatap keadaan dirinya didalam gendongan Jejaka."Jejaka..." kata Ningrum terbata-bata dengan linangan air mata berlinang membasahi pipi keriput saat menyadari keadaan dirinya yang saat ini berada dipangkuan Jejaka.“Aku disini, Ningrum,""Jejaka ... hidupku ... tidak
Ke tempat itulah Jejaka membawa Ningrum! Jejaka masuk kedalam air, untung saja air kolam itu dangkal, hanya sebatas pinggang Jejaka. Jadi sosok Ningrum yang ada dipondongannya tidak basah kaerna air. Di tepian Batu Pualam Hitam. Dengan lembut, Jejaka meletakkan tubuh Ningrum di atas Batu Pualam Hitam.Plekk!Begitu menyentuh bagian atas Batu Pualam Hitam, sebentuk hawa hangat bergulung-gulung menerobos masuk ke raga lemah Ningrum yang tergolek pingsan.Werr ... wess ... !Meski hanya sekejap, tapi sudah membuat tubuh gadis itu mulai menghangat, dan tanpa tempo lama gadis yang dulunya cantik jelita terbangun dari mimpi indah."Kau sudah sadar Ningrum?," sapa Jejaka. Ningrum hanya tersenyum samar.“Di... dimana kita?”“Kita sudah sampai ditempat yang Dewa Abadi maksud Ningrum” kata Jejaka lagi. Sejenak Ningrum tampak memperhatikan keadaan dirinya yang saat ini setengah berendam terbaring diatas Batu Pualam Hitam